info@indonesiamengajar.org (021) 7221570 ID | EN

Pasukan Bintang : Bagas #part1

DithaCahya Kristiena 23 Maret 2015

Mukanya lonjong. Rambutnya sedikit berponi.  Matanya belo. Perawakannya kurus tinggi. Dia memang lebih tinggi dibandingkan teman sekelasnya. Tentu saja, dia memang seharusnya kelas 5 SD, bukan bersama para Pasukan Bintang. Pasukan Bintang adalah sebutanku untuk mereka, anak-anak murid kelas 3. Saya menamai mereka Pasukan Bintang karena mereka sangat menyukai hasil evaluasi yang saya berikan dengan tanda bintang.

Baiklah, saya kembali membicarakan yang saya tadi sebut  ‘dia’.

Namanya Bagas Pratama. Ia murid kelas 3 di SD penempatanku, SDN 02 Margomulyo. Sekilas dari perawakannya jelas terlihat. Ada yang ‘spesial’ dari Bagas. Bagas belum bisa membaca, menulis, dan berhitung. Hanya hitungan sederhana seperti 2+2 atau hitungan di bawah 10 yang ia bisa. Huruf? Hanya beberapa huruf saja yang dia kenal. Dia juga salah satu PR terbesar saya di Pasukan Bintang.

Setiap ditanya apapun, seperti “Apa cita-citamu, Gas?” ia selalu menjawab, “Aku gak tahu, aku gak tahu..” dengan joget-joget. Atau diminta melakukan sesuatu seperti menggambar, ia pasti mengatakan “Aku gak bisa, aku gak bisa..” dan tak lupa sambil joget-joget. Tapi ia akan berusaha melakukannya.

Hal lain yang saya kagumi darinya, ia tidak pernah bolos sekolah dan ia selalu hadir di setiap belajar tambahan yang suka saya lakukan di rumah.

Suatu pagi ketika ia tengah duduk di rumput depan sekolah bersama adiknya, saya hampiri.

“Gas, ini adikmu, ya?” tanya saya mengawali.

“Iya, Bu. Ibu saya lagi ke ladang” jawabnya.

“Terus nanti kamu masuk kelas gimana?”

“Boleh kan ya Bu adik saya ikut?”

Saya hanya tersenyum. Tidak jarang anak-anak di sekolah saya harus membawa adiknya ke kelas karena tidak ada yang menjaga di rumah.

“Kamu hebat ya, Ibu lihat tidak pernah gak sekolah..”

Ia hanya menatap saya dengan tatapan polosnya. “Aku gak bisa apa-apa, Bu..”, jawabnya pelan.

Sesaat kepalaku menengadah. Kutatap langit biru jernih. Segera kuraih buku dan pulpen di tas. Kutulis huruf P dan kusodorkan pada Bagas.

“Ini huruf apa, Gas?”

“P, Bu.”

“Nah, itu kamu bisa menyebutkan huruf P, Gas” kutatap ia sambil tersenyum.

“Yee.. aku bisa, aku bisa..” sontak ia sumringah dan tak lupa joget-joget.

Melihatnya, saya dan adiknya tertawa dengan tingkahnya. Bagas? Ah, ia tak peduli kami tertawa, ia sedang merayakan keberhasilannya. Ah, dia sedang mengajarkanku banyak hal, tentang semangat belajar, tentang terus mencoba, dan tentang menyukuri sesederhana apapun keberhasilan.


Cerita Lainnya

Lihat Semua