Arti Sebuah Pengorbanan

Diera Gala Paksi 18 Maret 2012

 

   Di tengah perjalanan pulang ke desa bibinoi, desa dimana tempat saya ditugaskan saya sempat melihat pemadangan yang begitu indah. Melihat jauh laut lepas seakan tak berujung. Dalam setiap perjalanan pulang seperti ini kadang saya merasakan bahwa ini semacam perjalanan renungan. Di kala melihat laut lepas, terbersit dalam benak saya apakah benar saya disini bertugas untuk menjadi inspirasi dan menjadi mimpi yang nyata dan juga sosok mimpi yang dapat dicium tangannya oleh anak-anak. Kadangkala selama dua bulan ini saya pun merenung apakah benar saya disini bisa menjadi guru yang handal atau jangan-jangan hanya guru yang tidak bisa apa-apa yang dapat membuat murid-murid saya menjadi lebih bodoh bukan lebih pintar. Beratus-ratus pertanyaan berkecamuk dalam benak saya saat ini. Dan sebagai manusia kadang saya berpikiran saya lelah dan ingin segera mengakhiri semua permasalahan ini.

   Kemarin, hari sabtu tanggal 21 januari kami pengajar muda melakukan pelatihan guru kreatif bagi semua guru sekolah dasar di halmahera selatan. Alhamdulillah, acara tersebut berlangsung lancar dan tidak ada kendala berarti. Sejenak saya berpikir, bahwa langkah kaki sudah saya angkat, ibarat kata sekali saya maju tidak dapat mundur apalagi menoleh ke belakang hal itu pantang dilakukan oleh pengajar muda. Di saat itulah juga saya merasa saya juga ikut bertanggung jawab untuk melunasi janji kemerdekaan indonesia yakni mencerdaskan kehidupan berbangsa. Hal itu terlintas di benak saya mengingat saya melihat antusiasme yang sangat besar dari para guru yang datang ke pelatihan hari itu. Semangat 45 yang menggebu seakan tak pernah padam. Acara yang kami prediksi mungkin hanya sekitar 10-20 guru yang datang, tetapi faktanya malah lebih dari 60 guru yang datang bahkan kamipun sampai khawatir karena tempat yang disediakan tidaklah cukup.

   Hati saya menangis melihat hal itu, mereka datang di pagi hari menggunakan alat transportasi seadanya, ada yang menggunakan perahu motor yang kecil atau disini lumrah disebut sebagai ketinting, ada yang menggunakan ojek dan macam-macam. Akan tetapi mereka datang dengan semangat dan senyum terkembang di wajah mereka. Seakan-akan mereka baru saja melihat oase setelah bertahun-tahun mencari sumber ilmu pengetahuan dan sumber inspirasi.

   Terkadang bahkan saya membayangkan bahwa kita ditempatkan disini selama setahun saja haruskah kita mengeluh, bayangkan mereka yang mengajar bertahun-tahun bahkan sampai seumur hidup mereka dengan gaji yang minim  dan medan yang cukup berat tidak pernah protes. Bayangkan jika kita menjadi mereka. Ketulusan mereka, semangat mereka tak dapat dibayar dengan apapun. Bahkan saya juga yakin bahwa setiap guru disini dapat membaca potensi anak-anak mereka bahwa setiap anak-anak disini memiliki mimpi yang besar. Sarana dan prasarana yang buruk bukanlah menjadi suatu halangan.

   Sejenak saya menghirup napas dalam-dalam, disini saya mengembalikan mood saya yang telah hilang, semangat saya yang telah pudar yang menganggap tempat ini sudah menjadi comfort zone  untuk saya. Saya  yakin tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, dan saya juga yakin walaupun saya masih belum bisa apa-apa disini saya akan terus belajar dan terus belajar menjadi pribadi yang lebih baik. Semangat suci akan optimisme selalu menyertai guru-guru disini untuk menjadikan murid-muridnya sebagai calon pemimpin masa depan. Saya yakin kelak suatu saat nanti murid-murid saya akan menjadi orang yang hebat, orang yang dipandang oleh mata dunia dan sebagai agen perubahan bagi generasi sesudahnya.    Saya berharap semangat mereka semua tidak pudar, ibarat laut lepas yang tidak pernah kering, ibarat pohon yang kokoh yang tidak pernah tumbang dan ibarat awan yang masih setia bertengger di langit. I believe if God wills it, it will happen. Nothing in the universe can stop it from happening if it was meant to be.


Cerita Lainnya

Lihat Semua