Empat Orang?

Dwima Rizky Rudjito 17 Juli 2012

Hujan membasahi desa. Pagi ini sekolah mulai masuk setelah libur panjangnya, akhirnya aku bisa bertemu murid-muridku. Dengan antusias aku bergegas dan bersiap-siap menyiapkan diri menuju sekolah, menembus hujan ini.

Aku berjalan ke sekolah, tak lupa aku menggunakan payung untuk menghindari rinai hujan yang turun. Setelah sampai di sekolah aku langsung menuju ruangan guru, dan ternyata belum ada 1 orang guru pun yang datang. Aku kaget, bingung, dan sejenisnya. Aku berinisiatif datang ke rumah pak Man, seorang guru. Aku memanggil-manggil namanya tapi tidak ada jawaban, ya sudah aku kembal ke sekolah. Di sekolah aku seperti orang asing yang tersesat. Puluhan pasang mata polos anak-anak sekolah dasar menatapku. aku bingung. Aku cuma tersenyum membalas tatapan mata mereka. sekitar 10 menit kemudian pak Man akhirnya datang. Ternyata tadi ketika aku datang ke rumahnya, pak Man sedang bersiap-siap. Pun pak Man ternyata tidak memegang kunci juga. Kami mendatangi rumah ibu Dayang, kepala sekolah. Masih sia-sia juga ternyata, kuncinya belum ditemukan. pak Man berinisiatif membuka kunci dengan bantuan tang, nanti bisa diperbaiki lagi katanya. pintu pun terbuka. Aku dan pak Man masuk.

Aku hanya berdua bersama pak Man sebelum akhirnya ibu Lili datang. beliau adalah kakak kandungnya pak Man. Akhirnya kami pun menuju ke ruangan kelas untuk beres-beres bangku dan meja. Siswa-siswa tampak sibuk membawa bangku dan kursi dengan tangan-tangan kecil mereka. aku membantu pak man menutup pembatas kelas dengan kayu pembatas yang tersedia, bisa dibilang kalau ini adalah kerja bakti.

 

***

 

Setelah selesai, akhirnya aku masuk ke dalam kelas dimana aku menjadi wali kelasnya, yaitu kelas V. Begitu menuju kesana ternyata tidak ada seorang murid pun. Aku tercengang. tak lama kemudian ada seorang murid perempuan yang masuk dan duduk. Oke, kelas ini seperti dipenuhi suara jangkrik yang berbunyi "krik,krik,krik". aku hanya bertanya kepada muridku itu yang belakangan ku ketahui namanya Jumrah kemana murid-murid yang lain? Jumrah hanya menjawab "tidak tahu pak". Pak Man masuk kedalam kelas dan bilang kepadanya kalau sudah bisa pulang. ya sudah, akhirnya dia pulang. hari pertama memang selalu dipakai untuk beres-beres sekolah, mungkin sampai seminggu ke depan masih belum belajar aktif. Karena hujan murid-muridku yang berasal dari dusun lain tidak bisa datang.

 

Aku bertanya ke pak Man kalau muridku kelas V nanti berapa orang? ternyata benar kalau muridku berjumlah 4 orang. Ya, 4 orang yang luar biasa tentunya. 4 orang yang akan menjadi sahabat kecil selama menjadi PM di desa ini. baru 1 orang saja yang aku ketahui, sisanya aku belum tahu. hujan menjadi penghalang untuk murid-muridku yang lain. Aku pun mengambil napas panjang dan kemudian menghelanya. apakah 4 orang ini akan menjadi sesuatu yang mudah? atau justru semakin sulit?kalau di tempat bimbel tentunya kelas dengan jumlah murid 4 orang akan dikenakan biaya yang lebih mahal. kalau disini? ya silahkan dinikmati. apa pun itu nantinya aku tak mau ambil pusing. Aku pulang ke rumah. Begitu sampai di rumah aku langsung tidur. Petualangan besarku baru akan dimulai, ujarku dalam hati sambil memejamkan mata.


Cerita Lainnya

Lihat Semua