Kacamata ini harus dibersihkan
Dwi Gelegar 25 Mei 2011Kacamata ini harus dibersihkan
Apa yang terjadi ketika seseorang yang menggunakan kacamata kemudian melihat ke suatu tempat namun kacamata tersebut kabur atau kotor? Apakah orang tersebut dapat melihat dengan baik tempat yang ingin dia tuju? Atau apakah dia akan sampai ke tempat tersebut dengan pandangan yang buruk tersebut? Mungkin ada beberapa orang yang dapat melihat tempat tersebut dengan baik dan bisa sampai ke tempat itu dengan membersihkan kacamata itu terlebih dahulu kemudian melanjutkan perjalanan namun ada pula beberapa orang yang sampai ke tempat yang berbeda karena memaksakan pergi dengan pandangan yang kurang baik. Mungkin dengan analogi diatas saya mencoba melihat kondisi pendidikan kita saat ini terutama tentang UASBN di setiap sekolah. Bagi beberapa orang ketika mengetahui fenomena kecurangan pada UASBN yang dilakukan oleh guru maupun murid hampir lebih banyak yang mengutuk dibandingkan yang mencoba mencari solusi masalah tersebut. Pihak-pihak tertentu bahkan menyalahkan beberapa aktor yang salah dalam munculnya kecurangan dalam UASBN. Ada beberapa aktor yang kerap menjadi biang kesalahan dari masalah ini yaitu siswa SD, guru, dinas pendidikan, pemerintah pusat dan masyarakat.Melalui tulisan ini saya akan mencoba memberikan sisi lain dari pendidikan yang terjadi di negeri kita ini. Awalnya saya coba lihat pada sisi siswa itu sendiri. Dalam suatu kelas di tempat saya misalnya tidak semua anak memiliki kemampuan yang cepat dalam memahami pelajaran. Keterlambatan dalam memahami pelajaran ini membuat mereka pada akhirnya akan terus ketinggalan pelajaran dan ketika ujian hanya mengandalkan contekan dari teman atau bahkan dari guru mereka. Jika kita melihat latar belakang dari sisi lain siswa tersebut maka kita dapat melihat dengan jelas apa sebenarnya alasan yang membuat mereka menjadi kurang cepat memahami pelajaran. Kesibukan anak-anak untuk membantu orang tua setelah pulang sekolah seperti berjualan kue hingga sore hari adalah awalnya. Kemudian ketika dia pulang dari berjualan dan ingin belajar di malam harinya kedua orang tuanya sedang sibuk masing-masing. Si ibu sedang berkutat dengan sinetron yang telah menguasai seluruh saluran tv swasta dan tidak bisa diganggu dan si Bapak masih belum pulang dari mencari ikan di laut untuk mencari nafkah keluarga mereka. Akhirnya si anak merasa tidak ada yang mendukung dia belajar di rumah sehingga dia memilih untuk jalan-jalan ke rumah temanya untuk bermain. Ketika dia pulang sekitar jam 9 dan ingin belajar bersama keluarganya ternyata si Bapak yang baru saja pulang dari mencari ikan sangat kelelahan dan ingin istirahat sehingga tidak mungkin bisa membantu anak tersebut untuk belajar. Namun ketika ingin belajar dengan si Ibu ternyata ibunya masih belum bisa baca tulis atau buta huruf sehingga tidak mungkin bisa membantu anak ini belajar. Tingkat buta huruf di desa ini sangat tinggi sehingga kemungkinan anak-anak mereka dapat belajar bersama orang tua akan sangat sulit. Pada akhirnya anak ini lebih memilih untuk mencari hiburan sendiri dengan menonton tv hingga larut malam kemudian istirahat. Jika hal ini terus terjadi setiap hari maka kemampuan anak akan sulit berkembang dan ketika ujian hanya bergantung pada jawaban “pemberian” dari pihak-pihak tertentu. Tapi hal ini tidak terjadi pada semua siswa yang ada di sekolah ini. Beberapa siswa memang memiliki kekurangan dalam memahami suatu pelajaran, namun masih banyak siswa yang memiliki keterbatasan seperti cerita yang saya tulis sebelumnya namun tidak pernah menyerah untuk belajar. Banyak cara yang mereka lakukan demi persiapan menghadapi ujian akhir sekolah. Semangat belajar yang berbeda ditunjukan oleh siswa-siswa yang saya tangani. Demi persiapan ujian kami sebagai wali kelas 6 mengadakan les yang rutin dilakukan pada saat sore hari sekitar pukul 16.00 – 18.00 dan malam hari pada pukul 20.00 – 21.30. Awalnya tidak banyak yang mengikuti karena mereka masih belum ada semangat belajar namun ketika semakin mendekati ujian nasional banyak hal-hal yang mengagetkan kami tentang bagaimana mereka sangat ingin belajar. Setiap pulang sekolah sekitar jam 1 siang, anak-anak selalu meminta untuk langsung les pada saat itu juga. Les pada sore hari yang biasanya selalu sepi dan hanya dihadiri oleh sekitar 10 orang anak kini selalu penuh dihadiri oleh seluruh siswa kelas 6. Ada sedikit keanehan juga karena saat itu mereka selalu meminta les pelajaran yang biasanya mereka selalu hindari, Matematika. Setiap les para siswa selalu minta diajarkan pelajaran matematika dan IPA. Mereka yang biasanya selalu takut menghadapi matematika kini berani menantang semua kerumitan dalam rumus-rumus matematika. Tak pelak ini membuat kami terkejut dan sempat bingung mengapa mereka sangat ingin memahami pelajaran yang selalu mereka benci ini. Ketika les malam hari yang kami adakan di rumah kami sering sekali kami kewalahan karena hampir semuanya datang ke rumah kami. Total 2 kelas 6 yang kami ajar ada 54 orang anak. Jika les malam tiba maka anak-anak yang datang ke rumah kami bisa mencapai 20an orang. Padahal rumah kami cukup sempit untuk didatangi seluruh anak-anak ini. Kamipun membagi 2 kelas yang ada di ruang tamu dan ruang keluarga. Kadang kami merasa kurang efektif mengajar les malam ketika anak-anak yang datang melebihi dari jadwal yang seharusnya. Namun kami tidak bisa berbuat apa-apa ketika mereka memang ingin belajar dan tidak ingin di rumah. Jika tidak mendapat tempat di dalam rumah mereka terpaksa duduk di luar sambil melihat dari jauh les yang kami ajarkan. Padahal kami sudah membagi jadwal anak-anak kelas 6 menjadi 2 kelompok. Kelompok malam adalah kelompok anak-anak yang ada kegiatan sore seperti berjualan kue keliling kampung, mencari kepiting di laut, membantu orang tua mencari ikan, menjaga warung dan kegiatan-kegiatan lain yang ditujukan untuk membantu orang tua mereka mencari nafkah. Sedangkan kelompok sore adalah anak-anak yang memang tidak ada kegiatan untuk membantu orang tuanya pada sore hari. Walaupun kami sudah membagi kelompok ini tapi tetap saja mereka tidak bisa untuk dilarang datang ketika malam hari atau sore hari selesai berjualan ingin ikut les juga. Semangat inilah yang membuat kami selalu tersenyum dan bangga kepada mereka karena di dalam segala kekurangan yang mereka miliki, tetap ada keinginan untuk belajar dengan giat. Efek positif dari semangat belajar mereka ini berpengaruh pada anak-anak yang sebelumnya tidak pernah mau hadir saat les dan memang kebetulan nilai mereka juga kurang. Semuanya menjadi berlomba-lomba ingin menjadi lebih baik dan berusaha sekuat tenaga mengubah nilai-nilai mereka yang kurang. Kami tahu beberapa anak-anak ini jarang mendapatkan kesempatan belajar bersama orang tua mereka karena kebetulan orang tua mereka juga memiliki kemampuan yang terbatas, maka kami mencoba untuk menjadi orang yang terdekat bagi mereka sebagai tempat bertanya dalam hal apapun. Kami berusaha untuk bisa menggantikan peran orang tua mereka sementara saat orang tua mereka berjuang menafkahi keluarganya. Kebutuhan anak-anak ini sungguh sederhana yaitu “diperhatikan” dan adanya “sahabat”. Jadi sebenarnya untuk mengatasi masalah di pendidikan tentang kecurangan saat UASBN, saya berpikir bahwa dengan menjadi sahabat dan memberi perhatian lebih kepada anak-anak sehingga mereka mau berusaha belajar lebih giat lagi dalam menghadapi ujian adalah salah satu solusi yang bisa diterapkan untuk menghindari kecurangan pada saat UASBN. Jika anak-anak giat belajar kemudian hasilnya nilai mereka baik maka tidak perlu ada oknum-oknum yang memberikan bocoran kunci jawaban untuk anak-anak ini. Mereka tidak bisa karena mereka belum ada semangat belajar namun ketika kita sudah berhasil membangkitkan ini semua maka kita tinggal menunggu waktu kebiasaan buruk kecurangan pada saat UASBN akan berkurang perlahan-lahan. Inilah mengapa pentingnya kita melihat dengan jernih sisi lain dari pendidikan di negara kita ini. Sisi negatif pasti akan selalu ada namun itu semua selalu dapat diselesaikan jika kita dapat melihat dengan jelas perjalanan kita di depan mengarah kemana. Siapapun bisa berjalan dengan baik asalkan pandangan mereka tidak kabur dan jelas melihat arah ke depan, belakang, dan samping kanan-kiri.Itulah sebabnya mengapa kacamata ini harus dibersihkan agar kita bisa lihat dengan jelas apa masalah kita dan solusi untuk menyelesaikanya.God grant me the serenity to accept the people I cannot change, the courage to change the one I can, and the wisdom to know it's me
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda