Janji Anak Kepada Orang Tua

Deden Achmad Chaerudin 27 Maret 2012

Cerita ini terjadi tiga minggu yang lalu. Sore itu setelah selesai koordinasi dengan Kecamatan Long Kali terkait penyelenggaraan MTQ tingkat Kabupaten Paser aku hendak pulang ke desa dengan mengendarai motor yang ku pinjam dari guru. Ketika aku mengendarai melewati hamparan padi yang sedang menghijau, terkadang ban motorku tersandung oleh batu krikil yang tanpa sengaja berada di tengah jalan. Sesampainya di jembatan yang menjadi pembatas dua desa antara Desa Petiku dengan Desa Sebakung seseorang memberhentikan motorku. “Pak Deden di tunggu Pak Tata di sana”, orang tersebut mengatakan kepadaku sambil terburu-buru melewati arah yang berlawanan denganku. Tanpa sempat bertanya maksud dan tujuan agar aku menemui seseorang bernama Pak Tata, orang tersebut langsung terburu-buru meninggalkanku.   

Terlintas beberapa pertanyaan di benakku. Ada apakah yah? Siapakah Pak Tata? Apa maksud tujuannya untuk bertemuku? Pertanyaan itu selalu terlintas dipikiran sambil aku tetap melanjutkan perjalanan menuju Desa Petiku. Setelah menemui perkampungan penduduk yang berada di Petiku Dalam seseorang berteriak “Pak Deden!”Sambil bertepuk tangan agar aku mendengar teriakannya,  “Kesini Pak!”. Berhentilah aku dipinggir jalan tepat ditengah perkampungan tersebut. “Ada apa Pak?”Tanyaku. “Mau tanya-tanya Pak” Jawabnya. Tanpa berpanjang lebar aku langsung jawab,  ”Oo gitu, boleh-boleh pak!”.  

Aku diajaknya mengunjungi rumah yang tepat ada di depanku. Disana sudah ada beberapa ibu yang sedang mengasuh anaknya sambil bercengkrama satu sama lain. Aku duduk diteras rumah beralaskan kayu yang sangat sederhana itu.  

Ternyata setelah bercerita panjang lebar, aku baru mengetahui bahwa dari tadi yang berbicara dengan ku adalah Pak Tata yang mengungkapkan keinginan mewujudkan mimpi anaknya untuk merasakan kuliah di perguruan tinggi negeri.  

Pak Tata adalah transmigran yang sejak tahun 1990 telah tinggal di Kabupaten Paser ini. Transmigrasi tersebut merupakan program pemerintah yang sejak Zaman presiden Soeharto berkuasa digalakkan untuk meratakan pembangunan dan pemerataan penyebaran penduduk di seluruh wilayah Indonesia. Pada Zaman itu yang menjadi tempat sasaran transmigrasi adalah pulau Sumatra dan Pulau kalimantan.

Pada awal tahun 1990-an pak Tata mengikuti program pemerintah untuk ikut transmigrasi ke pulau kalimantan ini. Dengan berbekal pengalaman seadanya Pak Tata memberanikan diri untuk memulai hidup dari awal kembali. Tanpa apa-apa hanya diberikan tempat tinggal dan sawah oleh pemerintah Pak Tata berusaha memenuhi kebutuhan hidup sehari- hari.  

Pak Tata beristerikan Ibu Neneng yang sama-sama berasal dari daerah yang sama yaitu bumi parahyangan (sebutan untuk tanah Sunda). Keduanya bercerita tentang keinginan kuat anaknya untuk melanjutkan ke tingkat perguruan tinggi namun karena keterbatasan kemampuan dari keduanya mimpi itu sulit terwujud. Anaknya yang biasa dipanggil  ayi sekarang ini sedang menempuh pendidikan kelas 3 di salah satu SMA unggulan di Kota Balikpapan. Keduanya menceritakan bahwa anaknya tidak mau disekolahkan di kabupaten paser ini. Karena dia meyakini bahwa sekolah di kota besar akan lebih bersaing dan mempunyai iklim kompetisi seperti pendidikan di kota-kota besar lainnya di Indonesia. Benakku mengatakan bahwa anak ini mempunyai pemikiran yang selangkah lebih maju diantara murid-murid seumuran yang pernah ku temui di Desa tempatku tinggal ini.  

Anak tersebut mengatakan. “Mak, bila emak menyekolahkanku, maka aku berjanji akan mengembalikan uang yang digunakan untuk membiayai sekolahku di kemudian hari, Aku yakin semua  itu akan terwujud bila aku Kuliah”. Dadaku langsung berdetak kencang, mataku berkaca-kaca mendengar kata-kata tersebut. Kata-kata dengan keinginan  kuat dan kesungguhan hati untuk meyakinkan orang tuanya bahwa dengan kemampuan ekonomi keluarga yang sangat pas-pasan bahkan jauh dari berkecukupan. Dia berkeyakinan dengan sekolah dapat mewujudkan mimpi menjadi kenyataan, dan dia optimis dapat meningkatkan kondisi ekonomi keluarga menjadi lebih baik.   

Ayi berminat mengambil jurusan farmasi di perguruan tinggi  karena dia sangat menyukai pelajaran kimia serta menyukai kehidupan jauh dari orang tua atau merantau, karena akan mengajarkan seseorang menjadi mandiri dan bertanggung jawab. Selain itu Ayi adalah murid yang berprestasi serta konsisten meraih peringkat tiga besar selama  tiga tahun sekolah di SMA tersebut. Sampai-sampai teman-temannya tidak menyangka bahwa seorang transmigran, anak  dari seorang petani bisa meraih prestasi yang selama ini hanya dapat diraih oleh murid-murid yang mempunyai latar belakang kemampuan ekonomi berkecukupan di sekolahnya.  

Aku berusaha meyakinkan orang tua noni agar tidak terlalu mengkhawatirkan masalah dana bila noni dapat masuk di perguruan tinggi negeri karena setelah diterima menjadi mahasiswa terdapat berbagai macam beasiswa dari perguruan tinggi negeri tersebut atau dari yayasan-yayasan yang konsen terhadap pendidikan. Aku berdoa semoga Ayi dapat melangkahkan ke tahap selanjutnya untuk mewujudkan mimpinya.  Aku berusaha semaksimal mungkin memberikan pendampingan serta memotivasinya agar semua berjalan sesuai dengan harapan. Semoga harapan itu terwujud.


Cerita Lainnya

Lihat Semua