Samenan

Eko Budi Wibowo 25 Juni 2011

Ada sebuah tradisi lokal masyarakat Lebak yang kemudian inilah tradisi pertama yang saya ikuti disini. Namanya adalah tradisi Samenan. Samenan merupakan tradisi pengambilan raport dan perpisahan kelas enam. Setiap sekolah di Lebak biasanya mengadakan acara ini sebagai bentuk apresiasi kepada guru-guru yang telah mengajar selama setahun dan kegiatan ini pula sebagai bentuk perpisahan kelas atas. Pengambilan raport pun setahun sekali yang dihadiri orang tua adalah pada saat samenan ini. Berbeda waktu ketika orang tua saya datang setiap semester untuk mengambil raport saya, di sini masyarakat hanya sekali datang untuk mengambil raport yaitu setiap samenan, adapun pembagian raport setiap pertengan semester biasa diberikan langsung kepada murid-murid saja yang kemudian dibawa pulang untuk ditunjukan ke orang tua mereka.

Ini adalah acara samenan pertama disekolah ini. Sekolah yang baru berdiri hampir satu tahun ini kemudian  mengadakan acara samenan untuk pertama kali. Panggung besar disediakan atas swadaya masyarakat, masyarakat merasa senang berkat adanya sekolah ini anak-anak mereka tidak perlu berjalan jauh lagi hanya untuk sekolah, sekarang dikampung ini sudah berdiri sekolah dan mereka merayakannya dengan suka cita. Acara samanan kali ini dilangsungkan dengan meriah dengan memanggil orkes gambus serta mendatangkan Kiayi dan ustad sebagai penceramah.

Diacara samenan ini orang tua siswa biasanya menyediakan uang yang berlebih untuk menyawer yaitu memberikan uang dan menyebarnya diatas panggung ketika ada yang tampil dan mereka sukai. Penampilan dipanggung didahului dengan penampilan anak-anak. Anak-anak perkelas dilatih untuk membawakan penampilan khusus kemudian biasanya saat penampilan anak-anak mereka mereka akan maju keatas panggung dan menyebar uang disekeling anak itu. Anak-anak ada yang menampilkan drama, menampilkan tari kreasi dan basanya mereka bernyanyi dan diringi penari latar dari teman-temannya, ini membuat acara samenan menjadi meriah, anak-anak disulap bak artis yang kemudian menghibur dan menghidupkan panggung. Uang itulah kemudian menjadi apresiasi kepada guru-guru. Uang saweran yang terkumpul tidak tanggung tangung bisa mencapai 10 juta. Samenan seakan menjadi pesta rakyat, orang yang bekerja di kota biasanya pulang untuk meramaikan samenan ini, mereka akan mendukung sanak failynya untuk menyawer, disini prestise dari keluarga si anak juga menjadi taruhan dalam besaran saweran yang dia keluarkan.

Acara samenan kemudian yang paling penting adalah pengambilan raport, setiap wali kelas membacakan siapa saja yang menjadi juara kelas 1,2 dan 3 kemudian diberikan hadiah kepada mereka, selebihnya orang tua dipanggil satu persatu naik keatas panggung untuk mengambil raport anak mereka, ketika mereka dipanggil naik keatas bersama anaknya biasanya mereka kemudian menyiapakan amplop yang berisi uang dan kemudian diselipkan ke wali kelas mereka masing-masing. Lainhalnya ketika ada yang tidak naik kelas, biasanya raportnya akan ditunda pemberiannya.

Ketika tiba giliran kelas enam perpisahan maka prosesinya menjadi berbeda, setiap anak kelas enam dijejerkan diatas panggung kemudian mendapatkan mendali kelulusan semacam wisuda. Kemudian prosesi ini berjalan menjadi sangat mengharukan karena berarti anak-anak itu dinyatakan lulus dari Sekolah Dasar ini.  Setelah prosesi kelulusan kelas enam maka acara berlanjut dengan hiburan-hiburan rakyat, mendatangkan penyanyi-penyanyi lokal.

Itulah rangkaian samenan, sebuah pesta rakyat merayakan kelulusan anak-anak mereka.


Cerita Lainnya

Lihat Semua