"PM" lain di Werain

Didit Priyanto 25 Februari 2014

Ramah, Resik dan Rapi. Itulah 3 kata pertama yang mendeskripsikan tentang dirinya. Keramahannya jelas tergambar nyata dari tutur kata maupun bahasa tubuhnya. Terlihat ketika saya pertama kali bertatap muka dan bertutur sapa di kediamannya. Beliau dengan hangat menyambut kedatangan saya. Meskipun pertemuan malam itu adalah kali pertama, saya merasakan keramahan beliau di tengah kegelapan karena minyak engkol sedang habis. Ya, perkenalan pertama kala itu hanya dibantu oleh sebuah pelita kecil. Kami pun mewarnai obrolan pertama malam ini dengan bercerita tentang berbagai hal. Selayaknya kami sudah saling kenal.

Ketika saya berkunjung ke kediaman beliau, malam itu adalah hari pertama beliau pulang ke Werain setelah 2 (dua) minggu pergi ke Jakarta untuk melayat salah satu anggota keluarganya. Saat saya tiba di kediamannya, saya menjumpai beliau sedang menyapu dengan penerangan seadanya. Saya hanya berfikir, mungkin karena kediaman sudah lama ditinggalkan maka beliau berusaha untuk membereskan dan membersihkan kotoran dan debu-debu yang ada. Hal itu wajar, karena beliau seorang perempuan dan pastinya tidak tahan dengan kondisi yang kotor dan berserakan. Namun, semakin lama saya berada di Werain dan beberapa kali bertamu ke kediamannya, memang Beliau orang yang sangat mengutamakan kebersihan. Kediaman beliau dari ujung depan sampai belakang memang selalu  bersih.

Di kediaman, beliau telah mendirikan perpustakaan dengan pajangan banyak buku yang tertata rapi. Dengan rak buku seadanya, beliau memajang buku di ruang tamu yang tersusun rapi. Begitu pula dengan administrasinya, beliau layaknya seorang pustakawan handal yang memiliki sistem administrasi yang baik dan rapi di tengah segala macam keterbatasan. Sistem peminjaman buku pun dengan kartu peminjaman seperti pada umumnya perpustakaan di sekolah.

Dari sisi koleksi, perpustakaan mini yang diinisiasi oleh beliau ini menyediakan berbagai macam pilihan buku, mulai dari cerita rakyat, kepahlawanan, usaha kreatif, pendidikan agama, psikologi, dan masih banyak lainnya yang telah beliau susun sesuai kategori bukunya. Perpustakaan ini terbuka untuk umum dan dibuka setiap hari, namun karena ditengah kesibukan beliau, peminjaman dan pengembalian buku dilakukan setiap hari Minggu setelah anak-anak selesai sekolah minggu, sekitar pukul 12 siang.

Lalu siapakah Beliau?...  

Beliau adalah “PM” di Desa Werain, Kecamatan Selaru, Maluku Tenggara Barat. Pendeta Muda yang karakter dan kepribadiannya sangat diperlukan sebagai seorang Pengajar Muda. Ya, beliau adalah seorang pendeta yang secara usia tergolong masih muda. Nn. Senny Pellaupessy, begitulah namanya. Kami akrab memanggilnya “ipen” singkatan dari ibu pendeta. Perempuan  yang masih berstatus lajang ini adalah kelahiran Ihamahu-Maluku, 11 Februari 1981. Menghabiskan masa kecil di desa tempat kelahiran sampai beliau lulus dari SMA Negeri 2 Ambon. Kemudian beliau melanjutkan studinya di Universitas Kristen Indonesia Maluku (UKIM) dan mengambil jurusan Filsafat Teologi.  

Melayani adalah pekerjaaan yang diidam-idamkan oleh anak ke empat dari lima bersaudara ini. Memutuskan menjadi pendeta dengan segala macam konsekuensinya, menjadi pilihan hidup beliau. Selepas menempuh pendidikan di UKIM, beliau mengikuti program Vikaris, proses praktek pra-pendeta selama 1(satu) tahun di desa Namtabung, salah satu desa yang juga berada di kecamatan Selaru.

Selepas mengikuti Vikaris, beliau mendapatkan amanah untuk bertugas sebagai pendeta di desa Werain, bulan Juni tahun 2011. Kedatangan beliaupun tidak berselang lama dengan Pengajar Muda angkatan I yang bertugas di Werain, Arum. Kehadiran beliau jelas membawa dampak yang begitu berarti bagi Werain. Salah satu kontribusi nyata beliau adalah menjadi salah satu pihak yang terlibat dalam mendamaikan perselisihan desa Werain dengan desa Fursuy, yang sudah berlangsung cukup lama.

Secara tugas dan tanggung jawab, beliau hadir tidak hanya sebagai pemimpin ibadah umat kristen protestan, agama yang dianut oleh seluruh masyarakat desa Werain. Beliau diamanahkan pula untuk terlibat dalam bidang kemasyarakatan, pendidikan, kesehatan, dan bidang lainnya yang intinya bermanfaat bagi para jemaat gereja yang juga sebagai bagian dari masyarakat desa. Hal ini jelas, beliau memiliki tugas yang tidak sedikit, ditengah tanggung jawab beliau dalam proses pembangunan gereja yang ditargetkan akan rampung di tahun 2015.  

Ibu pendeta adalah sosok yang mencintai anak-anak. Kecintaan beliau kepada anak-anak, dibuktikan secara nyata dengan beliau mendirikan PAUD Ebenhaezer. Memilih lokasi di dalam pastori (kediaman beliau), PAUD ini hadir dengan segala keterbatasan. Dengan beberapa media pembelajaran seadanya yang beliau beli, anak-anakpun terlihat antusias belajar sembari bermain. Beberapa anak, setiap pagi terlihat sudah memberikan keramaian di pastori, tepat berada di depan gereja.

Gereja, memberikan andil besar dalam membawa perubahan desa Werain, di tengah desa yang saat ini krisis pemimpin. Peran sertanya melalui tangan seorang pendeta, yang sekaligus sebagai ketua majelis gereja, terus memberikan kontribusinya untuk kemajuan desa. Beliau merangkul pemerintah desa, para pendidik, dan tentunya para majelis gereja untuk terus membawa desa ini kearah kemajuan. Aspirasi para jemaat di bawa langsung dalam penyusunan program setiap tahunnya dalam kegiatan sidang jemaat. Melalui sidang ini,seluruh keluh kesah dilontarkan, seluruh masalah dipecahkan, seluruh program direncanakan, demi sebuah perubahan.

Ibu pendeta sebagai seorang pelayan adalah sosok sebuah teladan. Sebagai pendeta, beliau siap dimana saja ditempatkan tanpa bisa memberi penolakan. Sebagai pemimpin, beliau selalu siap dengan segala macam kritikan demi sebuah perubahan.


Cerita Lainnya

Lihat Semua