info@indonesiamengajar.org (021) 7221570 ID | EN

Lihat mereka lebih dekat

Dwi Gelegar 25 Juli 2011

Lihat mereka lebih dekat

Apa yang akan kalian lakukan andai kalian seorang guru dan sedang melihat ada beberapa anak yang nakal dan sering mengganggu teman-teman mereka di sebuah kelas? Mungkin sebagian dari kita akan langsung memarahi, namun ada pula sebagian dari kita yang mencoba menasehati terlebih dahulu baru kemudian jika masih bertingkah maka akan langsung memarahi mereka. Namun apakah kalian hanya akan memarahi mereka dengan ceramah-ceramah yang panjang tentang bagaimana berperilaku yang baik atau kalian langsung memaki mereka dengan nada yang tinggi dan muka yang kejam? Pilihan apa yang kalian miliki ketika menghadapi situasi seperti ini? Apa kalian yakin ketika kalian sangat kesal melihat tingkah anak-anak yang berperilaku kurang baik ini tidak ada keinginan untuk memukul mereka secara fisik? Apa kalian yakin dapat menahan perasaan untuk menyakiti anak-anak yang nakal itu ? atau mungkin kalian berpikir untuk menghukum mereka keliling lapangan di tengah hari dimana pada saat itu matahari sedang tidak bersahabat panasnya? Apapun bayangan kalian tentang yang akan kalian lakukan terhadap anak-anak ini aku berharap tidak ada dari kalian yang akan berpikir untuk melakukan kekerasan fisik kepada mereka. Itu bukanlah hal yang dapat membuat mereka jera. Namun bukan berarti kita tidak boleh tegas kepada mereka. Mari pikirkan sebuah hukuman yang mendidik namun tetap dapat membuat mereka menghormati kita sebagai seorang guru, sahabat untuk bercerita ketika ada masalah dan sebagai orangtua ketika mereka merasa sendiri. Aku lebih senang menggunakan kata “melihat lebih dekat” terhadap segala apa yang aku rasa kurang tepat. Bukan aku berusaha menjadi orang yang paling bijak dalam mengatasi masalah namun aku mencoba memposisikan diri ini jika berada di posisi mereka. Akupun lebih senang memanggil diriku “sahabat bagi anak-anak” dibandingkan menjadi guru saja. Aku berpikir bahwa anak-anak ini sebenarnya sederhana dan tidak sulit untuk dimengerti. Sama seperti ketika kita mencari seorang sahabat atau pacar, dimana hal yang akan kita cari terlebih dahulu adalah apa kesamaan kita. Setelah itu kemudian mari berpikir tentang apa yang kita suka dan dari hal yang kita suka dapat menjadi sesuatu yang berharga. Apa itu? Aku menyebutnya “titik-titik masa depan”. Akupun memulai cara pendekatan ini terhadap seorang anak di kelasku yang memang cukup sering bermasalah yaitu seorang anak bernama Basir. Anak seorang petambak kepiting dimana keseharianya selalu membantu orang tuanya mencari kepiting di tambak.  Jangan bayangkan anak ini putih bersih dengan rambut ala anak gaul jakarta. Hitam dengan rambut berdiri tegak keatas (yang mungkin proses untuk membuat rambutnya berdiri membutuhkan waktu yang lama karena banyak menghabiskan minyak rambut) , senang bermain bola, selalu memukul temanya jika ada yang berani menantangnya dan berbagai kenakalan anak-anak yang mungkin lengkap di anak ini. Awal aku masuk kelas, anak ini sudah selalu mengejeku dengan bahasa daerah yang akupun tidak mengerti namun ada beberapa anak yang menjadi penerjemahku sehingga aku tau bahwa dia sedang mengejeku. Setiap pulang sekolah selalu ada anak yang dipukul olehnya. Entah kenapa dia selalu bertingkah seperti ini. Mungkin hal inilah yang bisa membuat dia terlihat lebih perkasa daripada yang lain. Aku mencoba “melihat lebih dekat” anak ini dengan memperhatikan setiap geraknya di sekolah saat istirahat, kegiatan favoritnya dan segala hal yang mungkin menjadi kebiasaanya selama ini. Akhirnya aku memutuskan untuk mencoba pendekatan yang berbeda dari guru-guru yang lain di sekolah ini. Kadang aku sering tak tahan melihat tingkahnya kepadaku namun aku tidak berani terlalu tegas kepada anak-anak disini karena aku sempat berpikir bahwa jika aku terlalu tegas dengan adanya pemukulan anak dan lainnya maka mereka bukanya menjadi hormat padaku tapi jadi takut. Aku mencoba menghindari ini semua. Pendekatanku kepada anak ini adalah dengan menjadikannya seorang kapten tim sepakbola kelas 6B. Aku coba memberikanya tanggung jawab untuk mengatur teman-temannya dan juga memberikan hak kepada dia untuk memilih teman-temannya yang bisa ikut dalam tim tersebut. Bagiku ketika aku memberikan tanggung jawab ini maka aku memberikan kepercayaan yang tinggi kepadanya dan membuat dia semakin merasa bahwa dia memang punya kelebihan dibandingkan teman-teman kelasnya hanya saja kelebihan itu sebaiknya diarahkan ke yang baik. Akhirnya dia pun menerima untuk menjadi kapten tim sepakbola dan siap melakukan latihan sepakbola setiap hari minggu bersama teman-teman yang lain. Tindakan dia di lapangan sungguh berbeda dengan ketika di kelas. Tenang, bertanggung jawab, tidak emosional, tidak egois, tegas dan disiplin. Semua sifat yang tidak sama sekali pernah dia tunjukan ketika di dalam kelas. Mengapa dia seperti ini? Aku semakin yakin bahwa sebenarnya dia bukan anak yang nakal tapi dia anak yang berprestasi namun belum terlihat saja. Dua kepribadian yang sungguh berbeda ketika di kelas dan di lapangan sepakbola. Aku semakin ingin menaklukan anak ini dan membuktikan bahwa untuk mengajarkan anak yang terlalu aktif seperti dia tidak perlu dengan kekerasan. Setelah aku menjadikanya kapten dan selalu memimpin rutin latihan sepakbola akupun meminta kepada semua anak-anak untuk menuliskan sebuah buku dimana buku itu berisi semua kisah mereka setiap hari dan tentang semua cita-cita mereka. Aku berharap dari buku itu aku bisa “melihat lebih dekat” sisi lain dari anak-anakku ini terutama Basir. Setelah beberapa hari buku itu ditulis aku kemudian memutuskan untuk melihat cerita dari Basir. Aku sempat terdiam ketika melihat cerita basir dimana dia menulis sebuah cerita tentang cita-cita dan harapan yang mungkin cukup berbeda dari anak-anak yang lainnya. Dia bercerita bahwa dia ingin sekali berangkat ke jakarta dan latihan sepakbola di gelora bung karno. Dia ingin menjadi pemain sepakbola profesional agar bisa membiayai orangtuanya dengan semua hasil kerja kerasnya sebagai pemain sepakbola. Dia pun seolah-olah sudah menjadi seorang pemain profesional dimana dalam cerita itu dia sedang latihan di gelora bung karno dan ada adiknya di luar ingin ikut latihan bola bersamanya. Ada jawaban dari Basir dalam cerita itu kepada adiknya bahwa adiknya harus menunggu di luar saja dan mendoakan kakaknya yaitu Basir dapat menjadi pemain yang lebih baik lagi jadi bisa membawa semua keluarganya ke Jakarta dan hidup bahagia. Aku tak bisa berkata apa-apa tentang cerita ini. Aku bingung dari mana dia mendapatkan bayangan ini. Besoknya akupun mengajaknya curhat setelah pulang sekolah dan menawarkan hal sederhana  sebagai pemicu dia untuk berprestasi. Aku bilang padanya jika dia bisa mendapatkan nilai yang tinggi dalam beberapa mata pelajaran maka sepatu sepak bola baru akan ada di meja kelasnya tak lama lagi. Mungkin bagi beberapa orang memberikan hadiah untuk meningkatkan prestasi anak-anak kurang baik tapi bagi anak ini hadiah seperti itu adalah sebuah berkah yang tidak terhingga yang mungkin belum pernah dia rasakan sebagai hasil dari jerih payahnya belajar. Bagi seorang anak pencari kepiting seperti basir ini, hadiah adalah satu-satunya penyemangat dia untuk belajar. Kondisi orang tua yang kurang dan perhatian yang sedikit minim dari orang tua mereka tentang pendidikan membuat dia merasa bahwa pendidikan tidak penting karena pada akhirnya dia hanya akan menjadi seorang nelayan tambak kepiting bersama keluarganya. Sejak saat aku memberikan harapan itu dia semakin rajin datang les di sekolah. Namun ada sedikit permasalahan dimana dia juga sering tidak bisa hadir les sore karena alasan dia harus mencari kepiting di tambak hingga magbrib baru boleh pulang oleh orang tuanya sehingga untuk mengikuti les bersamaku adalah hal yang sulit. Akhirnya akupun mengadakan les malam di rumahku bagi basir dan beberapa temanya yang memang ketika sore hari harus berjualan kue , ikan bahkan kepiting keliling kampung. Aku ingin memberikan kesempatan kepada Basir untuk berprestasi. Perubahan pun mulai terlihat di kelas ketika ku mengajar. Rajin bertanya, catatan paling rapi dan lengkap, tak pernah absen di kelas, tak pernah membuat masalah lagi, selalu menjadi sang pemimpin ketika teman-teman mereka ribut bahkan dia sempat berkelahi dengan salah seorang anak yang disegani juga oleh yang laiinya hingga dia menangis. Sungguh berbeda sikapnya kini dimana semangat juangnya untuk belajar perlahan semakin meningkat. Tak lama kemudian muncul sebuah kompetisi sains se-indonesia yang salah satu babak penyisihanya akan diadakan di SD tempatku mengajar. Akupun mengajaknya mendaftar sebagai peserta. Aku memberitahunya bahwa jika dia lolos hingga ke final maka dia akan dapat berangkat ke jakarta seperti impiannya. Aku akan mengajaknya ke gelora bung karno. Dia pun sangat semangat dan benar ingin mendaftarkan namanya sebagai salah satu peserta. Setelah aku mendaftarkanya akupun tak lupa mengingatkanya untuk ikut dalam persiapan lomba ini setiap sore. Diapun datang di hari pertama bimbingan namun ini juga menjadi yang terakhir karena dia tidak lagi pernah datang sampai h-1 lomba ini. Entah kenapa dia tidak datang namun aku tetap mendaftarkanya hingga ketika kartu pesertanya datang aku pun mengantarkanya kepadanya dan berkata bahwa besok dia harus ikut lomba walau dia tidak ikut bimbingan. Aku yakin dia pasti bisa. Diapun mengangguk tanda setuju untuk datang pada lomba tersebut walau tanpa persiapan. Di hari lomba pun dia datang dan menjadi salah satu peserta yang mengikuti seleksi untuk menjadi yang terbaik dari sekitar 80an ribu anak di seluruh indonesia dimana pada saat itu serentak ujianya dilaksanakan. Dialah salah satu wakil dari sekitar 80 anak yang mendaftar di SD tempatku mengajar. Setelah lomba pun dia tidak begitu optimis akan lolos ke babak semifinal karena dia merasa kurang persiapan. Akupun tetap menyemangatinya dan berharap dia tetap optimis untuk lolos. Satu bulan setelah lomba itu tiba-tiba aku mendapatkan pengumuman bahwa ada 10 orang anak yang lolos dari SD tempatku mengajar untuk maju ke babak semifinal. Akupun tak sabar untuk mengetahuinya nama-namanya. Beberapa nama telah aku temukan dan ada kejutan-kejutan dimana anak-anak yang tidak diunggulkan lolos ke babak semifinal. Akupun sontak teriak dan bahagia ketika aku tau nama Basir adalah salah satu dari sekita 3000an anak yang lolos ke babak semifinal. Sebuah anugrah yang tidak aku sangka-sangka dan menjadi kejutan bagiku. Ketika aku mengumumkan ini kepada guru-guru dan anak-anak mereka semua pun kaget. Akhirnya  akupun berkata kepada mereka bahwa siapapun dan darimanapun asal mereka, semuanya punya potensi untuk membuat prestasi dan sejarah di desa ini. Jangan pernah berkata tidak pada prestasi dan pendidikan. Aku sangat bahagia walaupun ketika babak semifinal diadakan di desa ini lagi dimana Basir ada didalamnya, tidak berhasil melaju ke babak final di jakarta. Tidak ada satupun yang lolos dari desa ini. Tapi bagiku ini tidak apa-apa, karena anak-anak di sekolahku telah belajar pentingnya pendidikan bagi mereka dan kesempatan akan selalu ada bagi siapapun yang ingin berusaha menjadi lebih baik dan berprestasi. Semenjak kejadian saat itu dimana Basir lolos ke babak semifinal telah terjadi perubahan signifikan pada cara belajar dan nilai-nilai yang dia dapatkan di kelas. Nilainya semakin meningkat di semuat mata pelajaran  hingga pada persiapan menjelang ujian nasional nilainya pun tidak beranjak turun dan terus menanjak. Apa yang terjadi pada anak ini aku sungguh tak bisa berkata apa-apa. Semangatnya berubah menjadi lebih berapi-api untuk berprestasi walaupun dia tetap tidak lupa untuk mencari kepiting bersama orangtuanya untuk menghidupi keluarganya. Aku sungguh tidak menyangka dia menjadi berbeda dari sebelumnya. “Sahabat” kecil ini hampir berubah menjadi kupu-kupu yang indah jika nantinya ketika ujian nasional dia dapat mengalahkan semua teman-temanya yang mendapatkan rangking. Karena selama ini Basir tidak pernah bisa masuk peringkat 10 besar di kelas bahkan 20 besar. Ketika aku melihat raportnya pun jauh dari angka sempurna. Tapi Allah memang Maha Adil terhadap semua umatnya dimanapun dia berada. Karena pada ujian akhir nasional aku dikejutkan dengan nilai seorang anak yang rata-ratanya semua 7.  Bahasa Indonesia 7,80 , IPA 7,25 . Matematika 7,75. Semuanya nilai murni tanpa rekayasa dan tanpa bantuan siapapun karena aku yang mengawasi selama ujian maupun dalam pengumpulan semua nilai kelas 6. Anak itu adalah Basir dengan nilai tertinggi di kelasnya. Anak yang sebelumnya rangking 10 besar semua nilainya jatuh. Tak ada satupun yang dapat menyaingi nilai Basir. Inilah berkah bagi sebuah kesabaran, inilah nikmat dari “melihat lebih dekat”, inilah indahnya menjadi seorang sahabat, orangtua dan guru bagi seorang anak yang mempunyai cita-cita tinggi namun tetap tulus dan rendah hati. Aku menyaksikan sebuah sejarah ditorehkan oleh anak didikku di sekolah dasar ini. Sebuah prestasi yang mungkin tidak selamanya aku bisa menjadi saksi hidup. Jika kita bisa melihat lebih dekat semua masalah pasti kita juga akan bisa mendapatkan hikmah dan pelajaran dari setiap langkah yang kita ambil. “Titik-titik masa depan” telah diisi olehnya dan kini hanya tinggal diteruskan. Aku yakin kini dia tidak akan pernah berhenti untuk bermimpi. Impianya untuk mendapatkan sepatu bola yang baru telah dia dapatkan. Apa lagi impian yang ia inginkan? Aku yakin masih banyak dan tidak akan pernah berhenti tumbuh semua impian itu. Melihatlah lebih dekat saat kau merasa sesuatu itu terlalu jauh untuk kau raih. Kau akan sedikit melihat celah untuk menggapai semua itu. “Do what you can, with what you have, where you are.  -Theodore Roosevelt-”

Cerita Lainnya

Lihat Semua