Satu Tahun Yang Luar Biasa #Part 5
Desi Yani Harahap 10 Maret 2015Jatuh Cinta
Saya datang disambut wajah baru, wajah anak-anak kampung Cilaketan yang sedari pagi sudah menunggu saya, di rumah teteh dan kakak saya yang bersedia saya repotkan selama masa tugas saya mendatang, mereka menyambut dengan hangat walau ada raut asing diwajah mereka. Saya bahkan tak mampu mengingat nama mereka namun mereka sudah mengukir nama saya di ingatan mereka. Datang sebagai guru dan hadir ditengah-tengah semangat untuk meraih cita-cita mereka. Saya tak perlu berusaha keras untuk melakukan PDKT dengan mereka, hingga akhirnya saya pun jatuh cinta. Dian murid kelas V di SDN 1 Margaluyu adalah murid pertama yang membuat saya jatuh cinta, saya menduga ia memiliki bakat dalam menulis, kemampuannya merangkai kata yang bagus, namun rasa malu terkadang membelunggunya untuk menggali potensinya, saya terus mencoba dengan keyakinan bahwa suatu saat dugaan saya benar, hingga suatu ketika dibuku yang saya berikan untuknya belajar menulis, saya temukan tulisan “Bu Desi Tetap Semangat Ya Mengajar di Lebak” hati siapa yang tak terharu membaca tulisan penyemangat Dian untuk guru yang baru dikenalnya tak lebih dari seminggu saat itu. Dian saya nobatkan sebagai Jawara Mengetik karena dia hobi mengetik kata demi kata di laptop. Saya jatuh Cinta pada jawara cilik yang ada di kampung Cilaketan. Tak Hanya Dian, Nasrul adalah salah satu jawara cilik saya. ketika di satu bulan pertama, bulan Ramadhan saya menjadi bagian dari mereka, saya menginap dirumah Nasrul dan ia membuat saya tercengang dengan cerita kami malam itu.
“Nak cita-cita kamu apa?” tanya saya dimalam yang dingin karena saat itu sedang hujan, “saya ingin jadi orang kaya bu” jawab Nasrul dengan nada datar tanpa melihat kearah saya. “wah jadi orang kaya cita-cita yang bagus, bagaimana ya nak caranya jadi orang kaya” tanya saya penasaran. “ya gawe bu” jawab Nasrul singkat. “Gawa naon?” tanya saya lebih lanjut dan semakin penasaran membalikkan badan kearah Nasrul. “Kuli bangunan bu” Nasrul menatap saya dengan wajah polos namun serius. Saya seolah tersambar petir yang menggelegar dimalam itu, Jelas saya kaget mendengar cara Nasrul meraih cita-citanya. Saya tak mengomentari banyak akan cita-citanya, namun saya hanya berkata “kalau jadi dokter, polisi keren ngak?” walaupun saya tak jelas tau kenyataannya apa jawaban dari pertanyaan saya, pertanyaan aneh yang membuat saya lebih lanjut berpikir. Wajah polos Nasrul saat tidur membuat saya bertanya kepada diri saya sendiri, sesederhana apapun yang namanya cita-cita tetaplah sesuatu pencapaian jika ia berhasil diraih, atau bahkan usaha yang dilakukan untuk mencapainya adalah suatu pencapaian, lantas apa yang salah dengan Nasrul? Tidak ada. Esok paginya saat pagi menjelang saya menanyakan kepada Nasrul, “Untuk menjadi kuli bangunan nasrul perlu sekolah kah?” dengan anggukan kepala masih berpikir ia menjawab pertanyaan saya, sekali lagi saya pun tak jelas tau jawabannya. Dan kemudian saya menugaskan Nasrul untuk membatu saya menginformasikan lomba Layang-layang kepada teman-temannya, dan dengan senang ia membantu saya, ia mencatat nama-nama teman-temannya yang ikut lomba, dan dari saat itu saya menobatkan Nasrul sebagai Jawara Ibu Desi. Rasa cinta saya semakin menjadi jadi saat memasuki bulan keempat, saya dan anak-anak membuat surat sahabat, dan saya tersenyum kagum membaca surat Nasrul yang bertuliskan cita-citanya menjadi dokter. Subhanallah. Sederhana namun hal tersebutlah yang membuat saya semakin cinta akan masa-masa ini tanpa berani memaksa saya melakukan apa yang saya niatkan, dengan mengucap Basmalllah. Begitupula mereka tak pernah memaksa saya untuk mencintai mereka, begitu pula dengan saya yang tak pernah memaksakan diri untuk mencintai mereka, semuanya berjalan dengan sendirinya, biarlah cinta itu hadir dengan sendirinya, menikmati cinta adalah salah satu cara untuk mensyukuri banyak hal. Saya Mencintai Jawara-jawara cilik saya.
Waktu takkan pernah dapat berkompromi untuk tidak berputar meski sedetikpun, namun waktulah yang akan membawa kita pada suatu pertemuan juga perpisahan, dan hal tersebut adalah hal yang biasa. Pengajar Muda dimanapun kita berada ingatlah saat kali pertama kita bertemu, dan akan tiba saat kita berpisah untuk menjelang pertemuan dengan para jawara cilik (atau nama lain yang nyaman untuk kita sebutkan) di 17 penempatan PM, lantas kini 8 bulan penugasan kita telah berlalu, persiapkan dirimu untuk perpisahan dengan orang-orang yang menumbuhkan rasa cinta itu cepat atau lambat akan tiba waktunya, karena pertemuan Pengajar Muda akan menjelang kembali dan waktupun tetap berjalan menandakan perjuangan masih panjang. Saat yang singkat, pantaskah kita mencari kenyamanan? Sekalipun kenyamanan sangat menggoda, lawan segala kenyamanan, masuki zona lain dalam hidup, taklukkan rasa takut, karena pasti bisa adalah perjuangan. Selamat menikmati 4 purnama yang tersisa para Pengajar Muda, Selamat menebar cinta, dan relakan dirimu jatuh cinta, karna ketika jatuh bisa jadi ada yang patah, bisa jadi akan galau namun, itu adalah fase normal yang telah dirasakan banyak orang sebelum kita, hanya tinggal bagaimana kita mengambil hikmah dalam setiap hal yang terjadi. BERSYUKURLAH
Pagi Dini Hari
Ditengah dinginnya Kampung Cilaketean
Lebak-Banten
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda