info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Antologi Puisi Delapan Belas Bintang

Diah Setiawaty 25 Januari 2011
Suatu hari saya masuk ke ruang guru lalu melihat banyak guru berkumpul di sekitar Ibu Budi (dejavu kah anda mendengar namanya?) seorang guru, wali murid, kelas tiga. Saya bingung apa yang mereka tertawakan, lalu Ibu Budi menunjukkan kepada saya beberapa puisi yang dibuat oleh murid-muridnya. Saat itu puisi yang pertama saya baca adalah puisi Pengsil oleh Dewi. Puisi ini membuat saya tersenyum dan kemudian tertawa-tawa sendiri membacanya. Bagaimana tidak? Dewi mengimajikan pensil seperti seorang artis atau bintang film “aku kagum denganmu sungguh” begitu salah satu bait di dalamnya. Sudahkah saya pernah bercerita bahwa murid-murid saya adalah jenius-jenius kecil dalam membuat puisi? Tentang ini sudah pernah saya bahas dalam salah satu tulisan yang berjudul Cintaku untuk Guru. dalam blog ini.  Ibu Budi meminta mereka, murid kelas tiga, menulis puisi bertemakan benda-benda yang mereka gunakan sehari-hari. Ajaibnya mereka dapat menyulap benda-benda peralatan sehari-hari di sekitar mereka menjadi benda yang sangat berharga bahkan hampir seperti teman Imajiner. Mereka mengagumi, berterima kasih, bahkan mendoakan benda-benda tersebut. Armansyah misalnya menulis puisi berjudul Perahu yang menggambarkan rasa terima kasihnya yang tulus terhadap perahu yang digunakannya setiap hari. Sebagai informasi Armansyah tinggal di Pulau Rantau dan harus mendayung setiap harinya berkilo-kilometer untuk pergi ke sekolah dan untuk les di tempat saya. Anak sekecil itu sudah bisa mendayung sebuah perahu ketinting yang dapat memuat empat sampai lima anak sekali jalan. Terkadang ia bahkan menjemput adiknya ketika pulang berjogging bersama saya. Salah satu puisi yang juga saya mendapat perhatian saya ketika pertama kali saya membacanya adalah puisi Jala oleh seorang anak yang lupa menuliskan namanya, hanya inisial Bi yang digoreskan dalam lembaran kertas yang dikumpulkannya. Tidak lupa ia menggambarkan sebuah jala berupa segitiga yang diarsir kotak-kotak kasar. Gambar yang sangat orisinil dan representatif bagi saya. Saya senang berpikir bahwa ia memang sengaja, karena kerendahan hatinya, tidak menuliskan nama di puisinya yang menurut teman saya sangat khas anak kecil, jenaka, belepotan, tetapi jujur walaupun nyeleneh  Tengok saja bait-bait puisinya Jala kau begitu berharga di saat aku tidak memiliki ikan Engkau selalu membantuku Kau jala yang berharga Engkau takkan kulupa Hanya doa untukmu Semoga Tuhan memberi kekuatan kepadamu agar selalu kuat dalam menghadapi cobaan. Dunia anak seringkali begitu ajaib. Tidak seperti orang dewasa yang kerap kali luput memperhatikan benda-benda di sekitar. Anak-anak sebaliknya sangat memperhatikan benda-benda peralatan sehari-hari yang bagi kita sepele seperti jalan misalnya. Nurlina menggambarkannya dengan sangat indah dan polos dalam bait-bait puisinya Wahai jalan kamu indah betul. Dilewati mobil sama motor sama sepeda dan becak Sama mobil terek dan dilewati jalan kaki. Sebagai informasi jalan di daerah ini, jalan yang di lewati Nurlina sehari-hari, jalan yang dianggapnya indah betul adalah jalan tanah berbatu yang pada saat matahari bersinar terik jalan ini menjadi begitu panjang dan tandus. Kau bahkan dapat mengalami fatamorgana jika berjalan di siang hari bolong melewati jalan tersebut. Tetapi dari kacamata Nurlina, ia mencintai jalan ini dan melukiskannya dalam bait-bait puisinya. Banyak dari puisi ini menyesuaikan dengan logat masyakarat, seperti logat Bugis yang seringkali membunyikan huruf n dengan sengau dan menambahkan huruf h diakhir kata, maka jangan heran ketika melihat tulisan pensil menjadi pengsil  atau lega menjadi legah. Maka dengan ini saya persembahkan antologi puisi delapan belas bintang, delapan belas murid  kelas tiga, delapan belas sastrawan cilik, dengan segala kejujuran, kepolosan, dan kejenakaan serta imajinasi mereka tentang benda-benda di sekitar mereka. Perahu Oleh: Armansyah Perahu terima kasih kau mengantarku sekolah maupun kemana saja. Saya kemana-mana saja saya juga memakaimu. Perahu saya mau jalan kerumah nenek atau kakek saya juga memakaimu, perahu. Terima kasih perahu Bintang Oleh: Lista Wahai bintang kau selalu terang di malam hari bintang Wahai bintang kau selalu terang