info@indonesiamengajar.org (021) 7221570 ID | EN

Kisah Anak Matahari

Dita Juwitasari 27 Juni 2014

 

Perjalanan menujun Desa Kepayang tempat penempatanku sebagai Pengajar Muda tidaklah mudah. Berbagai rasa berkecambuk dalam hati. Entahlah harus senang atau sedih, yang jelas saat itu ketakutanlah yang paling terasa. Tidak pernah membayangkan bahwa alat transportasi yang harus membawaku ke desa adalah sebuah perahu atau biasa disebut sepit. Naik sepit dalam jangka waktu yang lama adalah ketakutan paling besar. Sepanjang jalan mencoba tenang, menarik napas panjang dan mencoba menikmati perjalanan.

“Ketakutan adalah keberanianmu, kecemasan adalah ketenanganmu”

Setelah menempuh perjalanan 3 jam, terlihat deretan rumah di sepanjang sungai Lalan. Ya itulah desaku, setahun akan berbagi dengan mereka. Rumah-rumah yang terbuat dari kayu, banyak jeramba (dermaga), dan anak-anak dengan senyum yang manis.Mereka sudah menantiku. Menyiapkan mahkota dan bunga untukku. Mereka berebut mencium tanganku, membawakan tasku dan  berebut berjalan di sampingku. Ah, rasanya bahagia yang membuncah menjadi haru. Tatapan mata penuh keteduhan, senyuman penuh ketulusan dan genggaman penuh dengan kehangatan.

Seolah mereka semua berkata “Selamat datang ibu guru, kami menantikan kehadiranmu dan mau menjadi sahabat kecil untukmu “

Mutiara-Mutiara Sriwijaya yang istimewa. Mereka hadir penuh dengan warna. Aku datang untuk belajar pada mereka tentang sebuah makna dari kesederhanaan. Kebahagiaan yang tercipta dari keterbatasan.

Desaku menghadap ke barat, sehingga anak-anak mungkin tak pernah melihat matahari terbit. Tapi selalu ada senja gagah yang menampakkan diri dengan malu-malu. Bagiku mereka anak matahari dengan semangat yang bergelora penuh dengan optimisme. Daya juang yang tinggi untuk terus berusaha untuk mengejar mimpi dan cita-cita yang begitu tinggi.

Semoga hadirku tak hanya ada namun mampu memberikan angin segar untuk mereka. Mampu menjadi pendamping terciptanya kisah-kisah indah di hidup mereka. Mampu menjadi penyejuk dalam setiap jengkal langkah mereka. Mampu menjadi penerang dalam setiap redup malam mereka. Ibu guru ini hadir tak membawa apa-apa, hanya sebuah semangat untuk belajar yang tak pernah padam.

Bismillah, perjalanan ini baru akan di mulai. Akan ada 12 purnama yang terangnya kan cemerlang karena sinarnya menerangkan malamku dan anak-anakku di Desa Kepayang.

 

 


Cerita Lainnya

Lihat Semua