info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

2 Tahun

Eko Budi Wibowo 14 Januari 2012

2 Tahun Kejadian ini berlangsung ketika saya pergi dari kampung untuk ‘turun gunung’ ke kecamatan untuk berkumpul dan berkordinasi dengan teman-teman Pengajar Muda Lebak lainnya. Hari itu hari minggu, tugas saya mengajar silatpun saya cancel lagipula cuaca hujan membuat tanah lapangan menjadi becek.  Saat itulah saya kemudian berkumpul seharian dengan teman-teman membahas program kerja Lebak semester kedepan, kamipun membicarakan tentang seleksi pengajar muda IV yang sedang berlangsung ketika itu kami membicarakan mekanisme transisi dari kami ke pengganti kami. Tentunya dari sekarang kami harus memikirkan dan membuat rekomendasi yang pas untuk pengganti kita disini, setiap kami bertugas dari sekarang untuk mengumpulkan data yang sebanyak-banyak untuk dijadikan rekomendasi tersebut.

Dilain tempat diwaktu yang sama; masyarakat kampung Sitoko sedang berkumpul dirumah bapak angkat saya, dia adalah tokoh masyarakat disini seorang Jawara dan jaro (Kepala Desa). Bapak Haji Hamam ternyata sedang membicarakan tentang kepergian saya hari ini dari kampung, bapak angkat saya tersebut menceritakan bahwa hari ini dia sangat sedih ditinggal oleh saya, apalagi mendengar bahwa tugas saya sebentar lagi akan selesai. Bapak Haji Hamam mengumpulkan warga untuk mendengar pendapat mereka tentang kehadiran saya di kampung ini, didiskusikan kemudian bahwa kehadiran saya dirasa membawa manfaat besar dikampung ini. Mereka belum pernah didatangi orang dari luar untuk kemudian memikirkan keadaan masyarakat disini, akhirnya di putuskan sebuah keputusan bahwa Bapak Haji Hamam atas nama masyarakat akan meminta saya untuk lebih lama lagi tinggal di kampung ini.

Dalam perjalanan pulang menuju kampung selepas magrib merupakan perjalanan yang amad beresiko, untung saya dijemput oleh Pak Iden dia seorang rekan guru yang juga tinggal dikampung, dalam perjalanan di motor saya berfikir untuk merumuskan kriteria pengganti saya yang pas untuk masyarakat disini, sambil sesekali berbincang dan meminta pendapat Pak Iden, akhirnya ditemukan sebuah rekomendasi yang akan saya lempar nanti ke masyarakat untuk meminta respon mereka. Pertama, pengganti saya adalah harus seorang perempuan dan kedua harus seorang muslim yang pemahaman Agamanya tinggi. Kenapa saya menginginkan perempuan, karena kehadiran perempuan dilihat sangat pas mengingat anak-anak dikampung Sitoko butuh sosok guru perempuan, semua guru-guru disini adalah laki-laki, butuh sentuhan tangan wanita untuk bisa melembutkan mereka. Kedua kenapa harus Muslim yang pemahaman agamanya tinggi, mengingat kebermanfaatannya yang sangat banyak kalau dia bisa membantu mengajar Madrasah, sekolah dikampung ini satu paket; pagi untuk sekolah inpres dan sore untuk sekolah agama, tidak bisa dipisahkan.

Sepulang dan sesampai dirumah, seperti biasa kumpulan orang-orang dirumah bagi saya tidak asing, karena memang ketika Pak Haji pulang kerumah setelah bekerja menambang emas biasanya ada saja masyarakat yang datang. Saya sudah bisa menyaksikan perkumpulan seperti ini, kali ini saya seperti biasa bersalaman dengan semua orang yang berkumpul. Saya kemudian disuruh untuk segera berbesih dan makan malam. Saya mengatakan saya sudah makan malam, setleah salin pakain sebentar kemudian saya bergabung dengan perkumpulan itu. Saya membuka obrolan kalau saya habis berkumpul dengan teman-teman di kecamatan dalam rangka program yang harus saya selesaikan. Saya juga bilang bahwa hari ini saya juga membicarakan penggantian saya beberapa bulan lagi oleh pengajar yang baru. Tidak disangka Pak Haji langsung bereaksi, bahwa sesungguhnya mereka berkumpul dalam rangka membicarakan saya sedari tadi. Pak Haji sebagai orang tua merasa sudah menganggap saya sebagi anaknya sendiri bahkan lebih dari sekedar anak. Dia lebih memperhatikan keadaan saya dibanding anak sendiri, Pak Haji berterus terang seperti itu. Hari ini Pak Haji merasa kehilangan sekali ketika saya pergi, apalagi nanti ketika saya akan pergi meninggalkan tempat ini dan digantikan orang lain. Pak Haji tidak setuju kalau saya pergi saya harus menambah masa tugas saya lagi disini minimal selama 2 tahun, saya sungguh terkejut ketika Pak Haji mengutarakan semua itu.

Antara bangga karena dimiliki oleh masyarakat atau takut tidak bisa pulang, saya pun hanya tertunduk mendengarkan semua omongan Pak Haji didepan masyarakat. Pak Haji akan mengusahakan segala upaya untuk bisa mempertahankan saya di kampung ini, Pak Haji sudah berbicara kepada masyarakat untuk menghimpun tanda tangan dan akan berhadapan langsung dengan Bupati. Bukan hanya sekedar gertak sambal, Pak Haji memang orang yang bisa dipegang omongannya, kali ini saya merasakan keseriusan Pak Haji. Pak Haji yang seorang jawara titahnya begitu disegani dimasyarakat dan jalinan kekuasaan dia bisa mencapai ke Bupati. Pak Hajipun tidak cukup sampai disitu, rencananya akan menggunadang wartawan dan meminta komentar Pak Haji ditulis supaya keberlangsungan saya tetap berada dikampung ini. Sayapun cuma bisa mendunduk dan menggelengkan kepala.

Saya berusaha untuk menjelaskan kepada Pak Haji bahwa, kenapa saya cuma satu tahun. Kita memberikan anak muda lainnya yang mau mengabdi juga disini. Pak Haji membantah, bagaimana kalau orangnya tidak seperti Pak Eko. Bagi Pak Haji, yang dia butuhkan Pak Haji adalah orangnya. Dia meminta saya untuk terus berada disini. Argumen saya pun patah, saya mengatakan memang merasa belum berbuat apa-apa untuk kampung ini, saya merasakan memang sangat kurang bisa memberikan yang terbaik, satu tahunpun memang dirasa kurang. Begitulah omongan saya ke Pak Haji. Pak Hajipun mendukung saya untuk terus bisa melanjutkan sampai 2 tahun mengabdi demi masyarakat disini. Saya menyerahkan semua itu kepada keputusan Indonesia Mengajar.


Cerita Lainnya

Lihat Semua