Genangan Air di Hari Senin

Doni Purnawi Hardiyanto 18 Oktober 2014

Awalnya hari itu setelah upacara, beberapa guru masih sibuk di dalam kantor dan ada beberapa guru yang sudah berada di kelas mereka, sedangkan aku kebetulan hari itu tidak ada jam pelajaran untuk masuk ke kelas sehingga aku membantu untuk mendata buku paket K13 yang baru datang ke sekolahku. Meskipun sedikit terlambat datang ke sekolahku namun aku bersyukur karena bukunya sudah ada dan terlihat dari wajah anak-anak yang sangat bahagia saat melihat beberapa sampul buku paket yang penuh dengan gambar-gambar menarik. Tidak hanya siswa, tampak wajah guru-guru yang akhirnya bisa menerapkan kurikulum 2013 dengan maksimal tanpa ada alasan bahwa buku belum ada.

Kebetulan karena buku baru sampai, ada beberapa guru yang ikut membantu mendata dan menstempel buku untuk didistribusikan kebeberapa guru kelas. Waktu jam pertama dua orang guru yang mendata tidak sempat masuk di mata pelajaran pertama, dan akhirnya aku mencoba masuk ke kelas IV dan V yang kebetulan dalam satu ruangan. Saat aku melihat kondisi kelas sudah cukup bersih namun terlihat di beberapa sudut tempat rak buku-buku atau sering aku sebut dengan pustaka mini ini masih banyak kondisi buku yang belum terususun dengan rapih. Akhirnya aku memiinta anak-anak untuk merapihkan dan menyusun beberapa buku lama di meja yang satunya lagi dan mengosongkan meja untuk buku baru yang akan segara masuk. Sontak teriakan anak-anak memecahkan keheningan pagi itu.  Aku sebenarnya cukup sederhana memberiikan intruksi pada mereka,

“Anak-anak semua, hari ini akan ada buku baru yang masuk, jadi ayo semuanya kita bersihkan dan rapihkan bagian tempat menyimpan buku sehingga tidak ada debu ataupun kotoran yang ada” Anak-anakku dengan semangat dan bergermbira membersihkan kelasnya, dan aku langusng kembali lagi ke ruangan untuk mendata buku kembali jika ada kekurangan dalam pengiriman buku.

Lima belas menit pertama, aku kembali ke kelas dan melihat mereka masih sibuk membersihkan kelas dengan normal. Ada yang sedang menyapu, merapihkan buku-buku lama dan memisahkan buku yang sudah tidak layak lagi karena dimakan oleh rayap untuk dibakar agar tidak merusak buku yang baru. Saat aku mengcek yang pertama ada beberapa air yang sedikit berserakan dan kelas menjadi kotor dan lebih berserakan.

Aku mengangguk-angguk  di depan mereka, dan kemudian aku memberikan intruksi kedua untuk di pel dengan air sehingga tidak kotor dan kalau memungkinkan jangan menggunakan sepatu saat membersihkan kelas.  Mereka semua langsung berteriak “Siap Pak Guru, kami akan membersihkan kelas dengan baik”, aku tersenyum bangga dengan semua yang mereka katakan dann akan dikerjakan. Kemudian aku kembali lagi ke ruangan untuk mengecek ulang dan mulai memisahkan buku berdasarkan kelasnya.

Beberapa menit kemudian, terdengar kegaduhan dari kelas IV dan V yang semakin lama semakin ramai, bahkan anak-anak berteriak seolah sedang mendapatkan mainan  yang sangat seruh. Awalnya aku dan guru lain hanya diam saja, namun lama-lama teriakan itu semakin menjadi sehingga aku kemudian kembali ke kelas untuk melihat apa yang mereka lakukan. Sontak aku sangat terkejut dengan apa yang terjadi di dalam kelas terebut, beberapa siswa laki-laki sudah membuka baju bahkan ada yang sudah menganti baju sekolahnya dengan baju dalam yang dipakai dobel dengan baju sekolahnya. Sedangkan anak perempuan berlaga layaknyan suster ngesot di film-film horor sambil memercik-mercikan air. Ada yang sambi bermain pelesetan di lantai yang sudah tergenang oleh air yang hampir mirip ruang kelas yang baru selesai paska kebanjiran. Disemua tempat penuh air dan tak khayal semua baju anak-anak sudah basah kuyup.

Aku seperti baru saja menonton pertunjukan yang baru pertama kali selama empat bulan disini dengan tingkah laku mereka yang sangat mengemaskan.  Akhirnya akupun tertawa dan tersenyum lebar sambil menuju ruang guru. Dalam perjalanan aku berpikir mungkinkah ini adalah kesalahanku karena tidak mengawasi mereka dengan baik saat bersih-bersih kelas, padahal beberapa menit lalu masih berjalan dengan normal. Setelah melihat kondisi mereka yang sudah basah kuyup akhirnya aku meminta mereka cepat mengeringkan kelas dan langsung mengeringkan pakaian mereka agar tidak demam. Kita semua guru-guru yang ada di ruangan tertawa dan kemudian Ibu Ani wali kelas IV menghampiri semuanya untuk cepat keluar dari kelas dan menutup kelas agar tidak dijadikan arena bermain air lagi sehingga kelas akan cepat kering.

Hai ni aku belajar tentang bagaimana memamahi komunikasi yang baik dengan anak-anak, sebaiknya ketika memberikan intruksi haru sangat jelas dan berikan batasan-batasan yang harus dilakukan. Karena kejadian hari ini akhirnya anak-anak terpaksa harus belajar di luar ruangan karena kelas belum cukup layak untuk dijadikan tempat belajar karena masih basah. Namun satu hal positif ini juga aku melihat kebahagiaan yang sangat  indah dari wajah mereka saat bermain air. Mungkin bermain air menjadi hal yang mereka rindukan karena sudah hampir dua minggu ini aku tidak mengajak mereka ke pantai atupun sungai Oi Marai, mungkin karena ini mereka sangat bahagia saat ada arena bisa dijadikan tempat bermain air atau karena penantian untuk turunannya hujan yang tidak kunjung datang sehingga mereka semua berharap hujan akan segera turun di desa sehingga mereka bisa  bermain-main saat hujan tiba. Entalah intinya aku bersyukur mereka tidak ada yang demam setalah kejadian itu. Salam Percikan air dari SDN Oi Marai.

 


Cerita Lainnya

Lihat Semua