info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Pak Guru dan Nasi Goreng

De Rizky Kurniawan 18 Maret 2017

Keluarga saya di Ampimoi sempat bertanya – tanya mengenai makanan yang saya biasa makan di kampung halaman saya, saya pun berinisiasi untuk membuatkan mereka beberapa jenis makanan yang biasa saya makan di tanah Pasundan. Kebanyakan dari makanan yang saya masak, rasanya tidak karuan, sehingga mereka pun merasa keheranan apakah makanan – makanan adalah makanan yang biasa saya makan di Jawa. Tapi ada satu makanan yang membuat mereka ketagihan, yaitu nasi goreng. Entah keajaiban darimana, dengan segala keterbatasan bahan makanan, saya bisa membuat nasi goreng yang yaaa lumayan lah. Bahan – bahan yang saya pakai adalah: cabai rawit, garam, vetsin, dan bumbu nasi goreng instan (oh ini rahasia kenikmatannya), tanpa toping apapun. Saat tidak ada lauk untuk di makan, Pak Guru siap hadir di dapur untuk membuat nasi goreng, nasi goreng sudah menjadi makanan pokok keluarga saya di Ampimoi di luar keladi dan papeda.

Nasi goreng buatan Pak Guru disampaikan mulut ke mulut oleh adik piara saya kepada teman – temannya di sekolah, oleh Bapak piara saya kepada teman – teman aparat kampung, oleh Mamah Piara saya kepada ibu – ibu di pasar dan di kebun. Setiap hari ada yang sengaja datang di saat jam makan, bahkan ada beberapa yang tidak segan bertanya mengenai nasi goreng terutama anak – anak murid saya. Anak – anak hanyak datang ketika saya yang menjadi koki di dapur tapi ketika Mama Piara saya yang menguasai dapur, batang hidung anak – anak tidak terlihat sama sekali, dan itu masih menjadi misteri bagaimana anak - anak mengetahui bahwa yang sedang di dapur adalah saya. Ketika saya bertanya mengenai alasan kedatangan anak – anak, mereka selalu menjawab dengan terlihat grogi “ah tara ada Pak Guru, tong hanya ingin main – main saja toh”, menggemaskan.

Warga kampung termasuk murid – murid saya sudah mengetahui bahwa kurang dari seratus hari lagi saya akan pulang ke kampung halaman, mungkin karena hal itu yang membuat beberapa waktu terakhir terasa lebih melankolis di kampung. Darwin Paiki salah satu murid saya sempat berbicara pada saya “Pak guru nanti balik lagi sudah, supaya tong bisa makan – makan nasi goreng lagi toh”. Mamah Piara saya pun sempat bercerita  saat saya pulang dari Serui “Ekel sempat menangis saat makan nasi goreng Pak Guru, ingat Pak guru sebentar lagu ke jawa toh”, skill masak pas-pasan ternyata membawa kesan tersendiri bagi warga, tidak hanya bagi lidah mereka tetapi juga perasaan, bahagianya.


Cerita Lainnya

Lihat Semua