Kemenangan Kita Bersama

EkoAndik Saputro 7 April 2015
Frekuensi saya ke Luwuk, ibukota Kabupaten Banggai, dalam tiga bulan ini lebih banyak dibandingkan anak-anak saya yang sudah 12 tahun di sini. Anak-anak jarang sekali ke Luwuk, bisa dihitung dengan jari. Kalau saya?? Seminggu saja bisa empat kali. :D

Alhamdulillah, mereka punya kesempatan untuk pergi ke Luwuk bulan ini. Mereka akan mewakili Kecamatan Batui Selatan untuk seleksi FLS2N dalam kategori tari kreasi dan cerita bergambar. Total anak saya yang berangkat enam anak.

Dari dulu, saya selalu optimis dengan apa yang saya kerjakan bahkan lebih ke arah ambius. Pun menjadi Pengajar Muda saat ini. Rasa yang memang sudah mengakar kuat ini tak bisa hilang begitu saja. Selalu ingin memberikan yang terbaik dari apa yang saya bisa. Tapi, semenjak saya membaca tulisan teman saya (di sini), saya mulai menurunkan rasa ke-ambius-an dalam diri saya. Dimulai dari seleksi FLS2N ini.

Saya mulai mendorong guru untuk melatih anak-anak. Saya mundur dengan teratur. Saya sudah tidak begitu berambisi untuk menang. Yang terpenting, lomba ini lomba kami bersama, bukan lomba saya, lomba Pengajar Muda.

Hari ini adalah persiapan untuk berangkat ke Luwuk. Dulu waktu tingkat kecamatan, saya yang paling riweh. Saya yang mempersiapkan segalanya. Sekarang? Saya menyerahkan semuanya ke guru-guru.

Sedikit mengetes mereka, saya menyarankan untuk tetap memakai kostum yang kemarin saja. Biar tidak ribet.

"Jangan, Pak! Kostumnya harus ganti. Ini tingkat kabupaten. Torang harus gagah. Biar dapat juara." protes salah satu guru.

Singkat cerita, mereka mencari kostum sampai di Unit 11, sekitar 1 jam dari desa Sinorang. Tak hanya itu, mereka juga sangat bersemangat mempersiapkan segalanya. Mulai dari pakaian ganti anak-anak, peralatan lomba sampai kebersihan anak-anak. Kita akan menginap di Kabupaten selama 5 hari. Ini masih kemungkinan. Karena jadwal perlombaan memang belum pasti.

Kini, lomba ini bukan lomba saya, tapi lomba kami bersama.

Bohong jika saya mengatakan tak berambisi untuk menang saat ini. Karena memang ini sudah bukan lomba saya, tapi lomba kami bersama. Tak apalah kami berambisi. Kalaupun menang, ini kemenangan bersama, bukan? Bukan kemenangan saya, kemenangan Pengajar Muda.

Tak lupa, saya juga mempersiapkan mereka untuk hal terburuk, yakni kekalahan. Saya tidak terang-terangan mengatakan bahwa kita harus menang. Ambisi ini hanyalah di dalam hati. Itu cukup!

Saya selalu mengatakan ke mereka bahwa kemenangan itu bonus. Berilah usaha yang terbaik dari kita. Biar selanjutnya urusan juri. Menang kita syukuri, kalahpun kita syukuri. Setidaknya sudah memberikan pengalaman untuk anak-anak bertanding ke tingkat kabupaten.

Tak lupa saya selalu berdoa agar anak-anak saya nantinya mendapatkan juara. Izinkan mereka merasakan rasanya lomba tingkat Provinsi, bahkan tingkat Nasional.

Semoga ini akan menjadi kemenangan kita bersama, bukan kemenangan saya sebagai Pengajar Muda.

*Sinorang, 7 April 2015

Cerita Lainnya

Lihat Semua