info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Sahabat Setiaku Kini adalah Minyak Kayu Putih dan Raket Listrik

Dwi Gelegar 23 Januari 2011
Sahabat Setiaku Kini adalah Minyak Kayu Putih dan Raket Listrik Kaki ku dulu masih mulus tapi kini sudah korengan (dengan nada iklan salah satu vitamin anak). Dulu ku sering bangga ketika melihat kakiku masih mulus (walau ada bulunya), putih dan bersih. Aku selalu merawatnya karena ini adalah kebanggaanku juga. Bayangkan saja muka sudah lumayan bersih eh masak kakinya korengan.Makanya aku selalu berusaha menjaga kebersihan badan termasuk kaki. Kaki juga adalah sumber penyakit jika kita tidak rajin membersihkan. Namun kini ketika aku sedang mengabdi menjadi guru di sebuah desa bernama tanjung aru tepatnya di Paser, Kalimantan Timur, aku sudah tidak perduli dengan bagaimana bentuk kakiku lagi. Korengan berwarna warni, ada yang hitam, masih merah karena baru aku garuk, ukuranya ada yang panjang, pendek, bulat melebar dsb. Semuanya menjadi tato selamat datang bagiku selama aku mengajar di desa ini. Bangun pagi sebelum ke sekolah aku pasti sudah mendapatkan jatah ciuman selamat pagi dari para nyamuk dan agas (sejenis nyamuk tapi lebih halus, tak terlihat dan kecil sekali ketika menggigit langsung meninggalkan bentol yang besar, merah dan gatal). Garuk...garuk...garuk.... tak ada hari tanpa menggaruk kecuali ketika aku di balikpapan liburan. Di pagi hari pasti sudah ada update bekas luka terbaru karena para nyamuk dan agas ini menggigit ketika tidur di malam hari. Walaupun menggunakan autan, soffel, obat nyamuk, minyak tawon, minyak kayu putih, bedak caladine cair dan bubuk atau pakai celana panjang semuany tidak berpengaruh karena gigitan itu tetap menembus celana panjangku. Ketika aku berangkat ke sekolah dan berada di sekolah nyamuk dan agas tidak begitu banyak sehingga aku tidak harusK selalu menggaruk-garuk di depan anak-anakku di kelas. Namun itu hanya libur sesaat dari pertemuanku dengan para nyamuk dan agas ini. S     epulangnya dari sekolah akupun bertemu lagi dengan mereka ketika ku ingin istirahat. Baru saja ku ganti baju dan celana pendek untuk sekedar duduk-duduk bersantai mereka telah menghampiriku. Bagai artis baru yang selalu dikerumuni para fansnya begitu pula aku yang selalu dikerumuni oleh para nyamuk ini. Garuk dan garuk lagi adalah kebiasaanku. Aku masih tak bisa menahan gatalnya gigitan nyamuk yang di kaki-kakinya ada bintik-bintik berwarna putih ini. Bekas lukaku semakin bertambah dari ke hari sama seperti jumlah nyamuk yang tak kunjung habis dan terus meningkat. Siang dan sore hari adalah saat bagi para binatang ini menggangguku. Saat siang hari dimana udara sangat panas sekali karena lokasi rumahku tepat di pinggir laut seperti rumah-rumah panggung nelayan-nelayan di indonesia, mereka tetap bertebaran mengincar mangsanya. Kalau kata orang sini siang dan sore itu adalah jam kerja mereka.Biasanya lebih banyak agas kalau siang dan sore. Entah darimana asal binatang-binatang ini. Sulit sekali aku menghindarinya. Ketika siang hari aku tidur di atas lantai yang hanya beralaskan seprei dan berbantalkan pelampung daru Indonesia mengajar, mereka mulai menghantuiku. Tak ada tidur siang yang nyenyak karena ditemani sahabat baruku ini. Sambil keringat terus bercucuran karena panas terik matahari semakin masuk ke rumahku, aku terus terganggu oleh suara-suara kecil nyamuk di samping kupingku dan para agas yang sedang menggerayangi kakiku. Ketika bangunpun akhirnya aku mendapatkan tambahan tato selamat datang di bagian kaki dan tangan. Malam harinya ketika sholat di mesjid dan mushola pun nyamuk-nyamuk ini sering bermunculan. Pada saat aku mengajar buta huruf para ibu-ibu yang berumur sekitar 50-an ini, para nyamuk inipun setia menemani kami. Anak-anakku yang setia membantuku memerangi mereka ketika di mesjid. Mau dibunuh hingga banyak tetap saja mereka masih terus berdatangan. Apalagi ketika air sedang pasang yang kemudian air pasang laut itu sampai di depan halaman rumahku, maka kemudian setelah surut itulah para pasukan pemberani ini semakin giat muncul dan rajin hingga kemanapun aku pergi. Di malam hari menjelang tidur aku harus melumuri kakiku dengan minyak tawon terlebih dahulu atau minyak kayu putih agar tidak begitu parah kena gigitan nyamuk. Walau sebenarnya ini juga tidak banyak membantu, Kemudian kejadian ini terus berulang setiap hari hingga sekitar 2 bulan aku disini. Namun untuk mengurangi jumlah nyamuk itu aku kemudian meminta kepada fasilitator kabupaten untuk membelikan raket listrik untuk membunuh para tentara bayaran ini. Dari hari ke