Piknik Sekolahku

Doni Purnawi Hardiyanto 4 Oktober 2014

Terkadang kita butuh waktu yang banyak untuk menciptakan kedekatan dengan seseorang. Itu menjadi kunci penting dalam membangun hubungan yang baik kepada orang lain. Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk kita bisa benar-benar merasa dekat, bukan dekat karena sebuah jabatan, ataupun profesi namun kedekatan karena semua adalah keluarga.

Sama halnya yang aku lakukan untuk mengisi hari mingguku kali ini, biasanya hal yang sering aku lakukan bersama anak-anak untuk mengisi hari libur atau waktu luang biasanya kalau tidak pergi ke pantai aku biasa membawa mereka ke rumahku. Terkadang hanya dengan anak-anak, ada beberapa kegiatan yang aku lakukan bersama anak-anak dan guru-guru terakhir itu mandi di sungai Oi Marai. Terlihat saat itu ada kesenangan tersendiri saat guru-guru bermain di luar sekolah, kedekatan lebih terasa.

Awalnya aku berencana ingin pergi ke gunung bersama anak-anak saja, punya ide yang awalnya ingin berburu maju (kijang) atau mencari madu. Sungguh ide yang tidak masuk akal untuk aku yang belum memiliki banyak pengalaman mengenai hutan, jangankan berburu dan mencari madu untuk bisa jalan dengan baik dan menentukan makanan yang bisa dimakanpun aku merasa aku belum layak, tetapi aku berpikir salama bersama anak-anak pasti aman karena mereka jauh lebih hebat dibandingkan denganku.

Sepertinya rencana itu hanya bisa disimpan terlebih dahulu,ternyata saat aku ingin mengajukan hal itu dengan salah satu  guru. Ada usulan dari Ibu Maani salah satu guru relawan yang menjadi wali kelas IV di SDN Oi Marai. Dia salah satu guru yang selalu menyukai kegiatan yang menyanangkan bersama anak-anak di alam terbuka dan mengusulkan pergi piknik ke Bendungan Sungai Oi Marai. Tempat ini cukup berbeda, aku belum pernah pergi kesana, awalnya hanya mendengar dari cerita-cerita dari PM sebelumnya mengenai Bendungan ini.  Akhirnya aku memutuskan untuk menunda pergi ke gunung dan aku akan pergi piknik bersama anak-anak yang kami sepakati dilakukan pada hari minggu kedua bulan september.

Tdak terlalu banyak yang diharapkan dalam kegiatan ini, intinya beberapa siswa kelas besar dan guru-guru bisa ikut berpartisipasi dalam piknik ini saja aku sudah sangat senang. Rencana awal ada guru yang akan membawa ayam dan akan bakar ayam disana. Untungnya beberapa hari sebelum kegiatan piknik, kepala sekolahku datang ke desa karena ada beberapa permasalahan yang harus beliau selesaikan. Aku melihat sepertinya kepala sekolah sedang mengalami masa-masa letih dan akhirnya aku mencoba mengajaknya untuk piknik sederhana ini. Akhirnya beliau tertarik dan bahkan dia ingin membeli anak kambing untuk dijadikan kambing guling nanti di acara piknik kami, benar saja dia bisa ikut saja kita guru-guru sangat bahagia. Akhirnya aku mengatakan kepada beliau jangan telalu repot cukup dengan ayam saja dan di tersenyum dengan alasanku.

Hari yang dinantikan untuk piknik akhirnya datang juga, aku sudah siap saat pukul setengah tujuh pagi, harapanya kalau pagi-pagi maka anak-anak tidak terlalu capek jalan menuju bendungan.  Soalnya jarak antara bendungan atau kincir dari tempat kita lumayan menyita tenaga. Namun terkadang semua tidak sesuai dengan yang direncanakan, dan akhirnya kami berangkat pukul 8 pagi dan matahari sudah cukup tinggi menyinari setiap langkah kami. Untungnya kepala sekolah benar-benar datang dan sambil membawa ayam dua ekor dan ditambah satu lagi oleh salah satu guru dan untungnya lagi ada truk angkutan yang lewat sehingga kami menumpang menuju perbatasan dan tidak terlalu jauh untuk jalan.

Awalnya aku berpikir bahwa kepala sekolah akan memilih untuk naik motor bersama suaminya, namun kali ini beliau lebih memilih untuk berjalan kaki dengan anak-anak dan sesekali beliau jadi bahan candaan anak-anak saat mendaki dan untungnya kepala sekolah menanggapinya dengan candaan kembali.  Mungkin biasanya kalau piknik semua makanan sudah siap makan tetapi kali ini sambil menikmati udara segar pegunungan dan air yang sangat jernih sekali dan memantulkan warna biru itu kami mulai mempersiapkan untuk makan siang. Anak-anak, guru-guru, kepala sekolah dan ada beberapa masyarakat yang ikut menjadi piknik ini jauh lebih berkesan mempunyai makna bagiku salah satunya untuk keakraban dan kedekatan yang coba aku bangun dengan baik. Melakukan permainan di dalam air dan memasak ayam bakar di tengah-tengah batu besar di atas sungai menjadi agenda kami dalam kegiatan piknik kali ini.

Aku bersyukur sekali untuk piknik kali ini, sambil menatapi langit biru dan pohon-pohon aku terus asik melihat kedekatan yang dibangun saat itu. Ketika itu aku mencoba mengeluarkan candaan untuk seriing-sering ke tempat ini, syukurnya candaan itu diberi respon yang baik oleh mereka semua. Mudah-mudahan ini bukanlah yang pertama dan terakhir, aku berharap masih banyak lagi piknik-piknik yang akan kami lakukan untuk membangun ikatan yang kuat antara siswa, guru dan kepala sekolah. Selain pembelajaran sangat berharga yang aku dapatkan disini, ada beberapa hal uni lain yang aku alamai dan mungkin ini untuk pertama dan jangan sampai ada kedua dan ketiga kalinya.

Siang itu saat kita semua selesai makan siang dan mandi kami semua beristirahat di pondok kecil tempat peristirahatan. Disana menjadi bascame kedua untuk tidur cantik dan shalat bagi ibu-ibu. Awalnya datang salah satu warga desa yang baru turun dari gunung membawa hasil buruannya, kalau yang didapat dari gunung adalah “maju” atau rusa mungkin  aku  dengan mudah memakannya namun kali ini yang dibawa adalah beberapa sarang yang akan menjadi calon lebah yang akan membuat madu atau orang disini sering menyebut dengan ulat madu. Jujur aja aku berdoa agar tidak ditawarkan namun aku tetap penasaran dengan bentuk susunan ulat yang seperti wafer coklat bedanya isinya adalah ulat-ulat. Benar saja aku diminta mencicipi hasil buruan tersebut, dan aku mencobanya, padahal  biasanya takut untuk mencoba makanan yang baru aku kenal apa lagi ini seekor ulat madu yang masih hidup. Aku mencoba satu ekor dan ternyata ada sensasi yang luar biasa yang hadir di rongga mulutku saat itu dan aku langsung mengambil sambal yang tersisa di piring nasi yang ada didekatku untuk menghilangkan rasa aneh tapi enak itu.

Aku sudah tidak kuat untuk memakanya lagi, dan lucunya ada anak yang baru berusia 5 tahun memakan wafer berisi ulat tersebut dengan lahap tanpa merasa sensasi yang sama dengan yang aku alami. Apalagi saat wafer ulat tersebut di bakar dengan bumbu-bumbu alami lebih terasa masuk akal memakanya meskipun tetap terasa aneh bagiku.

Inilah piknik itu, semua terasa berbeda dengan sesuatu yang baru. Bukan untuk sekedar menyenagkan hati namun disini tempat kami memadu rasa dan tawa bahwa kami bisa bersama untuk berbahagia dan membuat jalinan emosi itu lebih kuat.

Aku menyadari bukan masalah siapa dan apa yang bisa membuat orang itu bisa dekat, namun disini adalah bagaimana dan maukah kita untuk membangun kedekatan secara emosional kepada semuanya. Bukan membahas hal-hal yang berkaitan dengan sekolah namun hal yang menyenangkan untuk mendukung keharmonisan dalam kegiatan sekolah nantinya.  Salam kehangatan dari sungai Oi Marai Doni Purnawi Hardiyanto.


Cerita Lainnya

Lihat Semua