Antologi Puisi Delapan Belas Bintang
Diah Setiawaty 25 Januari 2011
Suatu hari saya masuk ke ruang guru lalu melihat banyak guru berkumpul di sekitar Ibu Budi (dejavu kah anda mendengar namanya?) seorang guru, wali murid, kelas tiga. Saya bingung apa yang mereka tertawakan, lalu Ibu Budi menunjukkan kepada saya beberapa puisi yang dibuat oleh murid-muridnya. Saat itu puisi yang pertama saya baca adalah puisi Pengsil oleh Dewi. Puisi ini membuat saya tersenyum dan kemudian tertawa-tawa sendiri membacanya. Bagaimana tidak? Dewi mengimajikan pensil seperti seorang artis atau bintang film “aku kagum denganmu sungguh” begitu salah satu bait di dalamnya.
Sudahkah saya pernah bercerita bahwa murid-murid saya adalah jenius-jenius kecil dalam membuat puisi? Tentang ini sudah pernah saya bahas dalam salah satu tulisan yang berjudul Cintaku untuk Guru. dalam blog ini. Ibu Budi meminta mereka, murid kelas tiga, menulis puisi bertemakan benda-benda yang mereka gunakan sehari-hari. Ajaibnya mereka dapat menyulap benda-benda peralatan sehari-hari di sekitar mereka menjadi benda yang sangat berharga bahkan hampir seperti teman Imajiner. Mereka mengagumi, berterima kasih, bahkan mendoakan benda-benda tersebut.
Armansyah misalnya menulis puisi berjudul Perahu yang menggambarkan rasa terima kasihnya yang tulus terhadap perahu yang digunakannya setiap hari. Sebagai informasi Armansyah tinggal di Pulau Rantau dan harus mendayung setiap harinya berkilo-kilometer untuk pergi ke sekolah dan untuk les di tempat saya. Anak sekecil itu sudah bisa mendayung sebuah perahu ketinting yang dapat memuat empat sampai lima anak sekali jalan. Terkadang ia bahkan menjemput adiknya ketika pulang berjogging bersama saya.
Salah satu puisi yang juga saya mendapat perhatian saya ketika pertama kali saya membacanya adalah puisi Jala oleh seorang anak yang lupa menuliskan namanya, hanya inisial Bi yang digoreskan dalam lembaran kertas yang dikumpulkannya. Tidak lupa ia menggambarkan sebuah jala berupa segitiga yang diarsir kotak-kotak kasar. Gambar yang sangat orisinil dan representatif bagi saya. Saya senang berpikir bahwa ia memang sengaja, karena kerendahan hatinya, tidak menuliskan nama di puisinya yang menurut teman saya sangat khas anak kecil, jenaka, belepotan, tetapi jujur walaupun nyeleneh Tengok saja bait-bait puisinya
Jala kau begitu berharga di saat aku tidak memiliki ikan
Engkau selalu membantuku
Kau jala yang berharga
Engkau takkan kulupa
Hanya doa untukmu
Semoga Tuhan memberi kekuatan kepadamu agar selalu kuat dalam menghadapi cobaan.
Dunia anak seringkali begitu ajaib. Tidak seperti orang dewasa yang kerap kali luput memperhatikan benda-benda di sekitar. Anak-anak sebaliknya sangat memperhatikan benda-benda peralatan sehari-hari yang bagi kita sepele seperti jalan misalnya. Nurlina menggambarkannya dengan sangat indah dan polos dalam bait-bait puisinya
Wahai jalan kamu indah betul.
Dilewati mobil sama motor sama sepeda dan becak
Sama mobil terek dan dilewati jalan kaki.
Sebagai informasi jalan di daerah ini, jalan yang di lewati Nurlina sehari-hari, jalan yang dianggapnya indah betul adalah jalan tanah berbatu yang pada saat matahari bersinar terik jalan ini menjadi begitu panjang dan tandus. Kau bahkan dapat mengalami fatamorgana jika berjalan di siang hari bolong melewati jalan tersebut. Tetapi dari kacamata Nurlina, ia mencintai jalan ini dan melukiskannya dalam bait-bait puisinya.
Banyak dari puisi ini menyesuaikan dengan logat masyakarat, seperti logat Bugis yang seringkali membunyikan huruf n dengan sengau dan menambahkan huruf h diakhir kata, maka jangan heran ketika melihat tulisan pensil menjadi pengsil atau lega menjadi legah.
Maka dengan ini saya persembahkan antologi puisi delapan belas bintang, delapan belas murid kelas tiga, delapan belas sastrawan cilik, dengan segala kejujuran, kepolosan, dan kejenakaan serta imajinasi mereka tentang benda-benda di sekitar mereka.
Perahu
Oleh: Armansyah
Perahu terima kasih kau mengantarku sekolah maupun kemana saja.
Saya kemana-mana saja saya juga memakaimu.
Perahu saya mau jalan kerumah nenek atau kakek saya juga memakaimu, perahu.
Terima kasih perahu
Bintang
Oleh: Lista
Wahai bintang kau selalu terang di malam hari bintang
Wahai bintang kau selalu terang di langit yang biru
Wahai bintang kau terlalu indah di langit yang biru
Wahai bintang kau terlihat indah dan cantik di langit
Wahai bintang kau indah dan berseri di langit bintang
Oh bintang, kau selalu menerangiku
Bintang oh indah bintang
Oh bintang kau berseri di langit yang biru
Oh bintang kau terlihat di langit yang biru
Oh bintang kau terlihat cantik didunia
Oh bintang kau berwarna kuning di langit yang biru
Buku
Oleh: Abdul Hamid
Terima kasih buku kau sudah menolongku
Kalau tidak ada buku aku pakai
Saya tidak bisa belajar
Untung ada buku
Buku bersih putih indah sekali
Bulan
Oleh: Sifah
Wahai bulan kau menerangkan bumi saat di malam hari
Dan kau menerangi kemana aku pergi
Sepeda
Oleh:Alvin
Sepeda kau berguna bagiku,
kau mengantarku sekolah dan juga mengantarku kemana aku pergi perai dia ikut terus
Gunung
Oleh: Dini
Wahai gunung, kau terlihat indah .
Kau mempunyai udara yang segar .
Saat di pagi hari aku menghisap udaramu yang segar.
Setiap pagi aku menghisap udaramu yang segar.
Baju
Oleh:Ardan
Wahai baju kau berguna kepada manusia semua.
Aku selalu setiap pagi aku memakaimu ke sekolah.
Setiap pagi-pagi isinya baju saya hanya uang saja
Hanya seribu saja
Hanya di sekolah jam delapan sampai jam dua belas
Jalan
Oleh:Nurlina
Wahai jalan kamu indah betul.
Dilewati mobil sama motor sama sepeda dan becak
Sama mobil
Tarek dan dilewati jalan kaki
Air
Marlina 20 januari 2011
Duhai air kaulah yang menyegarkanku
Bila kau haus kaulah yang ku
Minum maka aku jadi segar dan Legah sekali duhai air putih yang nyaman
Kaulah yang Ku minum tiap hari dan Siang malam Kau air Yang tawar dan Sangat Putih
Kaulah diminum seluruh manusia ketika ia haus.
Kaulah yang membuatnya legah maka tak haus.
Matahari
Oleh:Ilham
Hai matahari kau terlihat cerah dan menejukan mewarnai
Segalah dunia semua orang memerlukan mu untuk mengeringkan
Segalah kepintingan semua warga-warga kami semua
di Indonesia yang sangat luas
Alam
Oleh:Ilham
Wahai alam kau begitu indah bagiku.
Setiap hari ku melihat keindahanmu
Di setiap menit deti k ku melihat sawah dan pohon-pohon ini semua.
Karena keindahanmu alam takkan pernah kulupa sampai kapan pun
Karena kau adalah tempatku tinggal atau tempat ku bertedu
Jala
Oleh: Bi
Jala kau begitu berharga di saat aku tidak memiliki ikan
Engkau selalu membantuku
Kau jala yang berharga
Engkau takkan kulupa
Hanya doa untukmu
Semoga Tuhan memberi kekuatan kepadamu agar selalu kuat dalam menghadapi cobaan.
Sapu
Oleh: Jumiyati
Wahai sapu kau bagiku indah dan bagus.
Kau kupakai setiap hari untuk menyapu lantai dan halaman rumah ku dan kau ku gantung di tempat
yang tinggih dan ku juga begitu indah dan dersih dan kau juga begitu cerah dan di atas sanah di tumpat kau ber gantung di atas sana setelah aku menggantung mu di tempat mu sendiri. Aku juga mulai menyapu lantai rumah lagi setelah menyapu lantai rumah aku menyimpan mu lagi di tempat yang tigngih. Aku merasa kamu cocok di gantung di sana saja di sana kamu memang pantas di gantung di sanah saja deh. Setelah aku menyimpannya di tempat yang tinggi banget di cocok ko di gantung di sana.
Tas
Oleh: Samsul
Wahai tas setiap hari aku pakai ke sekolah untuk membawa pensil dan buku juga pulpen atau penggaris dan sebagainya.
Tas kau sungguh berguna bagi manusia.
Wahai kau tas.
Kau membuatku senang.
Ember
Oleh:Norhalisah
Wahai ember kau selalu ku pakai setiap hari.
Aku memakaimu mengambil air.
Kau sangat kuperlukan
Wahai ember kaulah yang kupakai setiap hari
Kaulah yang membantuku wahai emberku.
Puisi Nasi
Oleh: Lala
Wahai nasi kau membuat perutku sangat merasa nyenyak dan tidak lapar lagi seperti tadinya yang keroncongan.
Kau sangat berjasa bagiku dan perutku sudah merasa kenyang.
Pengsil
Oleh: Dewi
Pengsil kau begitu berguna
Kau selalu ada di saatku memerlukanmu
Sungguh kau adalah pensil yang berharga
Kau adalah alat yang untuk digunakan
Untuk menulis
Kau adalah pensil yang indah
Aku kagum Denganmu sungguh
Kau berguna untukku
Ku takkan pernah puas dengan apa yang telah ku lakukakn
Kau terus bekerja dan berkarya
Sekolahan
Oleh: Ismail
Wahai sekolah kau tempatku menuntut ilmu
Dan belajar menulis setiap hari
Aku belajar aku membaca kaulah tempatku untuk belajar
Terima kasih sekolah kau sudah membantuku untuk masuk sekolah
Supaya aku pintar, terima kasih sekolah kau sekolah yang membuatku pintar.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda