Lebaran Setiap Hari di Kabupaten

Dika Setiagraha 24 Juni 2017

Hulu Sungai Selatan atau biasa disebut HSS merupakan kabupaten tertua dari 11 kabupaten  yang ada di provinsi Kalimantan Selatan. Bicara tentang Kalimantan Selatan tentunya identik dengan masyarakat suku Banjar yang terkenal dengan dakwah agama Islamnya. Berbeda dengan kabupaten lain, di kabupaten Hulu Sungai Selatan ini kita akan berjumpa dengan suku lain yaitu suku Dayak Meratus yang masih memegang teguh kepercayaan Hindu Kaharingan. Hal ini memang dikarenakan letak geografis kabupaten HSS terbagi dalam daerah perairan, dataran rendah, dan dataran tinggi. Di Kabupaten ini juga terdapat icon wisata alam yang terkenal sampai mancanegara yaitu “Bamboo Rafting” atau biasa masyarakat sebut “Balanting Paring”.

Kota Kandangan menjadi pusat administrasi kabupaten yang mana juga terbagi dalam 11 kecamatan dan lebih dari 100 desa secara administratifnya. Kota kelahiran salah satu pahlawan nasional seperti Brigjen TNI (Purn).Hasan Basry itu kini dijuluki kota Dodol, selain kuliner Dodol kota Kandangan juga terkenal akan kuliner Ketupatnya. Di pusat kota atau masyarakat disana sebut “bundaran” kita akan menjumpai tugu yang menjunjug tinggi dengan dihiasi makanan khas hari raya yaitu Ketupat di tengahnya. Jika setiap hari melewati kota ini jadi setiap hari juga merasakan nuansa hari raya dengan melihat ketupat.

Kuliner yang biasanya hanya bisa di jumpai saat hari raya umat beragama Islam ini bisa kita jumpai setiap hari. Banyak masyarakat yang menjual kuliner yang berbahan beras lalu dibungkus dengan daun kelapa ini di sepanjang jalan raya. Namun yang menjadi ciri khas ketupat kandangan adalah kuah santannya yang sedikit putih dan terasa manis. Hal ini dikarenakan ketupat tidak disajikan dengan kuah opor Ayam melainkan ditemani ikan Haruan atau biasa kita sebut ikan Gabus.  Bagi yang bukan pecinta ikan kita bisa memilih lauk telur Bebek asin. Mau lauk Ayam juga ada, namun yang benar-benar menjadi teman sejati ketupat Kandangan ialah ikan Haruan. Disini juga lauk makan disebut “Iwak” jadi mau ayam, udang,  atau burung semua jenis lauk disebut Iwak.

Cara makannya pun berbeda, di Kandangan kita akan makan menggunakan tanpa sendok… iya menggunakan jari pada tangan kita. Masyarakat disana akan langsung tahu bahwa kita bukan orang HSS asli jika kita makan ketupat dengan sendok. Memakan pakai jari tangan pun tidak sulit hal ini di karenakan jenis  beras yang ada di HSS ‘lebih pecah’ atau tidak basah dan menyatu ketika telah berubah menjadi Nasi. Selain itu kebudayaan ini juga karena faktor sunah Rasul yang biasa makan menggunakan tangan kanan tanpa sendok. Jadi bagi yang masih belum terbiasa sangat disarankan untuk membawa tisu dan sabun cuci tangan instan sendiri. Sampai saat ini makan tidak menggunakan sendok masih sangat membudaya bahkan sampai ke acara resmi. Ketika makan di acara pesta sederhana baik di daerah pedesaan maupun kabupaten kota, penyedia acara biasanya menyediakan tempat cuci tangan di sebuah mangkok yang terbatas. Jadi satu mangkok cuci tangan bisa digunakan lebih dari 2 orang, cukup seru kan.

            Menyantap Ketupat Kandangan tak terasa lengkap bila tanpa minum teh manis hangat. Ada informasi unik tentang penggunaan bahasa orang di Hulu Sungai Selatan sini yaitu dalam memesan minuman teh. Bila kita memesan Teh dingin berarti kondisi airnya tidak panas namun tidak di beri tambahan Es, sedangkan Teh Es yaitu Air Teh manis yang diberi tambahan Es Batu. Disini kita akan jarang menemui orang minum teh tubruk atau tanpa gula. Hal ini karena memang selera masyarakat suku Banjar rata-rata lebih menyukai makanan dan minuman yang rasanya manis. Seperti kata orang pada umumnya klo perempuan Banjar dan Dayak itu manis dipandang.


Cerita Lainnya

Lihat Semua