info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Katanya Mau Jadi Guru

De Rizky Kurniawan 15 Oktober 2016

Saya adalah termasuk orang yang setuju dengan konsep dualisme dalam segala sesuatu yang ada di alam semesta. Seperti halnya yang terjadi di dalam kelas yang saya ajarkan, terdapat seorang murid yang seakan – akan bertindak sebagai Yin to my every-Yang, dia adalah anti-tesis dari setiap tesis saya. Triven Amamehi atau biasa dipanggil Ipen (gadis manis memakai jepit rambut berwarna hijau di kiri bawah), siswi kelas V SDN Ampimoi, sering dia menolak untuk melakukan tepuk-tepuk, dan ketika saya bertanya kenapa dia enggan melakukan tepuk-tepuk, dia menjawab “sa tara mau Pak Guru, itu udik”. Pernah saya mencoba untuk menginstrksikan anak-anak untuk mengerjakan tugas sesuai dengan yang Triven mau, tetapi di tengah-tengah perngerjaan tugas tersebut, tebak siapa yang mengeluh karena kelelahan? Yap,Triven orangnya.

Saya sendiri tidak mau menjadi guru yang memaksa muridnya untuk melakukan yang mereka tidak mau, karena pada dasarnya meskipun dengan paksaan murid melaksanakan tugas yang dari gurunya, tetapi hal tersebut tidak akan membuat murid yang bersangkutan menghargai dirinya sendiri, murid tersebut menyelesaikan tugas hanya untuk menghindari hukuman. Layaknya melakukan pendekatan dengan lawan jenis, mungkin yang perlu saya lakukan adalah mengenal lebih jauh pribadi Triven dan mencari celah agar bisa membuat apa yang awalnya ‘tidak suka’ menjadi ‘suka’.

Salah satu cara melakukan pendekatan terhadap anak-anak termasuk Triven adalah dengan mengetahui cita-cita mereka, dengan begitu kita bisa tau sedikitnya apayang mereka sukai dan bagaimana mereka ingin melihat diri mereka sendiri di masa depan. Terinspirasi dari Pengajar Muda lain yang mengajak murid-muridnya menuangkan cita-cita mereka ke dalam berbagai media kreatif seperti contohnya pohon cita-cita. Pada saat matapelajaran SBK (Seni Budaya dan Keterampilan), saya mengajak anak-anak untuk membuat gambar telapak tangan, untuk selanjutnya dituangkan cita-cita mereka di atas gambar tersebut. Cita-cita mereka bermacam-macam, dari mulai Trisno yang ingin menjadi pilot hingga Yuliance yang ingin menjadi suster, bagaimana dengan Triven? Dia sendiri ternyata ingin menjadi seorang guru, ketika saya tanya “kenapa Triven ingin menjadi guru?” jawabannya mirip dengan anak lainnya ketika ditanya alasan kenapa mereka memiliki cita-cita itu “sa ingin saja Pak Guru”.

Pelajaran SBK selesai, lalu masuk ke mata pelajaran selanjutnya yaitu Bahasa Inggris. Agar kelas Bahasa Inggris dapat dimulai dengan lebih semangat, seperti biasa saya mengawalinya dengan mengajak anak-anak menyanyi lagu-lagu sederhana terkait materi yang akan disampaikan, seperti biasa hanya Triven yang menolak untuk bernyanyi dengan alasan ‘udik’.  Sayapun menghampiri Triven dan berkata “Triven, katanya mau jadi guru? Kalo pas Triven jadi guru terus anak-anaknya nolak kaya gini gimana coba?” Sambil tersenyum, Triven menjawab “Oh iya Pak guru hehehe” akhirnya Triven pun ikut serta bernyanyi. Dari situ saya belajar bahwa cita-cita bukan hanya sesuatu yang ingin kita lihat dari diri kita di masa depan, lebih jauh dari itu, cita-cita merupakan sesuatu yang dapat membantu kita memilih nilai-nilai mana yang mau kita anut masa sekarang.


Cerita Lainnya

Lihat Semua