di langit yang biru Wahai bintang kau terlalu indah di langit yang biru Wahai bintang kau terlihat indah dan cantik di langit Wahai bintang kau indah dan berseri di langit bintang Oh bintang, kau selalu menerangiku Bintang oh indah bintang Oh bintang kau berseri di langit yang biru Oh bintang kau terlihat di langit yang biru Oh bintang kau terlihat cantik didunia Oh bintang kau berwarna kuning di langit yang biru Buku Oleh: Abdul Hamid Terima kasih buku kau sudah menolongku Kalau tidak ada buku aku pakai Saya tidak bisa belajar Untung ada buku Buku bersih putih indah sekali Bulan Oleh: Sifah Wahai bulan kau menerangkan bumi saat di malam hari Dan kau menerangi kemana aku pergi Sepeda Oleh:Alvin Sepeda kau berguna bagiku, kau mengantarku sekolah dan juga mengantarku kemana aku pergi perai dia ikut terus Gunung Oleh: Dini Wahai gunung, kau terlihat indah . Kau mempunyai udara yang segar . Saat di pagi hari aku menghisap udaramu yang segar. Setiap pagi aku menghisap udaramu yang segar. Baju Oleh:Ardan Wahai baju kau berguna kepada manusia semua. Aku selalu setiap pagi aku memakaimu ke sekolah. Setiap pagi-pagi isinya baju saya hanya uang saja Hanya seribu saja Hanya di sekolah jam delapan sampai jam dua belas Jalan Oleh:Nurlina Wahai jalan kamu indah betul. Dilewati mobil sama motor sama sepeda dan becak Sama mobil Tarek dan dilewati jalan kaki Air Marlina 20 januari 2011 Duhai air kaulah yang menyegarkanku Bila kau haus kaulah yang ku Minum maka aku jadi segar dan Legah sekali duhai air putih yang nyaman Kaulah yang  Ku minum tiap hari dan Siang malam Kau air Yang tawar dan Sangat Putih Kaulah diminum seluruh manusia ketika ia haus. Kaulah yang membuatnya legah maka tak haus. Matahari Oleh:Ilham Hai matahari kau terlihat cerah dan menejukan mewarnai Segalah dunia semua orang memerlukan mu untuk mengeringkan Segalah kepintingan semua warga-warga kami semua di Indonesia yang sangat luas Alam Oleh:Ilham Wahai alam kau begitu indah bagiku. Setiap hari ku melihat keindahanmu Di setiap menit deti k ku melihat sawah dan pohon-pohon ini  semua. Karena keindahanmu alam takkan pernah kulupa sampai kapan pun Karena kau adalah tempatku tinggal atau tempat ku bertedu Jala Oleh: Bi Jala kau begitu berharga di saat aku tidak memiliki ikan Engkau selalu membantuku Kau jala yang berharga Engkau takkan kulupa Hanya doa untukmu Semoga Tuhan memberi kekuatan kepadamu agar selalu kuat dalam menghadapi cobaan. Sapu Oleh: Jumiyati Wahai sapu kau bagiku indah dan bagus. Kau kupakai setiap hari untuk menyapu lantai dan halaman rumah ku dan kau ku gantung di tempat yang tinggih dan ku juga begitu indah dan dersih dan kau juga begitu cerah dan di atas sanah di tumpat kau ber gantung di atas sana setelah aku menggantung mu di tempat mu sendiri. Aku juga mulai menyapu lantai rumah lagi setelah menyapu lantai rumah aku menyimpan mu lagi di tempat yang tigngih. Aku merasa kamu cocok di gantung di sana saja di sana kamu memang pantas di gantung di sanah saja deh. Setelah aku menyimpannya di tempat yang tinggi banget di cocok ko di gantung di sana. Tas Oleh: Samsul Wahai tas setiap hari aku pakai ke sekolah untuk membawa pensil dan buku juga pulpen atau penggaris dan sebagainya. Tas kau sungguh berguna bagi manusia. Wahai kau tas. Kau membuatku senang. Ember Oleh:Norhalisah Wahai ember kau selalu ku pakai setiap hari. Aku memakaimu mengambil air. Kau sangat kuperlukan Wahai ember kaulah yang kupakai setiap hari Kaulah yang membantuku wahai emberku. Puisi Nasi Oleh: Lala Wahai nasi kau membuat perutku sangat merasa nyenyak dan tidak lapar lagi seperti tadinya yang keroncongan. Kau sangat berjasa bagiku dan perutku sudah merasa kenyang. Pengsil Oleh: Dewi Pengsil kau begitu berguna Kau selalu ada di saatku memerlukanmu Sungguh kau adalah pensil yang berharga Kau adalah alat yang untuk digunakan Untuk menulis Kau adalah pensil yang indah Aku kagum Denganmu sungguh Kau berguna untukku Ku takkan pernah puas dengan apa yang telah ku lakukakn Kau terus bekerja dan berkarya Sekolahan Oleh: Ismail Wahai sekolah kau tempatku menuntut ilmu Dan belajar menulis setiap hari Aku belajar aku membaca kaulah tempatku untuk belajar Terima kasih sekolah kau sudah membantuku untuk masuk sekolah Supaya aku pintar, terima kasih sekolah kau sekolah yang membuatku pintar.

Cerita Lainnya

Lihat Semua