Kantor Desaku Disegel Warga
Deden Achmad Chaerudin 17 Juni 2012Aku berjalan di tepi sepanjang sungai-sungai kecil yang berhubungan Petiku Luar dengan Petiku Dalam. Dari kejauhan aku melihat para warga berjalan dalam rombongan kecil menuju kantor desa, jauh ke depan lagi aku melihat keramaian warga yang berkumpul di depan kantor desa petiku. Mungkin ada rapat desa dalam hatiku berbisik. Agenda hari ini aku memang mau keluar desa untuk mengeprint rekapitulasi nilai murid-murid.
Setiap kali keluar desa aku selalu melewati kantor desa petiku. Biasanya kantor desa tidak seramai ini, adem anyem saja meskipun sedang dalam jam kerja. Namun, keramaian tersebut tampak nyata hari ini, hari minggu. Terdapat satu mobil feroza yang terparkir di depan kantor desa. Di depan kantor tersebut terlihat kepala desa dan warga sedang berbicara serius dengan polisi berpakaian dinas lengkap. Polisi yang berpangkat aiptu berusaha meyakinkan kepala desa dan warga agar tetap tenang. Aku semakin penasaran lagi, sebetulnya ada apa ini?
Ketika aku melihat di belakang kerumunan warga terlihat kantor desa yang telah di segel oleh warga. Tertulis dalam segel tersebut " Kantor desa ini disegel sampai pemerintah menetapkan PJS Desa yang baru, tertanda tangan Warga Desa Petiku". Aku langsung teringat jauh ke belakang terkait permasalahan di desa ini yang semakin meruncing.
Saatnya mengorek-ngorek informasi yang lebih lengkap lagi dari seluruh warga yang ada. Aku seolah-olah belajar menjadi seorang detektif kampung, belaga tidak mengetahui seluk beluk permasalahan ini ku tanyai satu per satu warga desa yang sedang berkerumun.
“Memang ada apa Pak?” tanyaku kepada salah satu warga.
" Ini Pak, kantor desa di segel warga.” jawab warga.
“Kenapa disegel Pak?”tanyaku penasaran
“Tidak tau nih pak, saya juga baru datang."
Aku berpindah tempat mendekati kepala dusun petiku luar yang sedang berbincang dengan warga lainnya.
" Kenapa di segel Pak Dusun?" tanyaku.
“Iya Pak Deden, Kantor Desa disegel, warga nuntut kepala desa mundur.” Kepala Dusun tampak bingung juga “Bagaimana nanti kalo ada warga yang mau ngurus sana-sini di kantor kalo di segel gini Pak Deden!”
“Ooo gitu Pak, repot juga yah!” sahutku bersimpati.
Tak lama setelah puas bertanya ke sana sini aku pamit meninggalkan kantor desa.
Sebetulnya, permasalahan desaku telah berkembang sejak beberapa bulan yang lalu. Diawali oleh ketidakpuasan warga terhadap kinerja kepala desa sekarang ini. Kepala desa sering berada di Tanah Grogot, Ibu Kota Kabupaten Paser dengan alasan yang tidak jelas bahkan sampai dengan sebulan lamanya meninggalkan desa. Urusan administrasi desa menjadi terbengkalai, sekretaris desa menjadi penanda tangan mewakili kepala desa bila ada warga yang membutuhkan tanda tangan kepala desa untuk mengurus KTP dan sebagainya dengan cepat. Selain itu warga sering sekali mengundang kepala desa untuk hadir di kegiatan-kegiatan keagamaan yang mereka selenggarakan tetapi ketidakhadiran kepala desa dengan alasan berada di Tanah Grogot membuat warga selalu bertanya-tanya. Salah satu warga mengatakan kepadaku bahwa Pak Kades itu kepala desa Tanah Grogot bukan Petiku.
Puncak ketidakpuasan warga ketika laporan akhir tahun Desa Petiku yang di sampaikan kepada Bupati tidak sesuai dengan fakta yang ada di lapangan. Banyak terjadi keganjilan-keganjilan dalam laporan tersebut. Salah satunya adalah pengadaan bibit tanaman untuk warga yang dalam laporan tersebut telah terlaksana dan dibuktikan dengan foto tanaman hasil dari pengadaan tersebut tidak sesuai dengan kenyataan. Laporan tersebut mengambil sampel ladang warga yang telah ditanami dengan usaha warga sendiri tanpa dengan pengadaan bibit yang tertulis dalam laporan.
Sebagai pengajar muda di dalam kondisi seperti ini harus pintar-pintar menempatkan diri, tidak asal langkah mendukung salah satu pihak yang bisa menyudutkan pengajar muda sendiri di desa penempatan. Maka yang harus dilakukan adalah membuat musyawarah desa untuk mendapatkan solusi dari semua permasalahan ini.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda