info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Sang "Apel" Werain

Didit Priyanto 25 Februari 2014

Kali pertama bertatap muka saat ada lepas sambut pengajar muda di sekolah, Juni 2013. Dengan mengenaikan kain batik bercorak warna coklat, beliau duduk di bangku dekat pintu dan sesekali menghisap rokok kesayangannya. Sementara saya bersama Prita, pengajar muda yang akan saya gantikan,duduk di tengah bersama Kepala Sekolah dan beberapa jajaran dewan guru lain. Ternyata, beliau duduk dekat pintu untuk sesekali keluar mengatur anak-anak yang akan tampil menyanyi saat acara lepas sambut kami  dan beliaupun mengirinya dengan petikan gitar.

Septinus Turalely, itulah nama panjangnya. Bapa Tur, begitulah kami akrab memanggilnya di sekolah, baik oleh sesama guru atau murid-murid di sekolah. Berperawakan tinggi, bekulit sawo matang, dan badannya tergolong tegap. Bila belum kenal, kita akan menilainya sebagai pribadi yang pendiam dan cenderung pasif.

Usianya relatif masih muda, tahun ini menginjak 33 tahun, dan tergolong junior dibanding guru-guru yang lain di sekolah kami. Bulan Maret ini, beliau baru masuk 1 tahun bertugas di SD Kristen Werain. Sebelumnya, beliau mengabdikan diri di SD Naskat Awear, kecamatan Warlabobar, salah satu wilayah yang juga masih menjadi bagian dari Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Mengajar di SD Kristen Werain artinya kembali ke kampung halaman sendiri dan mengajar di almamater, tempat beliau menamatkan pendidikan dasarnya. Saat ini, beliau di amanahkan untuk mengampu kelas V (lima) sebagai wali kelas dan juga guru penjaskes untuk kelas bawah.

Sejalan dengan waktu, sayapun makin mengenal Beliau. Tentunya karena intensitas tatap muka di sekolah dan seringnya bersenda gurau saat jam istirahat. Dalam beberapa kesempatan, kami beberapa kali bersama ke kecamatan atau kabupaten untuk mengurus keperluan sekolah yang memang tidak sengaja bersamaan. Maklum, meskipun baru, beliau juga sudah mendapatkan amanah pula sebagai bendahara Dana BOS. Sehingga untuk keperluan LPJ Dana BOS atau pencarian, beliau harus pergi ke kota kabupaten. Diluar sekolah, kamipun beberapa kali pernah pergi menjaring ikan bersama, bakar batu bersama keluarga di kebun, dan sama-sama terlibat dalam kegiatan angkatan muda. Hal ini jelas, saya semakin memahami dan mengerti sifat dan karakter beliau.

Desas desus pelatihan intensif pengembangan kompetensi guru Sekolah Dasar se Maluku Tenggara Baratpun sampai di telinga para guru di SD Kristen Werain. Selain informasi dari Kepala Sekolah, sayapun sempat dalam beberapa kesempatan menyampaikan bahwa Dinas Pendidikan memiliki rencana untuk mengadakan pelatihan serupa dengan pelatihan para Pengajar Muda. Dimana setiap sekolah akan mengirimkan 1 (satu) guru perwakilan yang dilibatkan untuk pelatihan yang diselenggarakan selama 1 (satu) bulan di Saumlaki, ibukota Maluku Tenggara Barat. Meskipun secara waktu belum dapat diketahui kepastiannya.

Kepala Sekolahpun memutuskan untuk mengirim Bapak Septinus Turalely, mengingat secara kriteria yang ditentukan beliau memiliki semuanya. Baik dari usia, pendidikan, pengalaman mengajar maupun karakter yang diminta. Jujur, sayapun termasuk “sumbang suara” kepada Kepala Sekolah agar beliau yang dikirim untuk mewakili SD Kristen Werain. Hal ini didasari dengan semakin mengenalnya saya dengan pribadi masing-masing guru di sekolah ini.

Tanggalpun akhirnya ditentukan. 28 Oktober – 25 November 2013, adalah waktu pelaksanaan kegiatan pelatihan tersebut. Sayapun bergegas berangkat karena kami Pengajar Muda Maluku Tenggara Barat, bertindak sebagai fasilitator. Dan hari Minggu, 27 Oktober 2013,Gedung Kesenian MTB, riuh oleh kedatangan  para peserta pelatihan dari Ujung pulau Molomaru sampai ujung pulau Selaru yang merupakan wilayah dari Maluku Tenggara Barat. 112 peserta pelatihan datang dengan berbagai barang bawaan untuk persiapan 1 (satu) bulan.

Pelatihanpun berjalan dengan berbagai cerita dan warna. Duplikasi dari pelatihan intensif ala Indonesia Mengajarpun diimplementasikan dalam pelatihan ini. Para pembicara handalpun yang mengisi pada saat pelatihan Pengajar Muda pun didatangkan. Pemerintah Daerah dan Dinas Pendidikan MTB, berupaya semaksimal mungkin untuk menjadikan pelatihan ini sebagai ajang belajar dan memperkuat diri para guru dari sisi fisik, mental dan intelelektual. Selain tentunya, membekali para guru dengan metode pembelajaran yang lebih kreatif dan berpusat kepada siswa. Perlu diakui, para peserta pelatihan adalah guru-guru luar biasa yang mampu menjalankan seluruh tugas yang diamanahkan oleh para fasilitator mulai dari tugas individu, kelompok maupun tugas angkatan. Mereka kerjakan dengan penuh semangat dan tanggung jawab.

Angkatan Pelopor atau apel, adalah sebutan bagi mereka para peserta pelatihan. Sebutan itu adalah para peserta sendiri yang mencetuskan, diambil dari salah satu yel kelompok peserta pelatihan. Dan saat inipun nama tersebut sangat melekat dalam diri para peserta pelatihan ditambah dengan rompi khas yang harus selalu mereka kenakan saat ini selama tugas mengajar di sekolah.

Keterlibatan Bapa Tur dalam pelatihan tersebutpun terlihat berbuah manis. Tanpa rasa canggung, rompi khas angkatan pelopor terus dikenakan. Semangat beliau mengajar semakin menyala. Yang lebih harus diapresiasi adalah metode mengajar beliau yang jauh lebih kreatif. Beberapa lagupun dikenalkan beliau sebagai salah satu media pembelajaran. Hal lain yang membuat saya lebih bangga adalah  kehadiran beliau di sekolah jauh lebih tepat waktu dan ikut terlibat pula dalam pemberian jam tambahan bagi anak-anak kelas VI untuk mata pelajaran IPA. Selain itu, beliau sudah terlibat langsung dalam kegiatan pramuka, yang saat ini sedang saya aktifkan kembali dengan berlatih setiap hari Jumat.

Beliau ibarat angin segar masuk di sekolah. Ditengah banyak guru yang kinerjanya rendah, beliau hadir dengan semangat yang bertambah. Di tengah banyak guru yang pasif, beliau hadir dengan semakin kreatif. Ditengah sekolah yang banyak masalah, beliau hadir dengan sosok baru yang telah berubah. Di tengah kepala sekolah yang sibuk mengurus “administrasi”, beliau hadir bukan untuk sensasi.  Beliaulah sang apel Werain, yang siap perlahan melakukan perubahan.


Cerita Lainnya

Lihat Semua