Jengkol dan Pete serta Segala Daun-daunan

Eko Budi Wibowo 9 Agustus 2011

Siapa yang mengira hidup disini akan sangat sehat sekali. Makanan kesukaan orang-orang disini adalah jengkol dan pete sedangkan makanan istimewa mereka adalah ikan asin. Lalapan dari semua daun pernah kami coba, cuma yang belum adalah daun pintu dan daun telinga saja yang belum pernah saya makan. Pernah ketika teman sesama pengajar muda di Lebak saya sakit (Nur Wahidah) bercerita bagaimana dia harus meminum ramuan daun-daunan yang direbus, bahkan ketika sakitpun daun-daunan menjadi makanan untuk kami di Lebak Setiap hari makanan saya disini adalah lalapan yang terdiri dari daun-daun yang saya tidak tahu apa namanya, seminggu pertama makanan ini terasa pahit dimulut namun ketika sudah melewati dan sudah terbisa dengan daun-daun tersebut makanan saya tersa enak, apalagi ditambah dengan sambal yang pedas. Sungguh nikmat sekali makan dengan lalapan itu. Daun lalapan biasanya diambil langsung dari kebun, saya pernah mengikuti anak-anak murid saya dan mencari lalapan kekebun mereka untuk makan siang. Mereka mengambil segala jenis daun yang dalam pikiran saya, apakah daun ini bisa dimakan? Murid saya mengatakan bahwa daun-daun ini enak dimakan, ada salah satu daun disini bernama daun poh-pohan, itu akhirnya menjadi kesukaan saya ketika makan dengan lalap daun. Daun itu terasa enak. Lain ketika berada diwarung sunda, lalapan daun ini jarang saya temui ketika saya makan di warung-warung sunda. Ada makanan yang sebelumnya saya tidak bisa memakannya yaitu pete dan jengkol, beberapa kali disajikan dan beberapak kali kreasi masakan dengan pete dan jengkol disajikan sebagai pendamping makan nasi saya, saya tetap tidak bisa memakannya. Pete dan jengkol merupakan makanan kegemaran masyarakat Sunda ini membuat lahap orang memakan santapan makanananya, hampir seratus persen saya menjamin tidak ada orang di Lebak ini yang tidak menyukai pete dan jengkol ini, mereka mengatakan kalau makan dengan pete dan jengkol itu menambah nafsu makan. Pernah seketika makanan disajikan dengan ayam bakaka (ayam panggang), pete nakar dan sambal goreng, rekan-rekan guru mengatakan bahwa yang mebuat makan siang ininmenjadi enak adalah dengan pete dan sambal ini, bukan karena ayam bakaka nya. Saya keheranan dan mencoba memakan pete itu, saya bisa menikmati walaupun hanya 3 butir pete. Sore harinya kemudian perut saya menjadi kembung seperti masuk angin. Saya berfikir mungkin ini efek dari makan pete tadi siang. Selang berlangsung lama, akhinya saya meberanikan diri untuk memakan pete dan jengkol ala kadarnya, untuk menunjukan rasa hormat dan rasa kesukaan saya terhadap masakan yang disajikan untuk saya. Saya tidak mau terkesan sombong ataupun manja dengan tidak bisa memakan makanan seperti itu. Orang tua asuh saya senang sekali ketika akhinya saya sudah terbiasa dengan makanan yang mereka sajikan. Kehawatiran mereka adalah ketika ada orang kota menetap dirumahnya yang paling dikhawatirkan adalah mengenai makanan. Oleh karena itu bisakanlah untuk beradptasi, terutama adaptasi dengan makanan yang biasa dimakan oleh masyarakat setempat. Tentunya masyarakat akan senang dan menerima kita ketika kita sudah menyatu dan gemar terhadap makanan yang mereka biasa sajikan. Selamat mencoba makanan yang belum pernah anda coba.


Cerita Lainnya

Lihat Semua