Musim Angin Selatan Telah Tiba
Deden Achmad Chaerudin 30 September 2012Cuaca terlihat lebih cerah dengan hembusan angin kencang yang menggoyangkan batang-batang pohon yang dilewatinya. Suara desir ombak dari pinggir pantai kadang terdengar dari tempatku berada. Matahari tepat berada diatas kepala ketika ku lihat perahu-perahu nelayan telah bersandar di dermaga muara dan di sekitar perkampungan nelayan. Beberapa nelayan terlihat sedang memperbaiki jaring ikan dengan menyambung ikatan-ikatan yang terputus . Di depan nelayan tersebut terdapat Ikan-ikan yang dijajarkan dengan barisan-barisan yang teratur di bawah terik matahari. Suasana terlihat sepi, tidak ada aktivitas mencolok yang dilakukan oleh nelayan-nelayan tersebut. Ini pertanda musim angin selatan telah tiba.
Angin selatan yang membawa musim kemarau telah tiba. Musim dimana angin selatan bertiup kencang yang membuat sebagian besar nelayan tidak melaut dan mengganti mata pencarian utama mereka untuk sementara waktu. Musim kemarau akan terjadi selama kurang lebih dua bulan lamanya bahkan bisa lebih panjang bila cuaca tak menentu.
Bagi nelayan datangnya musim angin selatan telah mengurangi pendapatan mereka bahkan juga tidak ada pendapatan sama sekali setiap harinya. Tidak ada nelayan yang berani melaut siang dan malam hari kecuali nelayan-nelayan besar yang memiliki perahu besar yang dapat menahan gelombang-gelombang yang tingginya bisa mencapai lima sampai sepuluh meter. Itupun tak cukup sebagai modal melaut di dalam musim seperti ini, nelayan-nelayan tersebut harus memiliki keberanian dan keterampilan untuk berlayar diatas tingginya ombak. Terkadang hasilnya pun tidak seanding dengan usaha yang dikeluarkan.
Dampak dari sedikit nelayan yang melaut adalah naiknya harga ikan dipasaran, sebagai contoh ikan kembung yang biasa dijual oleh para pengepul dengan harga Rp. 15.000/kg atau Rp 10.000/kg bila langsung membeli dari nelayan naik menjadi Rp. 25.000/kg sampai Rp.30.000/kg. Harga jual ini berlaku di pasar-pasar yang tidak jauh dari pesisir pantai. Bagaimana dengan di kota besar seperti Balikpapan, Samarinda atau sekitarnya, harga akan jauh lebih tinggi.
Kondisi di Desaku
Kondisi di pesisir tak jauh berbeda dengan di desaku. Desaku yang berjarak kurang lebih tujuh kilometer dari bibir pantai merasakan dampak langsung dari berkurangnya hasil tangkapan nelayan. Kebiasaan masyarakat disini mengharuskan makan minimal dengan ikan, tanpa ikan mereka tidak berselera makan. Karena harga ikan yang cukup tinggi, masyarakat tetap memakan ikan tetapi hanya ikan-ikan kering atau ikan-ikan yang diselimuti dengan garam dan dijemur sampai kering selama beberapa hari sebelum dikonsumsi.
Bagiku datangnya musim kemarau berarti tibanya musim tidak mandi. Air sungai akan terlihat bening dan terasa asin. Kondisi kalimantan yang sangat panas membuat air keringat selalu bercucuran ditambah lagi dengan datangnya musim angin selatan ini lengkap sudah aroma-aroma tak sedap hasil dari melabolisme keluar dari tubuhku. Untuk mengatasi kelangkaan air tawar biasanya aku memanfaatkan rumah guru-guru yang berjarak berkilo-kilo meter dari pinggir sungai hanya untuk sekedar mandi.
Musim kemarau tidak selalu berdampak buruk bagi masyarakat desa petiku. Musim kemarau mengakibatkan tanah-tanah mengering akibat nyorong-kondak (pasang-surut) air sungai tidak besar sehingga masyarakat yang sebagian besar mempunyai hobi bermain sepak bola dapat memuaskan hasrat terpendamnya.
Sepak bola memang tidak mengenal batasan. Masyarakat dari ujung kampung di bagian hulu sungai sampai ujung kampung dibagian hilir sungai, dengan usia tua, muda sampai dengan anak-anak tumplek menjadi satu untuk bermain bola. Walaupun lapangannya kecil dengan menjadikan batang kayu di kiri-kanannya sebagai tiang gawang dan tanpa ada batasan lapangan yang jelas serta sering kali aturan-aturan umum sepak bola dikesampingkan tidak menjadikan penghalang bagi mereka untuk bermain bola. Aturan yang tidak harus dipatuhi yaitu batasan bola itu keluar lapangan, apabila bola tersebut tercebur ke sungai atau melewati parit-parit kecil yang ukurannya tidak beraturan.
Musim kemarau membawa berkah tersendiri bagi para pemancing musiman dan pemancing amatir sepertiku ini. Air sungai yang terasa asin mengundang ikan-ikan laut seperti kakap merah untuk datang sekedar bersilaturahim dengan sungai di sekitar desaku. Kondisi seperti ini yang dimanfaatkan oleh pemancing amatir sepertiku untuk menggoda ikan-ikan laut yang tidak terlalu mengetahui kondisi sungai dengan memberikan umpan udang-udang sungai sebagai makanan spesial yang tidak mereka dapatkan di laut.
Pergantian musim sering dimaknai dengan menurunnya keuntungan bagi sebagian orang. Mereka lebih banyak mengeluh dan mengutuk daripada berpikir cara untuk mengatasinya. Bagi orang-orang yang mau berpikir, pergantian musim merupakan kesempatan untuk menjalani rutinitas yang berbeda dari biasanya. Orang-orang seperti ini dinamis dalam menjalani kehidupan dan selalu mempunyai cara kreatif dalam menghadapi perubahan.
Musim selalu berganti setiap tahunnya. Itu merupakan ketetapan yang tidak bisa diganggu gugat, sebagai mahkluk sempurna yang diberi kelebihan oleh Tuhan dari mahkluk lainnya manusia dituntut untuk berpikir dan megambil tindakan yang tepat untuk mengatasi perubahan musim. Yang diperlukan manusia adalah bersujud memohon petunjuk dan menikmati segala bentuk ketetapan-Nya.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda