Petiku Masa Kejayaan Baghdad dan Kenangan Route 66

Deden Achmad Chaerudin 8 November 2011

Desa Petiku terdiri dari 400 kepala keluarga. Desa yang masuk kedalam wilayah administrasi kecamatan Long Kali merupakan  satu dari beberapa desa yang menjadi pintu gerbang memasuki Kabupaten Paser. Terletak di Utara Kabupaten Paser Desa Petiku berbatasan dengan Desa Muara Telake, Desa Maruat, Desa Sebakung serta Kecamatan Babulu yang masuk dalam wilayah administrasi Penajam Paser Utara. Desa Petiku adalah desa hasil pemekaran yang sebelumnya tergabung ke dalam wilayah Desa Sebakung.

Desa Petiku terbagi menjadi tiga bagian yaitu, Petiku Atas, Petiku Dalam dan Petiku Luar. Petiku Atas langsung berbatasan dengan Kabupaten Panajam Paser Utara, yang menjadi penanda perbatasan keduanya adalah parit yang melintang yang membelah kedua desa serta dihubungkan oleh jembatan berwarna kuning, penduduk terbiasa menyebutnya dengan jembatan tinggi karena jembatan yang dibuat lebih tinggi dari jembatan lainnya untuk mengantisipasi air pasang yang sering menggenangi parit tersebut. Petiku Atas sebagian besar dihuni oleh para pendatang atau yang disebut transmigran asal pulau jawa. Bagian selanjutnya Petiku Dalam, Petiku Dalam berada diantara Petiku Atas dan Petiku Luar. Di Petiku Dalam terdapat perkampungan penduduk yang terletak diantara hutan dan sawah. Terakhir adalah Petiku Luar yang menjadi tempat kediaman saya yang berada di tepi Sungai Telaku serta hutan mengelilingi di sebelah barat, timur dan selatan. 

Daerah Petiku merupakan daerah tua yang sejak lama didiami oleh penduduk asli maupun pendatang. Sebagian besar penduduk disini berasal dari suku bugis, yang pada awalnya adalah suku pendatang yang berasal dari pulau sebelah timur dari pulau kalimantan. Seperti tertulis dalam sejarah bahwa suku bugis adalah pelaut tangguh yang biasa mengarungi lautan bahkan samudra untuk mencari Ikan atau untuk merantau mencari tempat baru untuk didiami. Informasi yang saya dapatkan dari sesepuh dan tokoh masyarakat di Desa ini, suku bugis berada disini sejak para penyebar agama islam mulai menjejakkan kaki untuk berdakwah di Pulau Kalimantan ini. Dan penduduk disini merupakan keturunan dari para penyebar agama islam yang berasal dari Sulawesi. Sebagian besar Suku Bugis disini adalah Suku Bugis Mandar, yaitu suku yang berasal dari salah satu daerah di Sulawesi yang bernama Mandar.

Dahulu Petiku merupakan daerah yang sangat ramai dan padat. Ketika jalur sungai dan laut menjadi penghubung utama antar satu tempat ke tempat lainnya dan jalur darat yang menghubungkan Tanah Grogot- Balikpapan masih tanah berbatuan serta semak belukar, kegiatan perekonomian bertumpu di sekitar sungai, Petiku mengalami masa keemasan. Hampir setiap beberapa jam kapal pengangkut kayu dan batu bara selalu melewati Petiku sebelum menuju Kota Balikpapan. Terdapat empat sekolah di Petiku ini, dua Sekolah Dasar Negeri, satu Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah (Sekolah tingkat pertama). Daerah Petiku telah menjadi pusat ilmu pengetahuan, para orang tua rela menyekolahkan anaknya di daerah ini dengah menempuh puluhan kilometer melalui jalur sungai maupun darat. Para da’i (Pendakwah) berlomba-lomba memberikan ilmu agama kepada setiap siswa-siswa serta membawa para siswa ke Sulawesi untuk meneruskan sekolah ke tingkat lanjut di Pondok-Pondok Pesantren yang ada di Sulawesi.  Orang-orang besar banyak dilahirkan dari pendidikan yang ada di Petiku ini, sebagai contoh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Paser, Kepala Majelis Ulama Kabupaten Pasir sampai dengan Kepala Departeman Agama yang beradadi Samarinda semua berasal dari Petiku. Tidak berhenti disana saja, pengusaha-pengusaha sukses banyak yang berasal dari Petiku ini.

Sekarang, Petiku telah ditinggalkan penduduknya. Tidak ada lagi para da’i yang membawa siswa-siswa untuk meneruskan pendidikan lanjutan di Sulawesi, tidak ada lagi kapal-kapal bermuatan kayu dan batubara yang melintasi sungai telake. Tersisa hanyalah bangunan sekolah dasar yang telah rapuh dimakan rayap, rumah-rumah penduduk yang telah ditinggalkan oleh penghuninya, serta tambak-tambak yang tidak dimanfaatkan kembali oleh sang pemiliknya. Tidak lagi terdengar suara Adzan setiap waktu sholat datang, masjid menjadi kosong hanya digunakan untuk sholat jum’at serta acara-acara besar agama islam lainnya.

Kemana orang-orang sukses Petiku?kemana para pencari ilmu?. Semua telah merantau dan meraih sukses di daerah rantauan, sesekali mereka pulang kampung untuk mengunjungi sanak saudara yang tersisa atau untuk mengenang memori kenangan manis bermain di sungai telake.

Petiku seperti Kota Baghdad di Irak, dahulu merupakan pusat perkembangan ilmu pengetahuan di masa kejayaan Islam. Petiku seperti Route 66 di Amerika, dahulu adalah jalur padat yang menghubungkan kota-kota besar di Amerika yang sekarang menjadi sepi karena orang-orang lebih memilih menggunakan jalur bebas hambatan yang bisa menempuh jarak lebih mudah dan cepat.

Baghdad dijuluki kota seribu satu malam karena kehebatan kebudayaan Baghdad di masa kejayaannya sampai diadaptasi menjadi film Aladdin.  Seorang komposer musik jazz Bobby Troupe menciptakan judul lagu Route 66 untuk mengingatkan kembali jalur yang pernah membawa perubahan bagi Amerika. Bagaimana dengan Petiku?Semoga Petiku dapat bangkit untuk meraih masa keemasannya kembali.

                                                  

                                                                                         Petiku, 8 November 2012


Cerita Lainnya

Lihat Semua