hari aku selalu bertanya kepada orang sekitar, keluarga, teman hingga pacar mengenai cara mengurangi gatal gigitan nyamuk sekaligus menghilangkan bekasnya yang telah menumpuk banyak di kaki, paha dan tanganku. Beberapa masyarakat sini berpandangan bahwa hal ini biasanya hanya berlangsung sementara dan lama-kelamaan akan sudah terbiasa dan tidak digigit lagi. Aku sempat berpikir sampai kapan ini akan berakhir karena hingga bulan ke 2 aku disini kebiasan serangan maut ini tidak kunjung hilang. Menurut orang dari puskesmas disini gigtan agas dan nyamuk ini tidak berbahaya namun memang gatalnya bisa menyebabkan alergi dan bekas luka yang agak sulit hilang. Salah satu kepala sekolah di SMP dan SMA disini menyarankanku untuk menggunakan caladine cair yang katanya efektif mengurangi rasa gatal plus tidak berbekas. Akupun sempat mencobanya untuk mengurangi dampak dari serangan tentara maut ini. Hasilnya adalah setiap sore kakiku selalu penuh dengan warna pink (warna caladine cair) yang berada di atas setiap bekas lukaku. Memang awalnya sangat mengurangi rasa gatal namun ternyata itu hanya sementara. Karena nyamuk dan agas itu tak kunjung berkurang jumlahnya sehingga tetap menggigitku lagi dan lagi. Maka kemudian obat ini aku tinggalkan selain telah membuat kakiku selalu penuh warna dan baunya yang kurang sedap, aku melihat bahwa ini tidak begitu efektif. Solusi terakhir adalah raket listrik nyamuk yang memang aku pesan ke fasilitator kabupaten. Rencananya itu baru akan datang minggu depan. Akhirnya datang juga hari dimana senjata pamungkasku datang demi menghadapi serangan tentara berani mati ini. Di hari pertama aku langsung menggunakanya dan membasmi para nyamuk yang ada di rumahku. Aku keliling dari kamar satu ke kamar lainnya termasuk ke kamar mandi karena di tempat ini aku juga sering diserang. Saat sedang buang air pasti mereka selalu menemaniku hingga aku tak betah berlama-lama di kamar mandi. Hari pertama itu aku panen. Trekkkk...trekkkk...trekkkkk...trekkkk....suara raket listrik ini membuatku sangat puas sekali. Menurutku cara mengurangi gigitan nyamuk ini adalah dengan mengurangi populasinya maka kemudian cara ini adalah langkah terakhirku untuk menghadapi mereka selama setahun ke depan. Selama aku menggunakan raket ini sudah lumayan kurang gigitan nyamuk ini karena sebelum tidur aku pasti melakukan razia besar-besaran di sekitar tempatku tidur.Selain raket listrik ini akupun punya teman setia satu lagi yaitu minyak kayu putih sebagai pengobat gatal bekas gigitan atau dalam perang sebagai peralatan P3K  untuk menyelamatkan para tentara yang sedang terluka. (Lebay mode ON) Kemanapun aku pergi sudah tidak begitu perduli dengan wangi dari parfum atau pewangi lainnya. Kini bauku adalah bau minyak kayu putih. Kapan pun dan dimanapun aku selalu membawanya. Ketika menjadi juri dance di tempatku pun aku membawanya ke atas panggung. Aku sudah tidak perduli apa kata orang, yang aku pikirkan hanyalah bagaimana aku bisa melawan rasa gatal ini. Sungguh nyamuk dan agas menjadi musuh utamaku dimanapun dan kapanpun aku berada. Dirumah, di mesjid, di sekolah, di kamar mandi, di jalan dan dimana-mana ada orang pasti ada mereka. Hingga kini aku masih terus berjuang menghadapi serangan nyamuk dan agas ini sambil terus berharap bahwa bekas luka yang telah menjadi koreng di kakiku cepat hilang dan sembuh. Anak-anak muridku sampai pernah berkata kepadaku kala melihat kakiku, “ Bapak kok kakiknya jorok sekali seh? Tidak pernah mandi ya?”, kacau, kacau, kacau.Mereka saja sudah memanggilku seperti ini bagaimana dengan teman-temanku nanti. Tapi tak apalah hal ini terjadi padaku, karena ini adalah kenang-kenangan yang sedang dibuat dan diukir oleh para penghuni desa tanjung aru terhadap tubuhku. Bersyukurlah kalian yang masih bisa tidur nyenyak dengan AC, kipas dan tempat tidur nyaman di rumah masing-masing. Tak ada nyamuk atau agas dimanapun kalian berada. Ketika di kamar mandi kamu bisa benar-benar menikmatinya,ketika tidurpun tidak terusik oleh apapun, ketika sholatpun tidak harus garuk-garuk karena gatal gigitan nyamuk. Bersyukurlah wahai kawan. Aku juga bersyukur disini masih hanya berhadapan dengan nyamuk dan agas saja. Mungkin teman-temanku di daerah lain lebih tersiksa daripada aku disini. Bersyukur aku masih tetap sehat walau terus digigit oleh nyamuk-nyamuk disini. Masyarakat sini tidak ada yang meninggal karena gigitan nyamuk dan agas jadi aku tidak perlu takut.Sahabatku minyak kayu putih dan raket listrik akan selalu bersamaku mengarungi satu tahun mengabdi di tanjung aru sebagai guru SD.

Cerita Lainnya

Lihat Semua