info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Antara Jakarta dan Bibinoi (Part 2)

Diera Gala Paksi 4 Januari 2012

     Siang yang sangat terik untuk memulai sebuah perjalanan, tapi hal itu tidak kami hiraukan karena sudah hilang ditelan perasaan kita yang campur aduk tentang kota ini. Antara penasaran dengan tugas apa yang sedang menanti kita disini, sampai pada saat liburan tempat mana yang kita akan jelajahi semua bercampur baur seperti lemon tea. Karena waktu yang disediakan untuk bertemu Pengajar Muda angkatan pertama (PM I) cukup singkat, maka dengan sangat terpaksa agenda untuk istirahat kita dikurangi. Trip pertama, kita diajak untuk menyesuaikan lidah kita dengan masakan indonesia Timur, maka diajaklah kita ke restoran dimana segala menunya berbahan seafood yang mungkin bagi penggila seafood tinggal disini seperti hidup di surga, bayangkan seafood disini secara fisik besar-besar lebih besar dari di jawa tapi harganya jauh lebih miring dan tentunya lebih fresh, setelah kenyang makan kita masih diajak berkeliling ke benteng yang entah saya lupa namanya, sampai pada destinasi terakhir mal yang menurut orang ternate itu adalah mal yang paling keren (itulah terkadang yang saya pribadi agak heran tentunya, kenapa mayoritas orang-orang indonesia selalu menunjukkan mal sebagai tujuan inti dari sebuah trip). Setelah selesai berkeliling kota ternate, lantas kita mencari sebuah penginapan untuk menginap sampai malam itu saja, karena jam sembilan kita sudah harus berada di pelabuhan untuk melanjutkan perjalanan ke kota kabupaten yang bernama “Labuha”.

     Tepat pukul 9.00 WIT, kita sudah berada di pelabuhan menunggu kapal yang akan membawa kita ke Labuha. Akan tetapi belum sampai di kapal sudah ada masalah menghadang. Masalah itu dinamakan “porter a.k.a. kuli angkut”. Yup..melihat barang kita yang bejibun maka ini dapat dijadikan sasaran mereka dan tentunya dapat menimbulkan chaos, kenapa? Karena selain jalan di pelabuhan tersebut sangat kecil sekali, banyak sekali kendaraan bermotor yang berjejalan layaknya pasar ikan. Tetapi untungnya kondisi itu sudah diantisipasi oleh teman-teman kita PM I, yang tentunya hal ini mungkin juga dapat berguna bagi orang lain yang akan melakukan perjalanan dengan membawa barang yang banyak dan berencana menggunakan kapal penumpang. Jadi, rencana awal adalah tetap membiarkan barang bawaan kita berada di mobil, lantas ada satu atau dua orang yang mencari penanggung jawab “porter” tersebut. Begitu penanggung jawabnya sudah kita pegang, lantas barang sudah bisa kita keluarkan dan juga dengan kondisi kita sudah berada di kapal terlebih dahulu untuk memastikan apakah barang sudah berada di tempat atau belum.

     Barang..cek, PM III dan PM I ..cek, tiket..cek, oke..semuanya sudah lengkap saatnya kita menikmati perjalanan 8 jam menuju kota Labuha. Deburan ombak disertai semilir angin menemani perjalanan kita malam itu menuju Labuha, sebagian PM sudah tidur pulas di tempatnya masing-masing, sebagian lagi sedang bersenda gurau memecah keheningan malam. Sayup-sayup kita dengar suara ikan terbang yang sedang show off ditemani dengan ubur-ubur yang warnanya sangat memikat. Tanpa terasa kita bercerita mulai dari rencana pasca tugas PM I sampai rencana kita (PM III) selama satu tahun ke depan, sampai pada akhirnya semua sudah mulai merasa mengantuk dan benar-benar kembali ke kamarnya masing-masing.   

      Labuha, 05.00 WIT, kapal sudah merapat sementara kita menunggu sampai semua penumpang turun, karena lagi-lagi kita direpotkan dengan barang bawaan yang cukup banyak. Kurang lebih 3-4 orang PM I sudah menunggu kami di bawah, membawa 3 mobil seperti pada saat kita dijemput di Ternate. Seperti biasa barang pun dimasukkan satu per satu ke dalam satu mobil yang memang dikhususkan untuk mengangkut barang, sementara untuk orangnya masuk ke dua mobil lainnya. Lambat laun mobil pun melaju menjauhi pelabuhan menuju hotel tempat kita menginap dan juga untuk bertemu dengan seluruh anggota PM I di wilayah Halmahera Selatan.      

      Hotel, 07.00 WIT, setelah diajak berkeliling sejenak akhirnya kita telah sampai di Hotel tempat kita menginap, semua PM III memilih kamarnya masing-masing yang kemudian dilanjutkan dengan agenda membersihkan diri dilanjutkan dengan sarapan. Setelah itu agenda selanjutnya adalah berkeliling kota Labuha sekaligus mencari tahu tempat-tempat wisata yang ada di sana, seperti benteng bekas masa penjajahan belanda, bekas kesultanan, pantai, alun-alun, tempat-tempat belanja sampai pada tempat-tempat vital seperti rumah sakit pun kita diajak kesana, dan tentunya tak lupa mereka para PM I sudah menyiapkan agenda pisah sambut bagi PM III di instansi yang berkaitan dengan tujuan awal kita kesini, yakni Dinas Pendidikan. Setelah itu acara dilanjutkan bertemu dengan tokoh-tokoh penting di Labuha, seperti Sekretaris Daerah (Sekda) dan perangkat pemerintahan lainnya.  

      Hotel, 19.00 WIT, tepat pada malam harinya, agenda kita lanjutkan dengan agenda rapat tentang bagaimana keberlanjutan program jangka panjang indonesia mengajar yang nantinya akan dilanjutkan oleh angkatan kita. Agenda tersebut berisi tentang bagaimana birokrasi pendidikan dan segala macam permasalahan pendidikan khususnya di halmahera selatan seperti kurangnya prosentase kehadiran guru sampai ke permasalahan serius seperti pendidikan yang dipolitisir semua dibahas disini. Tanpa terasa agenda ini dibahas sampai larut malam.  

      Esok paginya, kita bersiap-siap untuk pergi ke daerah penempatan masing-masing, dengan dibawa oleh tiga mobil yang berbeda kita menuju ke arah pelabuhan sesuai dengan daerah penempatan. Nah, disanalah kita berpisah dan membuat perjanjian untuk berkumpul lagi sekitar dua minggu sekali. Setengah jam berlalu, dan tibalah saya dan dua teman saya yang penempatan pulaunya berdekatan, di pelabuhan babang. Bersama satu koordinator dan satu orang PM I yang ikut mengantar. Tepat sekitar pukul 02.00 WIT, speed (panggilan orang lokal untuk speedboat) jemputan kita sudah datang tanpa perlu menunggu lama maka kita pun berangkat, surprisingly, di tengah perjalanan kita mendapatkan bonus yakni dapat melihat lumba-lumba langsung di laut lepas, padahal kata PM I selama setahun mereka bertugas disini justru mereka hanya melihatnya satu kali dan itupun mendekati hari akhir masa penugasan mereka, so, betapa beruntungnya kita. Lanjut, sebelum tiba di tempat penempatan kita diajak untuk mampir sejenak di salah satu pulau yang memiliki sumber air panas sekedar untuk hiburan. Tak lama lantas kita sampai di desa penempatan kita yang sampai detik ini desa itu masih dinamakan desa “Bibinoi”.


Cerita Lainnya

Lihat Semua