info@indonesiamengajar.org (021) 7221570 ID | EN

Aku Hanya Guru Biasa

Dwi Gelegar 25 Mei 2011

AKU HANYA GURU BIASA

“sebuah tulisan dari seorang guru muda yang masih menjadi honorer di sekolah kami SD 001 Tanjung Harapan. Sebuah sikap yang selalu mensyukuri apa yang dia dapatkan karena dibalik semua cobaan itu selalu ada hal yang indah menemaninya yaitu anak-anak” Saya adalah guru honorer dari desa tanjung aru, kecamatan tanjung harapan, kabupaten paser, kalimantan timur. Profesi saya sebagai guru honorer sudah saya jalani selama 6 tahun sampai saat ini. Pada tanggal 25 Juli 2005 pertama kali saya bekerja sebagai guru honor di SDN 006 Desa Senipah, kecamatan tanjung harapan, kabupaten paser, kalimantan timur. Sebuah desa yang tergolong masih sangat terpencil, karena untuk mencapai desa senipah harus menempuh daratan dan lautan. Untuk sampai ke kota Tanah Grogot menyebrangi lautan menempuh jarak 5 jam perjalanan, sedangkan lewat daratan menempuh kota Tanah Grogot membutuhkan waktu lebih dari 6 jam perjalanan dengan melewati jalanan yang rusak, bahkan kalau hujan kita bisa menempuh waktu hampir 12 jam perjalanan. Setelah hampir 5 tahun saya mengabdi sebagai guru honor di SDN 006 Senipah, akhirnya saya memutuskan untuk kuliah di Universitas Terbuka (UT) yang diselenggarakan di Tanah Grogot. Saya menjalani kuliah sebagai prasyarat untuk menjadi PNS menurut aturan pemerintah yang baru, dengan gaji honor sebesar Rp. 600.000,- per bulan  dan jika diukur secara materi  gaji honorer sangat minim sekali. Tak terasa 6 bulan saya menjalani kuliah di Universitas Terbuka (UT) yang diselenggarakan di Tanah Grogot dengan menempuh daratan yang jauh dan rusak. Karena tidak betah pulang pergi mengikuti kuliah menempuh daratan menuju Tanah Grogot, akhirnya saya memutuskan untuk pindah mengajar dengan meminta izin kepala sekolah SDN 006 Senipah dan atas persetujuan kepala sekolah akhirnya saya dilepas sebagai guru honorer di desa Senipah. Salah satu alasan saya pindah mengajar dari SDN 006 Senipah yaitu dikarenakan sulitnya transportasi menuju kota Tanah Grogot untuk mengikuti tuntutan kuliah di Universitas Terbuka. Pada tanggal 1 November 2010 saya diterima sebagai guru honorer di SDN 001 Tanjung Harapan yaitu tempat kelahiran saya sendiri. Alhamdulillah sampai saat ini saya masih bekerja sebagai Guru Honor di SDN 001 Tanjung Harapan dan tetap menjalani kuliah karena transportasi di Tanjung Aru sangat mendukung sekali menuju kota Tanah Grogot. Saya bersyukur karena dengan gaji Rp. 600.000,- per bulan , saya masih bisa menyisihkan sebagian gaji untuk orang tua yang tinggal di Tanjung Aru dan dengan gaji itu pun saya bisa kuliah pulang pergi dengan biaya transportasi sebesar Rp. 70.000,- / minggu. Selama mengajar saya juga mengalami berbagai pegalaman menarik yang membuat saya bisa menjadi lebih baik. Terutama terkait dengan anak-anak yang saya ajar di SD. Ini adalah salah satu cerita dan pengalaman yang menarik di sekolah selama saya mengajar : “ Teng...Teng...Teng... lonceng masuk kelas telah berbunyi, murid-murid pun berlari menuju depan kelas masing-masing dan berbaris dengan rapi. Tetapi setelah saya lihat ternyata masih ada beberapa siswa yang masih asyik duduk-duduk sambil makan di warung. Padahal saya sebagai gurunya sudah berdiri di depan kelas saat anak-anak sedang berbaris. Akhirnya sayapun mengambil tindakan dengan cara menghukum mereka yang tidak ikut berbaris. Hukumanya adalah dengan meminta murid-murid yang tidak ikut baris untuk mengambil sampah di sekitar sekolah. Setelah selesai masuk dalam kelas, sayapun membuka pelajaran yang dijadwalkan hari itu dan memberikan penjelasan-penjelasan mengenai materi pelajaran. Selain menjelaskan saya juga memberi contoh-contoh di depan kelas tentang apa yang saya jelaskan dan murid-muridpun langsung menulisnya. Tiba-tiba ada 2 orang anak yang meminta izin keluar kelas dengan alasan “buang air kecil” secara bersamaan. Setelah saya perintahkan untuk keluar secara bergantian malahan mereka sudah berlari bersamaan keluar meninggalkan kelas. Setelah 15 menit berlalu saya menulis soal untuk murid-murid yang ada di dalam kelas, setelah itu saya keluar dan mencari murid-murid yang keluar tadi di sekeliling sekolah. Karena tidak menemukan mereka akhirnya saya kembali masuk dalam kelas dan akhirnya proses belajar mengajar dikelaspun selesai dan murid-murid itu belum muncul dan masuk ke dalam kelas sampai proses belajar di kelas berakhir. Saya menghembuskan nafas panjang dan menggeleng-gelengkan kepala sambil berkata dalam hati “anak-anak itu sungguh tidak menghargai gurunya”. Sebagai imbalan dari perbuatan mereka karena sudah membohongi saya sebagai gurunya akhirnya saya menghukum mereka dengan menyuruh memungut semua sampah yang ada di sekeliling sekolah sampai bersih. Setelah melihat semua tingkah laku siswa atau murid-murid saya pun menerapkan agar “Bertingkah laku ideal dalam kelas” karena bagi murid “Guru” adalah personifikasi dari sebuah kepribadian yang luhur, agung dan bijaksana dalam segalanya, karena itu “Guru” adalah orang yang patut digugu dan ditiru, tetap diyakini sampai mereka menemukan kepribadian dirinya yakni setelah dewasa. Agar saya tidak kehilangan kepercayaan dari murid, saya berusaha untuk berpola tingkah laku yang ideal, ideal ini minimal dipandang dari kaca mata para murid yang saya didik. Perubahan pertama yang saya lakukan adalah :
  1. Kehadiran dan disiplin : kepercayaan murid kepada gurunya akan mulai dari kehadiran guru dan disiplin yang ditunjukan. Saya hadir di sekolah dan dikelas minimal tepat pada waktunya dan selalu hadir di dalam kelas beberapa menit sebelum pelajaran dimulai. Selain itu saya juga menampilkan tugas serta kewajiban saya sebagai guru dan selalu membina kedisiplinan para murid-murid yang meliputi disiplin dalam pakaian, bicara, waktu dan perbuatan.
  2. Kesabaran yaitu sabar menerima keberadaan dan kenyataan anak didik yang nakal atau memiliki kelebihan dan anak yang kurang. Karena dengan kesabaran seorang guru sangat menunjang terciptanya hubungan kerjasama dan suasana kekeluargaan dalam kelas yang menyenangkan serta merangsang timbulnya semangat belajar anak didik.
Alhamdulillah setelah saya menerapkan pola tingkah laku yang ideal dalam kelas akhirnya anak-anak murid saya sudah ada perubahan dan sekarang sudah lebih disiplin baik dalam disiplin waktu, pakaian, bicara atau perbuatan. Saya merasa itulah saat paling membanggakan dalam hidup saya meskipun pengalaman yang menantang telah saya alami berulang kali, saya tetap semangat mengajar anak-anak didik saya. Saya berharap agar instansi yang terkait benar-benar memperhatikan kami, khususnya kami guru-guru honor yang sudah bertahun-tahun mengabdi sebagai guru honor di wilayah pesisir ini. Saya pun sangat mengharapkan agar bisa mendapatkan peluang menjadi PNS seperti guru-guru yang laiinya. Oleh Siti Zulaikha

Cerita Lainnya

Lihat Semua