Semua tentang Rizky
Dwi Gelegar 23 Januari 2011
Semua tentang Rizky
“Nama saya Rizky, saya murid pindahan dari Sulawesi.“ ,ujar seorang anak baru di SD 001 Tanjung Harapan yang ada di kelas 6B dimana tempatku mengajar. Kuajak dia memperkenalkan dirinya sendiri di depan kelas. Dengan sedikit malu-malu dan salah tingkah yang ditandai dengan caranya dia yang sering menggaruk-garuk kepalanya, dia mencoba memperkenalkan dirinya di depan anak-anak. Pakaianya sedikit berantakan dengan baju yang dikeluarkan dan gaya rambut berdiri ditambah poni panjang di depanya menjadi ciri khas dirinya. Tak lama setelah memperkenalkan diri kemudian dia langsung kembali ke tempat duduknya di bagian belakang bersama salah seorang anak murid saya yang cukup besar pula badanya. Itulah awal perkenalan saya terhadap seorang anak yang dalam 2 bulan pertama saya disini telah membuat masyarakat sekitar sedikit heboh dengan kisahnya.
Selama 2 bulan saya mengajarinya di kelas 6B banyak hal-hal unik yang terjadi dan sempat membuat saya sedikit bingung bagaiamana mengatasi anak ini. Dia adalah salah satu anak yang sangat aktif sekali, di kelas dia tidak bisa diam dan selalu mengganggu temanya. Seringkali dia berkelahi dengan salah seorang anak yang sebelumnya adalah anak pembuat masalah juga di kelas ini. Anak itu yang paling disegani oleh anak-anak lainnya. Setiap dia membuat masalah tidak pernah ada yang berani mengadukanya karena setiap setelah kejadian itu siapapun yang mengadu kepada guru akan langsung dia hajar. Mungkin dia bercita-cita menjadi seorang petinju suatu hari nanti. Namun anak yang disegani ini ternyata takluk dengan rizki. Dia tidak berani melawan rizki dan selalu tunduk atas segala apa yang disuruh oleh Rizki.Hal ini sering saya amati ketika mereka sedang istirahat sambil bermain bola di lapangan sekolah. Keduanya sering terlibat perkelahian kecil dan berakhir dengan tangisan dari anak yang bernama Basir ini. Walaupun hanya gertakan saja namun dia tetap takut dengan Rizki. Berbeda dengan ketika dia berhasil menakut-nakuti anak-anak lainnya di kelas. Ketika Rizki berhasil menaklukan anak ternakal di kelasku maka dia menjadi orang yang paling disegani di kelas dan sekolah.
Selama pelajaran setiap hari pasti Rizki selalu membuat masalah. Entah menggoda anak-anak perempuan hingga mereka nangis, memukul salah satu kepala anak lainnya, melempar temanya dengan buku atau kertas, menjahili teman sebangkunya, selalu menolak perintahku setiap aku minta dia maju untuk menjawab pertanyaan, menjadi provokator ketika ada perkelahian kecil ketika bermain bola saat istirahat, dan masih banyak hal-hal lainnya yang dia lakukan di kelas yang membuat dia sempurna menjadi seorang anak yang wajib aku taklukan dan membuatnya berprestasi. Walaupun sulit tapi aku yakin bisa melakukanya, setidaknya aku bisa berusaha merubah keaktifanya di kelas menjadi lebih positif. Akhirnya aku mulai untuk melakukan pendekatan khusus kepadanya sebelum tingkahnya semakin membuat anak-anak lainnya tidak betah dikelasku. Langkah pertama adalah aku membuat sesi curhat atau sesi sharing setelah pelajaran di kelas selesai. Sebenarnya ini adalah salah satu program yang aku rencanakan untuk dilakukan di semester 2 karena ini adalah salah satu caraku untuk dekat dengan anak-anak di kelasku dan mengatahui kebiasaanya di rumah hingga kondisi keluarga anak-anak di kelasku, namun karena melihat kondisi menuntutku untuk langsung menerapkanya maka aku mencobanya. Aku pun mencoba mendekati rizki seperti aku mendekati teman baruku, aku mencoba memperlakukan dia sebagai teman cerita bukan sebagai murid. Aku menjadikanya salah satu pemain utama dalam tim sepakbola sekolah kemudian aku lebih sering mengajak dia berbicara setelah pulang sekolah sekaligus bercanda. Aku mencoba meruntuhkan tembok batasan seorang guru dan muridnya. Aku adalah temanya yang berusaha membuatnya menjadi lebih baik dan bertahan saat dia mulai tak memperhatikanku lagi. Sulit awalnya mendekatinya namun akhirnya aku berhasil dekat dengannya sebagai teman setelah beberapa hari aku lakukan pendekatan. Pendekatan yang kulakukan mulai dari ikut nongkrong bersamanya saat istrirahat, membelikanya pentol dan terang bulan (martabak manis), menyapanya terus menerus saat aku melihatnya tidak ikut sembahyang dan bermain dengan anak-anak SMP dan SMA, menjadi wasit saat dia bermain bola bersama teman-temanya, dan masih banyak hal lainnya. Intinya adalah aku mencoba menjadi teman berbaginya. Dia mungkin bukan anak kecil lagi yang bisa langsung dimarahi di depan kelas ketika melakukan kesalahan. Aku lebih memiliih untuk menegurnya setelah kelas selesai sambil bercanda gurau denganya agar dia tidak canggung atau malu denganku. Ketika pendekatanku berhasil dia lebih bisa menghormatiku ketika di kelas dan menurutiku ketika aku memintanya menghafalkan bacaan sholat. Sudah tak ada lagi bantahan ataupun kenakalan-kenakalan berlebihan ciri khas Rizki. Aku juga sering menempatkanya di kelompok anak-anak pintar di kelasku agar dia bisa menjadi lebih berusaha lagi dalam belajar demi nilainya yang bagus. Walaupun hal ini sulit dilakukan karena hampir semua anak-anak menolak mengajarinya karena tingkahnya yang tidak bisa diam dan enggan untuk diajari oleh anak lainnya. Kembali tantangan bagiku semakin sulit tapi aku tak menyerah.
Mendekati ujian semester 1 akupun mencoba merayunya untuk ikut les setiap malam di rumahku agar dia sedikit bisa paham tentang pelajaran. Mungkin aku tidak memintanya secara ekstrem untuk langsung mendapatkan nilai yang tinggi namun setidaknya dia mengerti pelajaran yang aku berikan pada hari itu dan ketika ulangan dia tidak harus mencontek. Untuk masalah mencontek dia adalah ahlinya menekan temanya yang lain untuk mendapatkan jawaban. Berbagai trik kerapa dilakukanya ketika aku melakukan ujian kecil demi tambahan nilai. Aku tetap berhasil mengalahkan trik-trik yang dia lakukan itu. Aku mengatakan padanya ketika duduk-duduk di depan kelas tentang kejujuran agar dia tidak harus mencontek terus. Dari semua perilakunya yang kurang positif ini ada beberapa hal yang baik pula. Selama dia berada di kelasku telah mengalami sebuah perubahan drastis tentang sikap mengalah atau jujur. Seperti ketika ada suatu kejadian dimana salah seorang anak dikerjai temanya dengan meletakan permen karet di tempat duduknya. Pada saat itu tidak ada satupun anak yang mau mengakui perbuatan itu termasuk Rizky. Namun aku yakin dia yang melakukanya karena melihat perilaku dia pada saat itu yang mencoba menyuruh temanya yang lain yang mengakui perbuatan itu. Akhirnya setelah lama aku menunggu dan mengatakan bahwa yang jujur mengatakan bahwa itu perbuatanya tidak akan diapa-apakan (sebelumnya anak-anak ini terbiasa dipukul dengan kayu,digigit rambutnya, dicekik hingga terangkat, ditendang oleh guru-guru yang laen ketika membuat kelas gaduh atau mengganggu yang lain) maka kemudian dia mengakuinya. Kejujuran pertama yang kemudian menular pada teman-temanya yang lain ketika mereka melakukan kesalahan mereka langsung mengakuinya. Tak ada lagi kebohongan diantara anak-anak di kelasku. Rizky kini juga selalu minta izin tidak datang les karena harus bekerja di perkebunan kelapa sawit atau menangkap kepiting demi mendapatkan uang tambahan. Selain itu ketika hafalan doa-doa sholat di pelajaran agama dia adalah anak yang paling pertama maju dan langsung bisa menghafalnya. Hal ini dilakukanya karena dia ingin segera keluar kelas dan pulang. Aku memberikan kesempatan kepada anak-anak yang bisa hafalan doa-doa sholat dapat pulang lebih cepat. Inilah yang memicu semangatnya sehingga bekerja ekstra keras.
Namun suasana hatiku mulai panas lagi ketika aku tahu bahwa Rizki masih terus bermasalah di luar sekolah. Masalah yang dia timbulkan adalah dia berkelahi dengan anak kepala sekolah SMP dan SMA dimana selama ini orangtua dari anak itu sering sekali membantu kami selama ada disini terutama dalam menggalang sebuah kegiatan di masyarakat. Ketika di Grogot kami juga menginap di rumah orang tua anak ini. Bayangkan orang yang sangat baik sekali kepada kami tiba-tiba anaknya berada di bawah ancaman dari Rizky yang mengatakan ingin membunuhnya. Masalah ini berawal dari pertandingan sepakbola setiap hari minggu yang kami lakukan, dimana pada saat itu mereka berdua terlibat perkelahian dan diteruskan hingga disekolah. Tak lama setelah kejadian ini Rizky juga dipergoki bersama teman-temanya memaksa salah satu tukang bangunan yang sedang bekerja di sekolah kami untuk memberikan rokok satu bungkus yang baru dibeli, cat sekitar 2 kaleng, dan 1 kotak gagang pintu yang masih baru. Mereka kemudia mengatakan bahwa mereka adalah preman tanjung aru. Sang tukang pun sempat ketakutan karena sempat berpikir bahwa dibalik anak-anak ini ada yang mendukung jadi akhirnya dia tidak berani melawan. Walaupun Rizky sempat ditangkap oleh salah satu warga dan diintrogasi dia juga tidak mengakui perbuatanya. Akhirnya Ibu Kepala sekolah SMP dan SMA ini mencari tahu tentang anak ini di lingkungan sekitar dan mampir ke rumahnya. Ternyata ketika berbincang dengan keluarga tempat dia tinggal ada beberapa kejadian lagi yang belum saya tahu. Rizky sering memalak anak-anak perempuan di sekitarnya dan kalau tidak diberikan uangnya maka akan dirontokan giginya alias dihajar. Hal ini juga kerap dilakukan terhadap anak dari yang punya rumah tempat dia tinggal dimana ketika Rizky ingin memimjam motor namun tidak diberikan maka tak lama kemudian anak ini pasti jadi bulan-bulanan Rizky tepat di depan orang tua anak itu juga. Entah mengapa dia sungguh sangat berani melakukanya.
Rizky adalah anak titipan di keluarga ini, dia tinggal bersama tante tirinya dan ibu tirinya. Dia sudah sering pindah sekolah dan lingkungan rumah karena tingkahnya selalu meresahkan warga tempat ia tinggal. Pernah ketika ibunya memberikan makanan kepadanya, dia kemudian langsung menendang piring makanan itu ke muka sang ibu. Akupun semakin penasaran tentang latar belakang anak ini. Setelah aku cari tahu ternyata ada beberapa hal yang menyedihkan diantara semua kisah Rizky. Ayahnya bekerja di daerah Riwang yaitu perkebunan kelapa sawit yang dari tempatku tinggal berjarak 2 jam menggunakan kapal. Ayahnya tidak pernah pulang dan dulu sempat masuk penjara karena kasus pembunuhan, Ibunya adalany seorang (maaf) pekerja seks komersil. Aku merasa bahwa dia seperti ini karena tidak pernah mendapatkan perhatian penuh dari kedua orangtua dan lingkungan keras tempat dia tinggal membentuk watak dia saat ini. Masalah berikutnya adalah Rizky masih belum mendapatkan surat keterang pindah dari sekolah dia sebelumnya di Sulawesi sehingga dia belum mendapatkan nomor ujian untuk UASBN bulan Mei nanti. Jadi selama di sekolah ku dia hanyalah sebagai murid titipan daripada tidak sekolah. Seperti itulah ujar kepala sekolahku menyebutnya. Aku semakin sedih dan tidak bisa berbuat apa-apa. Surat keterangan yang diminta oleh sekolah kepada keluarga Rizki di Sulawesi juga tak kunjung di urus. Aku dan beberapa orang lain sempat berpikir bahwa jika anak ini sampai berhenti sekolah maka dia bisa semakin rusak lagi oleh lingkungan. Aku takut sesuatu terjadi padanya suatu hari nanti. Dia hanyalah seorang anak kecil yang butuh bimbingan. Puncak dari semuanya adalah ketika pembagian rapot dia tak datang dan beberapa anak-anakku mengatakan bahwa Rizky sudah tidak sekolah karena dia pergi ke Riwang tempat perkebunan kelapa sawit membantu ayahnya mencari uang. Habis sudah kesempatanku mendekatinya dan merubahnya. Bagi masyarkat sini ketika sang anak sudah dapat menghasilkan uang maka dia tidak butuh lagi untuk ke sekolah. Pandangan ini yang agak sulit aku ubah.
Hingga saat ini aku masih menunggu saat yang tepat untuk menyelesaikan tulisanku ini karena aku ingin ceritaku berkahir bahagia dengan Rizky yang kembali ke sekolah. Tapi kini aku lebih memilih untuk menunggu saat-saat dia kembali lagi ke sekolah sekedar untuk bertemu teman-temanya. Aku tidak bisa meminta bantuan siapapun disini selain memohon kepada Allah agar Rizky dijauhkan dari segala masalah. Aku masih merencakan untuk pergi ke Riwang pada hari libur untuk mencari Rizky demi menanyakan alasanya secara langsung dan bertatap muka denganya. Aku ingin tahu keinginan sebenarnya dari anak ini apa.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda