"Tulusnya Mereka Tuh disini,di dalam Hatinya"

Doni Purnawi Hardiyanto 6 Februari 2015

Sekarang sudah hampir lewat satu semester aku berada dalam masa penugasan menjadi pengajar muda. Jika ditanya apa motivasi terbesarku ikut Indonesia Mengajar, jawabku karena aku ingin menemukan makna tulus yang sebenarnya. Selama ini aku sering berkecimpung pada kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan, namun motivasi selain ingin memberikan hal baik pada masyarakat ada reward yang aku harapkan setelah melakukan itu meskipun itu tidak secara terang-terangan aku tunjukan.

Disini, menjadi Pengajar Muda aku ingin mencari setiap makna yang dinamakan arti sebuah ketulusan. Hampir satu semester aku berada dipenempatan aku masih terus memikirkannya hingga akhirnya aku menemukan itu dari seorang guru relawan di SD penempatanku. Beliau adalah Ibu Rusmainah atau lebih akrab dipanggil dengan nama Bu Rus, dimana Bu Rus adalah wali kelas satu yang setiap harinya selalu berhadapan dengan siswa-siswa yang luar biasa, dimana beliau harus memulai mengajar membaca dari anak-anak yang kebanyakan belum bisa menggunakan bahasa Indonesia.

Dalam hal ini Bu Rus selalu senantiasa mengajarkan membaca dan menulis dengan caranya sendiri, terkadang konvensional namun terkadang sering juga saat ini menggunakan metode kreatif yang disukai oleh anak-anak yaitu melalui lagu. Tentunya dalam menjadi guru sukarela dari kita sudah banyak mengetahui berapa nominal yang didapatkan mereka setiap caturwulan. Bu Rus selama kurang lebih 10 tahun mengajar tidak pernah terlihat protes tentang apa yang dia dapatkan. Soal gaji apalagi kesejahteraan sebagai guru, namun Bu Rus bahkan menjadi guru yang paling rajin diantara guru yang lainnya. Menjadi orang yang selalu pertama kali membuka gerbang sekolah, dan secara penuh untuk mengajar. Meskipun terkadang ada beberapa kali beliau izin dikarenakan ada pekerjaan yang harus dilakukan di rumah karena untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

Pernah sekali saat  kita sedang berdiskusi dan hampir beberapa guru membicarakan hal yang sama mengenai hak yang mereka inginkan soal kesejahteraan. Namun dari Bu Rus aku benar-benar tersadar dan menemukan makna tulus itu bahkan lebih dari itu aku belajar sebagaimana keinginan untuk mendidik sebagai lulusan pendidikan, “Ya beginilah Pak Doni nasib kita, tetapi saya mah intinya kembalikan pada Allah, biarkan allah yang membayar apa yang saya lakukan. Yang terpenting itu bukanlah apa yang akan saya dapatakan atau terima, namun apa yang bisa saya berikan dan ajarkan agar anak-anak Oi Marai bisa tetap terus belajar”.

Dalam perkataan dan diskusi itu sekarang aku bisa menemukan harapan yang aku cari dan aku belajar banyak dari sosok guru yang luar biasa ini, meskipun sampai saat ini tidak bisa melanjutkan pendidikan sampai sarjana, namun kemampuan dan pengalamannya dalam mengajar terkadang lebih hebat dari guru-guru muda yang baru hadir mengajar di sekolah. Tulus itu tidak hanya sekedar apa yang terucap bahwa kita bisa menerima, namun ketulusan itu terwujud dalam tindakan yang dilakukanya. Saya belajar banyak dari kesempatan yang diberikan oleh Indonesia Mengajar melalui pertemuanku dengan Ibu Rusmainah. Salam hangat yag tulus dari tanah Oi Marai.

ha


Cerita Lainnya

Lihat Semua