PR? Horeeeeee....!
Diastri Satriantini 12 Agustus 2011Saya sangat mencintai murid-murid saya.
Sebagian besar dari mereka boleh saja masih belum bisa baca-tulis-hitung, mereka juga boleh saja sering nakal dan ramai dan tidak mau saya suruh diam, bahkan mereka juga sering belum mandi saat datang ke sekolah. Apapun itu, saat mereka tersenyum ceria sambil bernyanyi bersama saya di akhir kelas sebelum pulang sekolah, saya selalu tahu bahwa saya “kalah” lagi. They have won my heart. Again. Everyday. Failproof.
Terlebih lagi hari ini.
Jadi, setiap hari saya mengadakan 2 sesi les untuk anak-anak kelas 5. Jam 15.00-17.00 untuk 6 anak yang sudah bisa baca-tulis-hitung, dan jam 19.00-21.00 untuk 12 anak sisanya yang tingkat kemampuan calistungnya luar biasa heterogen. Ada yang sudah lancar menulis dan hitung perkalian tapi nol besar dalam hal membaca, ada yang menulisnya bak siput (bahkan sebulan yang lalu dia masih belum bisa tulis namanya sendiri) dan belum bisa baca tapi supercepat dalam menangkap pengetahuan matematis, daaaan tidak sedikit pula yang nol besar dalam segala bidang baca-tulis-hitung. Hahaha...
Mereka punya satu kesamaan: mereka sangat suka les. Meskipun nantinya saat les mereka pusing menghadapi soal-soal matematika yang saya sodorkan secara maraton, tapi setiap harinya di sekolah mereka selalu bertanya dengan penuh harap, “Nanti les, Ibu? Nanti les, Ibu? Jam 3, Ibu? Jam 7, Ibu?”
Nah, hari ini saya sudah ada rencana untuk rapat dengan Kepala Desa dan warga desa tentang usulan perayaan 17 Agustus yang saya ajukan. Karena itu, sebelum pulang sekolah, saya bilang pada anak-anak bahwa hari ini tidak ada les. Setelah mendengar hal ini, raut wajah mereka agak kecewa, tapi saya memang tidak punya pilihan. Supaya mereka tetap belajar di rumah (biasanya anak-anak di desa ini tidak pernah belajar sendiri di rumah kalau tidak ada PR), saya pun minta anak-anak datang ke rumah sekitar pukul 13.00 untuk saya beri PR. Di luar dugaan, mereka sontak ramai berseru, “HOREEEEEE....!!”
Saya pun speechless.
Hore? Did they just say “hore”?
Saya mengumumkan bahwa mereka akan dapat PR dan mereka berteriak “hore”?
Saat detik berikutnya senyum mengembang di wajah saya, saya tahu bahwa hari ini mereka telah melelehkan hati saya lebih dari biasanya.
Hati saya mudah leleh pada orang yang telah berbuat baik pada saya.
Dan anak-anak ini telah menolong saya, bahkan tanpa mereka sadari.
Di tengah beban pikiran setiap hari memikirkan metode apalagi yang bisa saya pakai agar mereka cepat bisa mengenal huruf dan angka, hari ini mereka membantu menaikkan rasa percaya diri dan optimisme saya.
Tidak ada kata-kata yang bisa menggambarkan betapa bahagianya saya melihat mereka merasa SENANG dan BERSEMANGAT untuk belajar. Meski nantinya entah mereka akan paham atau tidak dengan apa yang saya suruh mereka kerjakan, tapi yang penting senang dulu, yang penting antusias dulu.
Entah mereka bisa mengerjakan atau tidak, bahkan entah mereka mengerjakannya sendiri atau dikerjakan Mama, tapi mereka ingin diberi PR.
PR bukanlah sesuatu yang memberatkan bagi mereka. Homeworks are fun.
Wow.
Saya saja tidak berpikir begitu saat masa-masa SD dulu.
Kalau saya ingat-ingat lagi, selama ini mereka memang antusias menyodorkan buku untuk saya isi dengan soal-soal matematika. Saya memberi mereka soal yang berbeda-beda, selain supaya tidak saling contek, juga supaya tingkat kesulitan soalnya bisa sesuai dengan kemampuan masing-masing individu anak.
PR ini rupanya juga menjadi ajang kompetisi tersendiri di antara mereka. Yang sudah dapat soal-soal perkalian akan menyombongkan diri pada temannya, “Ibu su kasih betung soal kali-kali (Ibu sudah kasih saya soal perkalian).” Yang masih dapat soal penjumlahan pun kadangkala diejek, sehingga dia minta “naik kelas”, minta dikasih soal perkalian juga. Maka saya pun bisa bilang, “Makanya, mari dong (=dorang/kalian) jawab soal tambah-tambah ini deng benar, jang lupa lai cara simpan. Nanti kalau dong su bisa, Ibu kasih soal kali-kali.” Lucunya, kadang bila saya beri mereka 6 soal misalnya, mereka akan bilang, “Ibu, kasih beta 10 soal.”
I love them.
Ya Tuhan, seperti apa rasanya hati saya saat bulan Juni 2012 nanti? Saat saya harus berpisah dengan anak-anak ini... :(
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda