Kebakaran Memecah Kekhusu'an

Deden Achmad Chaerudin 12 Oktober 2012

Aku selalu ingat malam itu. Malam ketika masyarakat desa sedang bermunajat memohon do'a setelah  selesai menunaikan sholat isya di masjid sebelum melanjutkannya dengan sholat taraweh berjamaah. Kebakaran telah memecah kenikmatan dan kehusu’an ibadah.

Di desaku jarak satu rumah dengan rumah yang lain saling berjauhan. Tidak semua rumah dapat dijangkau melalui jalan setapak. Perahu (ketinting) menjadi kendaraan yang selalu digunakan untuk menjangkaunya. Bila terjadi musibah di salah satu rumah komunikasi mulut ke mulut menjadi salah satu cara untuk menyebarkan informasi.

Malam itu Pak Habbe menjadi Imam sholat malam itu. Ketika salah satu muridku Muddin ingin turun ke sungai untuk mengambil wudhu, ia melihat kemerahan diantara kegelapan malam. Ia menerka-nerka apa yang terjadi di hilir kampung. Setelah ia yakin bahwa itu bukan kemerahan langit melainkan kemerahan yang terbentuk dari hasil pembakaran langsung ia lari ke dalam masjid memberitahu masyarakat yang lainnya bahwa sedang terjadi kebakaran di hilir kampung. Saat itu Imam sedang membimbing berdo'a setelah menunaikan sholat Isya. Sontak semua panik berhamburan keluar masjid. Mereka menerka-nerka kembali rumah siapa yang terbakar karena jarak terjadinya kebakarn lumayan jauh sehingga masyarakat tidak tahu secara pasti rumah siapa yang sedang terbakar. Sebagian masyarakat yang lain langsung bergegas menuju tempat terjadinya kebakaran terlihat ada yang berlari menembus gelapnya hutan serta ada yang tergesa-gesa menyalakan mesin perahu lalu melaju sekencang mungkin menuju tempat lokasi kebakaran.

Saat itu adalah musim angin selatan musim dimana angin bertiup sangat kencang sehingga bila terjadi kebakaran maka api dengan sangat cepat menyambar dengan mudah. Tangisan para wanita dan anak-anak pecah ketika satu perahu datang dengan cepat menuju masjid dan memberitahu bahwa rumah yang terbakar adalah rumah Pak Habbe yang bertindak sebagai imam malam itu. Ketika lokasi kebakaran diketahui maka sebagian masyarakat tersisa langsung bergegas menuju kesana. Yang tersisa di masjid hanya Ibu-Ibu dan anak-anak serta beberapa pengurus masjid.

Aku bergegas menumpang salah satu perahu warga menuju lokasi tersebut seraya memohon agar tidak terjadi hal yang lebih buruk lagi. Selama di perjalanan aku bergetar melihat cahaya merah yang semakin terlihat membesar.

Kebakaran ini terjadi menjelang beberapa hari lagi umat islam akan merayakan hari raya idul fitri. Idul fitri kali ini adalah yang pertama aku alami di desa penempatan.

Mesin perahu telah dimatikan, perahu melaju dengan sendiri dari sisa gaya dorong mesin perahu menuju lokasi kebakaran lalu orang yang paling depan menahan laju dengan dayungnya sehingga tepat berhenti diantara perahu-perahu lain yang lebih dulu tiba. Aku dan beberapa orang di perahu langsung loncat menapak lumpur di pinggir sungai.

Lokasi Kebakaran

Ketika kebakaran terjadi semua orang panik. Semua dilakukan secara spontan tanpa berpikir panjang. Memadamkan api di kegelapan malam tanpa penerangan hanya penerangan bulan menjadi kesulitan tersendiri ditambah lagi tak adanya koordinasi antara orang yang satu dengan yang lainnya semua ingin berusaha memadamkan api masing-masing.

Aku berusaha membuat koordinasi antar orang, koordinasi ini memudahkan memadamkan api yang berjarak kurang lebih seratus meter dari pinggir sungai. Tanpa butuh waktu lama koordinasi pun terjalin, ember berisikan air berpindah dari satu orang ke orang lainnya dan orang terakhir yang berjarak dekat dengan sumber api langsung menyiramkan ember yang berisikan air ke sumber api.

Api juga terlihat di atas atap. Di atap rumah bagian depan sudah terdapat beberapa orang yang berusaha menarik-narik atap yang terbuat dari daun nipah yang mudah terbakar agar tidak terbakar api. Namun ada penyangga atap yang sulit untuk dijangkau siraman air dengan tenaga manusia karena berlawanan dengan gravitasi bumi. Tulang-tulang kayu yang menjadi penyangga atap sedikit demi sedikit dimakan api. Ini yang menyebabkan atap rumah bisa rubuh serta mengakibatkan tertimpanya orang-orang yang di bawah. Setelah penyedot air tiba di lokasi, penyangga atap yang sulit dijangkau dapat dengan mudah dipadamkan. Semua orang bahu membahu untuk memadamkan api dan menyelamatkan harta benda yg berharga didalam rumah.

Butuh waktu kurang dari 15 menit untuk memadamkan api. Hal yang tersulit lainnya adalah mencari surat-surat berharga yang tercecer ketika diamankan. Yang paling penting surat-surat untuk keberangkatan haji bagi Pak Habbe dan Istrinya.

Pak Habbe

Aku memandang Pak Habbe orang yang sangat sabar dan tegar. Musibah silih berganti menimpa beliau dan keluarganya. Belum sampai genap setahun anak perempuannya yang sedang menempuh pendidikan menengah atas tenggelam di sungai telake sehabis pulang dari sekolah. Arus air sungai yang cukup deras mampu membalikkan perahu dayung yang mengangkut tiga orang perempuan salah satunya adalah anaknya pak Habbe. Dua orang selamat dari peristiwa tersebut karena mampu berenang hingga ke pinggir sungai, namun malang karena tidak bisa berenang akhirnya satu perempuan tidak mampu menyelamatkan diri hingga terbawa arus sungai. Setelah empat hari mayat perempuan tersebut baru bisa ditemukan setelah menurunkan tim SAR yang didatangkan dari Ibukota kabupaten.

Belum juga genap satu bulan,  Pak Habbe mendapat musibah kembali. Salah satu anak lelakinya mengalami kecelakaan akibat tersengat listrik ketika mengelas besi yang dekat dengan sumber air. Tanpa disengaja kabel yang mengaliri arus listrik yang kondisinya tidak aman menyentuh sumber air dan ketika itu anak lelaki Pak Habbe sedang mengelas besi dengan posisi tubuhnya yang berada di air. Tanpa membutuhkan waktu lama arus listrik itupun langsung menyambar anak lelaki Pak Habbe. Musibah tersebut juga berakhir dengan kematian anak lelakinya.

Musibah kali ini juga menimpa kembali Pak Habbe padahal dua bulan ke depan beliau akan menunaikan ibadah haji ke tanah suci mekkah. Surat-surat penting untuk keberangkatan haji yang tercecer ketika terjadinya kebakaran akhirnya ditemukan dan dalam kondisi lengkap. Cobaan ini tidak membuat beliau larut dalam kesedihan tetapi membuat beliau kuat dan mantap untuk menunaikan Ibadah Haji. Tepat hari ini beliau terbang menuju Kota Mekkah Almukarromah. Selamat jalan Pak Habbe. Semoga rahmat dan keselamatan selalu mengiringi perjalanan spiritualnya serta kembali ke Indonesia menjadi haji yang mabrur.


Cerita Lainnya

Lihat Semua