Ayu Si Anak Sabana

Doni Purnawi Hardiyanto 8 September 2014

Aku masih ingat saat diriku mendapatkan sebuah kado untuk perjalananku mencari anak-anak yang unik dan langkah dari seorang temanku seblum aku masuk di camp pelatihan. Salah satu isinya disana terdapat sebuah buku yang tak sengaja aku melihat ada sebuah gambar tentang kehidupan anak Rimba. Dia begitu eksotis dan luar biasa. Pernah terutai kata” kamu akan menemukan anak-anak rimba versimu” sekarang aku mendapatkan anak yang hampir sama, meskipun dia bukan anak rimba namun kekuatan mereka akan cinta sebuah pendidikan sama besarnya, keingintahuannya sama besarnya juga, bahkan kecerian dan kelicahan menyusuri setiap semak-semak.

Sabana,sebuah padang rumput yang kering karena efek dari pemanasan di musim panas membuat daerah tempatku tinggal layaknya sabana di afrika. Meskipun aku belum pernah pergi ke Afrika, film-film yang sering aku lihat kurang lebihnya seperti itu gambaranya. Selain rumput kering yang luas tak jarang masih ada pohon-pohon hijau yang tumbuh menjadi tempat berteduh hewan-hewan yang sedang asik bermain dan berrlari-lari disana. Suatu hari aku melihat ada beberapa kuda yang sedang berkejaran dan itu menambah keunikan setiap mataku memandang. Memang benar sabana disini tidak seindah dan secantik sabana di afrika yang banyak sekali hewan-hewanya. Disini terkadang yang lewat hanya sapi, babi hutan, kuda dan lebih banyak lagi kambing-kambing. Oleh karena itu aku bilang sabana disini unik.

Sebenarnya kali ini aku bukan hanya sekedar ingin menceritakan keunikan pemandangan tempat aku mengabdi. Ada sisi sabana yang sebenarnya lahir dari daerah ini. Sabana jika aku ilustrasikan adalah sebuah “Sajak Bahagia Anak Bima”. Sedikit memaksa atas nama keren ini menurutku, tetapi dari hal inilah aku bisa mengatakan pada seluruh dunia bahwa setiap alam berbicara, dan setiap alam memberikan sajak-sajak yang indah kepada setiap orang yang merasakannya dengan hati. Terkadang di rumput yang keringpun kita bisa melihat sebuah permata jika kita selalu menyukurinya.

Ayu panggilan anak lincah ini, setiap hari yang ada dipikiranya adalah belajar, belajar dan belajar. Dia anak yang cukup cepat dalam menerima pelajaran ataupun materi saat aku berikan. Kelincahan dan rasa ingin tahu anak ini begitu banyak sehingga terkadang aku capek sendiri menjadi lawan bicaranya, namun disinilah aku ingin berperan aku ingin dia selalu aktif dan menjadi yang berbeda dimanapun  ia berada. Dalam hal pelajaran dia selalu ingin menunjukan yang terdepan,dan dia sangat bisa menirukan bentuk mimik wajah seseorang ketika berbicara. Pernah mamak inaku bercanda perihal keberangkatanya ke kota dan meminta bantuanya dan teman-temanya untuk mencuci piring. Hal ini menjadi kebahagiaan untuk mereka, hasilnya setiap hari ungkapan itu terus diseruhkanya.

Beberapa bulan ini aku terus mengamati setiap gerakanya, ternyata dia adalah salah satu pemimpin teman-teman lainnya. Jika anak ini merasa malas maka secara tidak langsung anak yang lain akan ikut malas juga. Namun untungnya saat ini semangatnya masih 100% semoga itu akan selalu terjaga.

Ada sebuah pengalaman unik tetang kekuatan anak ini dalam beberapa aspek, ini saat aku memasak sebuah makanan yang mungkin cukup asing dimata anak-anakku saat mereka akan memulai les tambahan di rumah. Sebenarnya masakan itu biasa saja untuk setiap orang kota jangankan makananya memasakanya pun menjadi hal yang biasa, namun akan jadi berbeda jika dimata mereka apalagi yang memasak adalah gurunya sendiri. Mungkin itu hanya ada dalam pikiranku saja  saat melihat ekpresi mereka mencicipi makanan yang aku buat.

Hari itu aku memasak kwetiau yang aku beli saat aku ke kota,  saat anak-anak datang aku meminta mereka mencobanya, dan salah seorang yang pertama kali aku minta untuk mencoba makananku adalah si Ayu, awalnya dia melihat dengan tatapan aneh pada makananku. Seperti cerita di dalam buku sokola rimba, banyak pandangan aneh saat hal-hal baru yang belum pernah mereka temui. Awalnya aku takut dengan respon yang tidak baik darinya, karena biasanya beberapa pengalaman teman-teman PM yang lain saat menyuguhkan makanan baru seperti keju dan lain sebagainya akan dikatakan makana  aneh.  Namun saat aku melihat ekpresinya anak itu mulai dari hidung yang mencium aroma, dan mulut seolah tidak menyukai makanan itu tetapi saat mulai diteguk barulah dia berkomentar. “ Pedas pak, tapi enak pak” serunya kepadaku dan aku tambah yakin untuk memberikan kepada anak-anak yang lainya dan teman-temanya pun percaya kepada Ayu ini si anak Sabana di tempatku mengabdi.

Aku memahami dan mempelajari hal baru disini, ternyata hal unik dan indah itu tidak serta merta hanya tergambar dari kekunoan seperti anak Rimba. Namun keunikan itu adalah tingkah laku mereka saat memberikan keikhlasan untuk menerima apapun yang akan mereka dapatkan. Bukan soal cantik dan eksotis namun ini tentang sajak-sajak yang tercipta dari teriakan, tangisan, tawa dan candaan anak-anaku saat belajar. Bahkan bermain peran terkadang kita tidak membutuhkan skenario, namun disini anak-anak sudah jauh memahami skenario dalam penyutingan untuk hidup mereka sendiri. Salam hangat dari Sabana Oi Marai, Doni Purnawi Hardiyanto.

 


Cerita Lainnya

Lihat Semua