Pasukan Bintang : Surat dari Negeri Big Ben #part2

DithaCahya Kristiena 23 Maret 2015

Siang itu Pasukan Bintang riuh sekali, membahas tantangan pecahan yang baru saja aku berikan.

“Bu, angel tenan, Bu..”

“Opo tho yang angel?”, jawabku dengan bahasa Jawa seadanya.

“Iki tho, Bu, soale angel..

“Coba lihat, Ibu pernah ngasih soal kayak gini nggak sebelumnya?”

“Hehehe.. lali aku, Bu, Buuu..” jawab seorang murid.

Kuambil sebuah amplop cokelat yang ada dalam tasku. Kukibas-kibas di depan mereka.

“Amplop apa itu, Bu?”, tanya Sri.

“Ini ada durat dari teman Ibu di Inggris, buat kalian”

“Iya, Bu?” tanya Sri penasaran.

“Woy, teman-teman.. Ini ada surat dari Inggeris di Bu Ditha”, teriak Sri yang jelas sekali mengucapkan kata Inggris dengan Inggeris.

Seketika anak-anak hening dan maju ke arah meja depan.

“Ayo, bacain, Bu!” pinta seorang murid.

“Ayooo, siapa yang mau bacain duluan di depan?” tawarku pada mereka.

“Saya, Bu! Saya Bu!” ada beberapaanak berebut untuk meraih amplop di tanganku.

“Oke, bacanya giliran yaa.. Misal Sri paragraf pertama, kemudian dilanjut siapa, terus sampai habis. Nanti yang belum kebagian giliran bisa baca sendiri, yaa..”

Aku pun langsung menyerahkan amplopitu kepada Sri. Beberapa anak yang tadi menawarkan diri untuk membaca, berderet dan berbaris mengantri. Sedangkan sisianya duduk manis di kursi depan mendengarkan temannya.

Hai, adik-adik, nama Kakak, Inez Gazali. Kalian bisa manggil Kakak dengan Kak Inez. Kakak tinggal di Jakarta, tapi sekarang Kakak sedang menempuh pendidikan di Inggris. Kalian tahu Inggris, kan? Itu loh, yang ada jam raksasa Big Ben, negeri asal penyihir cilik Harry Potter, yang banyak klub-klub sepak bola terkenal, dan tempatnya Pangeran William.

Demikianlah penggalan pembukaan dalam surat yang dikirim temanku. Di paragraf berikutnya ia menceritakan bagaimana saat musim salju, bahwa suhunya lebih dingin dari kulkas dan menyebabkan keluar asap dari mulut. Ia juga menuliskan bahwa di Inggris ada perayaan Halloween, dimana setiap orang harus memakai kostum menyeramkan. Dan berbagai informasi sederhana lain yang membuat Pasukan Bintang fokus mendengarkan.

“Bu, kata Kak Inez, kalau mauke Inggris naik pesawat terbang dari Jakarta 14 jam,ya? Itu nyampainya kapan, Bu?”, tanya Wendi.

“Coba hitung, kalau kita berangkat jam 7 pagi dari Jakarta, sampai Inggris jam berapa?”, jawabku dengan menanyakan kembali.

Kulihat ia tengah menghitung dengan jari-jari tangannya.

“Bu, Ibu, jadi sampainya jam 9 malam? Wah, lamanyaaaa.. jauh banget ya, Bu?”

Aku tak langsung menjawab pertanyaan anak laki-laki itu, aku hanya tersenyum dan meninggalkannya untukmengambil globe mini di meja kepala sekolah.

“Nih,Wen, mana Indonesia?”

“Ini ya, Bu?”,ia menunjukkan dengan tepat sekali.

“Terus Inggris dimana?”

Khusyukia mencari-cari dimana letak Inggris di globe mini berdiameter sekitar 15 cm.

“Wah, ra eneng, Bu..”,jawabnya sambil memutar-mutar globe yang dipegangnya.

“Nih, ini Inggris, Wen..” kutunjukkan sebuah kepulauan di bagian Eropa barat.

“Wah,dekat, Bu. Hanya satu jengkal juga kurang”, ia mengukur jarak Indonesia-Inggris dalam globe itu. “Kapan-kapan, kita main kesana ya, Bu?”, lanjutnya lagi.

Melihatnya aku hanya tersenyum dan mengangguk pelan. Sementara anak-anak lain asyik melihat foto-foto yang dikirimkan Inez. Jelas terdengar obrolan polos dari mereka.

“Di pasar malam Inggris, ada yang jual gula-gula gak, ya?”

“Ih, Halloween itu pasti hantunya pada keluar”

“Jam Big Ben itu sebesar apa, ya? Kalau baterainya habis gimana, ya?”

Aku, hanya bisa tersenyum dan mengamini dalam hati. Biarlah mereka asyik dengan visualisasinya tentang Inggris. Semoga suatu hari, diantara mereka ada yang bisa menceritakan langsung bagaimana Negara Big Ben itu.


Cerita Lainnya

Lihat Semua