info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Berbagi Kebahagiaan

Deden Achmad Chaerudin 11 Oktober 2012

Dengan tergesa-gesa aku melangkah masuk ke dalam rumah.

"Assalamu'alaikum Bu, tadi aku kehujanan terus mampir dulu di rumah vivin bersama dika jadilah aku kemaleman".

"Pak tadi niswah dan ibunya nitip ikan bandeng buat bapak", timpa Ibu sebelum menjawab salamku " Wa'alaikum salam nak!"

Murid-muridku seringkali memberiku ikan, udang ataupun hasil tambak lainnya. Setelah orangtuanya memanen hasil tambak biasanya mereka selalu memisahkan bagian untukku. Sebagian muridku memang memiliki tambak bandeng atau udang tetapi walaupun begitu tingkat perekonomian mereka masih jauh cukup. Harga bandeng dan udang yang tidak stabil, selalu dipermainkan sesuai dengan keinginan pemborong membuat mereka tidak dapat berbuat banyak, hanya menikmati sedikit hasil dari tingginya harga bandeng di pasaran.

Aku selalu bersyukur walaupun murid-muridku mempunyai keterbatasan ekonomi tetapi mereka selalu ingin berbagi kebahagiaan.

Aku teringat teringat film yang menceritakan seorang pemuda yang tidak merasa bahagia di dalam keluarganya. Pemuda tersebut meninggalkan keluarga dengan segala bentuk materi yang dimilikinya untuk mendapatkan kebahagiaan serta ketenangan hidup. Mulailah perjalanan mencari kebahagiaan. Pemuda itu memasuki hutan lebat dengan hanya membawa bekal secukupnya. Selama perjalanan menuju hutan, pemuda itu berinteraksi dengan orang-orang yang ditemui dan sambil berbagi kebahagiaan dengan mereka. Di akhir film tersebut pemuda itu meninggal dalam keadaan kelaparan setelah salah memakan umbi-umbian yang ternyata mengandung racun yang dengan cepat menyebar ke dalam peredaran darah dan  membuat sesak napas serta dalam hitungan beberapa jam berakhir kepada kematian bila tidak di tangani dengan cepat.

Aku tidak berbicara kematian tetapi dalam film tersebut tersirat bahwa bahagia itu sederhana. Ada sebaris kalimat yang aku kagumi dalam film tersebut yaitu "The Happiness is real when shared"

Itulah gambaran yang ditunjukkan oleh murid-muridku. Dalam keterbatasan ekonomi mereka tetap ingin berbagi dengan gurunya. Bukan banyak atau sedikitnya pemberian tetapi kebahagiaan untuk membagi. Harapannya hanyalah senyuman dan ucapan terima kasih dari diriku.


Cerita Lainnya

Lihat Semua