info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Belajar Dari Nasi Dan Mie Instan

Deden Achmad Chaerudin 30 September 2012

“Teman-teman, kalian mengetahui beras berasal dari tanaman apa?”Aku bertanya di depan kelas V di sela-sela pelajaran matematika. “Tauuu Pak, berasal dari padi”,mereka menjawab serentak. Aku lanjutkan dengan pertanyaan selanjutnya, “Kalau mie instan berasal dari apa?” Mereka terdiam  dan saling berpandangan dengan yang lainnya seraya berbisik-bisik mendiskusikan jawaban.  Salah satu murid menyeletuk “ Mie instan berasal dari indomie Pak!”, serentak semuanya tertawa. “Indomie itu adalah merk dagang atau label dalam kemasan teman-teman, bukan asal mula mie instan”, aku mencoba menjawab dengan bahasa yang mudah dimengerti.

“Mie instan cara memasaknya bagaimana teman-teman?”

“Diseduh air panas pak, nanti jadi mie rebus atau digoreng juga bisa, bisa juga dimakan langsung di plastiknya tanpa diseduh dahulu.” Salah satu muridku Niswah menjawab secara spontan.

“Kok langsung dimakan!” tanyaku penasaran, “memang enak yah?”

“Enak Pak, gurih sekali kalau dimakan langsung.”

“Kenyangkah kalian setelah makan mie instan?”

Serempak mereka mengatakan mengatakan, “Tidak kenyang Pak!”

“Nah sekarang bapak mau nanya lagi, kalau beras dimasaknya bagaimana?”

Muridku Enung menjawab” beras dicuci lalu dimasukkan dalam dandang kemudian dimasak diatas kayu bakar pak.”

“Setelah matang beras tersebut jadi apa?” timpaku.

“Jadi menreh pak!”Jawab mereka sambil tertawa, “Masa apak tidak tau sih!”

Sekarang aku mencoba membandingkan antara nasi dengan mie rebus, “Coba apa perbedaan nasi dengan mie rebus?Siapa yang mau menjawab?”

“Rasanya bukan pak?” Ihsan menambahkan.

“Perbedaan dari rasa juga boleh Ihsan.” Aku menambahkan penjelasan pertanyaan yang masih membingungkan mereka, “Perbedaan yang lainnya bila kalian mengetahui juga boleh kalian jawab.”

“Kalau rasa mie rebus, lebih enak dari nasi pak,  lebih gurih lagi,”Ihsan menjawab langsung.

“Ada yang mempunyai jawaban beda dari Ihsan?”tanyaku kembali untuk membuat mereka berpikir lebih dalam lagi.

Rama mencoba menjawab “Mie bentuknya panjang seperti rambut keriting tapi kalau nasi bentuknya kecil-kecil pak seperti apa yah....hmmmm, seperti anu pak”.

“Seperti apa ayoo?”

“Seperti anu pak...seperti beras yang direbus pak!” jawab rama sembari tertawa kecil.

“Ada lagi yang mempunyai jawaban berbeda?”

Semua murid langsung diam tak menjawab hanya melihatku seolah-olah kagum melihat seorang pangeran yang sedang memberi pertanyaan tanpa ada kewajiban untuk menjawabnya. Aku berusaha memberi pertanyaan yang membuat murid-muridku menerka-nerka dalam hati apa jawaban yang tepat dan aku mau mengetahui sejauh mana mereka bisa memahami jawaban yang tak mereka dapatkan di buku-buku pelajaran.

“Kok diam!” Aku memecah kesunyian kelas, “Susahkah jawabannya?”

“Gini aja, lebih kenyang mana makan nasi atau makan mie rebus?” Aku memberi pertanyaan yang lebih mudah.

“Lebih kenyang makan nasi pak!” Jawab mereka.

Sambil tersenyum memandangi mereka yang bingung aku menyeletuk “Naaah itu bisa jawab, mudahkan?”

“Mudah Pak!” timpa mereka sambil tersenyum.

Aku memberi pertanyaan berbeda dari materi yang sedang ku sampaikan karena aku melihat beberapa murid yang tak fokus menerima materi, terlihat sibuk sendiri-sendiri. Pertanyaan ini membuat mereka fokus kepada keberadaanku.

“Coba tengok nasi yang kalian makan, apakah nasi tersebut langsung tercipta menjadi nasi?tentu tidak. Nasi melalui proses yang sangat panjang dari mulai penanaman bibit sampai dengan berubah untuk bisa dimakan dalam bentuk nasi, daya tahannya pun lama untuk menghilangkan rasa lapar. Coba bandingkan dengan mie instan yang melalui proses yang instan ketika kalian memakannya rasanya memang terasa gurih dan nikmat tetapi daya tahan untuk menghilangkan rasa lapar tidak akan bertahan lama. Gizi keduanya berbeda nasi kaya akan karbohidrat sedangkan mie intans sedikit karbohidrat.”Penjelasan panjangku membuat berpikir sambil mengangguk-angguk.

“Begitu juga menuntut ilmu, ilmu yang kalian dapatkan sekarang ini tidak bisa secara instan. Coba ingat-ingat kembali ketika kalian kecil apakah kalian dilahirkan tanpa belajar bisa langsung berjalan atau bahkan berlari. Tentunya kalian di mulai dari belajar merangkak, duduk, berdiri, berjalan lalu kalian bisa berlari. Dalam proses tersebut apakah yang selalu berhasil?pastinya tidak. Jatuh lalu bangkit lagi, jatuh lagi lalu bangkit kembali, itu melalui proses belajar yang panjang. Sekarang ini Kalian telah melawati kelas 1 sampai dengan kelas 4 dan sekarang kalian sedang berada di kelas 5. Untuk itu keberadaan kalian sekarang ini tidak bisa dikatakan instan tetapi melawati proses yang panjang seperti nasi yang kalian makan. Bila proses yang kalian lalui berjalan instan maka hasil yang didapat tidak akan bertahan lama, cepat dapat dan cepat pula menghilang. “Aku menambahkan kembali.

“Pelajaran matematika sulit tetapi bila terbiasa dikerjakan berulang-ulang maka akan terasa mudah, yang harus kalian lakukan sekarang ini adalah fokus dan pantang menyerah”Kataku dengan semangat tinggi.

Lalu aku bertanya kembali, “Apakah kalian ingin menjadi seperti mie instan yang harganya murah dan hanya memenuhi rasa lapar sementara atau kalian mau menjadi nasi yang harganya mahal serta dapat memenuhi rasa lapar untuk waktu yang lama?”

“Jadi nasi pak! Jadi nasi...!” Mereka menjawab serentak

“Benar kalian mau menjadi seperti nasi?”

“Benar Pak!”

“Baik sekarang kita kembali fokus kepada matematika” kataku tersenyum puas.


Cerita Lainnya

Lihat Semua