Cowboys of the Waves, Semester 1

De Rizky Kurniawan 9 Desember 2016
“Jangan anggap remeh si mausia, yang kelihatannya begitu sederhana; biar penglihatanmu setajam elang, pikiranmu setajam pisau cukur, perabaanmu lebih peka dari para dewa, pendengaran dapat menangkap musik dan ratap tangis kehidupan; pengetahuanmu tentang manusia takkan bakal bisa kemput” Pramoedya Ananta Toer, Bumi Manusia

Meski sudah memasuki purnama ketujuh, namun saya masih merasa bahwa pemahaman saya tentang anak – anak di SDN Ampimoi masih teramat dangkal. Terlalu banyak kejutan kecil dengan makna yang teramat besar, kejutan-kejutan kecil yang membuat saya semakin yakin bahwa kehadiran saya di sini sebagai guru bukun untuk menginspirasi melainkan untuk terinspirasi, tidak bermaksud berlebihan tapi memang begitu adanya. Setiap anak memiliki format kejutan yang berbeda, apa yang dilakukan oleh satu anak tidak bisa diharapkan dari anak lainnya, karena mungkin memang begitu lah hakikat manuia, berbeda.  Hidup selama 24 tahun dengan bekal materi kepemimpinan dan pedagogis belum cukup untuk memahami mereka seutuhnya.

Sudah 6 bulan lebih saya menjadi wali kelas V dan VI SDN Ampimoi, layaknya kejutan dari pengantin baru, banyak hal yang dilakukan oleh murid – murid manis dan tidak bisa ditebak. Berikut sebagian cerita – cerita tentang murid saya:

Kelas V

 

Yehezkiel Danfried Sarareni  (Jeskel)

Jeskel adalah adik angkat saya di Ampimoi, sudah lebih dari 6 bulan saya hidup bersama Jeskel dan keluarganya. Jeskel adalah salah satu anak murid saya yang paling peka, tanpa diminta dia sudah dengan sigap membantu, dari mulai mengangkat barang, mengunci pintu kelas, berjalan didepan saya untuk menunjukan jalan yang aman untuk dilewati agar terhindar dari kotoran anjing, ketika saya mandi dia selalu bertanya “Pak Guru, air su cukup kah?”. Setiap kali saya merespon “Jeskel, tara papa, sa bisa sendiri”, sambil menggaruk kepalanya (mungkin salah tingkah) jeskel selalu membalas “ah tara apa apa Pak Guru”. Bahkan ketika murid lain terlalu asik sendiri untuk mengerjakan tugas, Jeskel orang pertama yang menegur mereka “heh, ko tara bisa dengar Pak guru kah?”.

Vales Yules Manobi (Vales)

 Melihat vales sekarang seperti milihat diri saya sendiri belasan tahun yang lalu, jahil. Kehadirannya membuat kelas semakin semarak, adegan kejar-kejarannya dengan Dessy Paiki adalah pemandangan yang saya saksikan setiap hari, tiap kali saya tegur dia menjawab “iya Pak Guru sa mengerti, tapi seru.” maaf tetapi diri saya yang lain sepakat dengan vales, bahwa iseng itu seru. Pernah Vales memberikan saya buku besar, yang biasanya dipakai untk mencatat arisan ibu-ibu suburban, dan ketika saya bertanya “untuk apa ko beri sa buku ini?” lalu dia menjawab “untuk Pak Guru gambar-gambar saja, gambar ninja kah atau slimun”.Setelah saya selesai memenuhi buku vales dengan hasil karya tangan saya yang apa adanya, vales datang dan membawa gurita untuk saya.

Desiani Paiki (Desi)

Desi adalah salah satu anak yang paling mudah dalam menerima informasi baru, baik informasi yang saya berikan di kelas ataupun informasi yang dia dapat dari televisi ketiaka dia mendapat kesempatan untuk menontonnya di Serui. Saking mudahnya menerima informasi, Desi selalu mempraktekkan kembali apa yang telah dia serap, salah satu contohnya adalah bagaimana ia menggunakan ‘gue’ sebagai kanta ganti orang orang pertama, dan ‘lo’ sebagai kata ganti orang kedua, namun masih tetap logat khas Ampimoi, cuteness overload. Desijuga adalah salah satu anak yang tidak pernah absen dari kegiatan LSD (Les Sama Derizky).

Dennis Ruamba (Deni)

Deni adalah salah satu anak yang paling antusias mendengar cerita apapun mengenai hal-hal di luar Papua, terutama tentang Bandung, tentang orang-orang yang ada di dalamnya atau tentang kota Bandung itu sendiri, tiap kali saya menunjukan foto kota Bandung, Deni selalu siap dengan berbagai pertanyaan tentang foto tersebut, Deni sendiri memiliki ekspresi bingung yang khas ketika dia tidak puas dengan suatu jawaban, saya salut dengan rasa penasarannya. Deni juga memiliki working standard yang cukup tinggi, ketika tugas belum selesai dikerjakan atau belum sesuai dengan yang ia harapkan, dia memilih untuk istirahat atau bahkan tidak pulang ke rumah, Deni juga adalah salah satu murid yang selalu meminta PR ketika kegiatan belajar mengajar selesai dilakukan.

Trisno Apiawi (Trisno)

Hal yang saya lakukan di awal perkenalan Trisno dengan saya adalah menanyakan arti namanya, karena sangat tidak biasa terdapat nama yang kental dengan nuansa jawa di Teluk Ampimoi, ia menjawab “Pas mama Hamil, dorang di Serui rajin nongtong sinetrong yang pemainnya pu nama Trisno Pak Guru”. Trisno adalah anak yang paling sering mempertanyakan apa yang saya katakan dan lakukan (not in a bad way), bahkan sering saya sendiri bingung menjawab pertanyaan-pertanyaan dari Trisno. Dulu saya memilihat anak yang selalu angkat tangan dan bertanya di kelas sebagai sesuatu yang menyebalkan, tapi sekarang saya melihatnya sebagai sesuatu yang manis.

Triven I. Amamehi (Triven)

Triven adalah lawan bicara Desi dalam berkomunikasi menggunakan ‘gue’ sebagai kata ganti orang pertama dan ‘lo’ sebagai kata ganti orang kedua, selain itu dia juga selalu menyebut sesuatu yang tidak sesuai dengan selerasanya sebagai hal yang udik, sempat saya berpikir mungkin dia adalah renkarnasi pemudi fungky Jakarta tahun 70’an. Ketika sedang menjalani UAS beberapa waktu yang lalu, kelas terasa sangat tenang dan hening, sampai Triven berteriak sekencang mungkin “WOOOOOOOOOOY!” sontak saya bertanya “ko kenapa triven” lalu dia menjawab “tara Pak Guru, kelas terlalu sunyi”. Tak jarang juga Triven melakukan sesuatu yang sangat manis kepada saya, contohnya beberapa waktu lalu ketika pulang sekolah, Triven tiba-tiba berlari kea rah saya sambil memberikan beberapa buah belimbing dan berkata “tadi ada belimbing babuah di depan Pak Guru, ini untuk Pak guru.”.

Darwin Paiki (Erwin)

Erwin adalah anak murid dengan lokasi rumah paling jauh di antara murid lainnya, dia perlu mendayung sekitar kurang lebih 30 s/d 40 menit untuk sampai ke sekolah, rumahnya berada di kampong lain yang jauh dari berbagai fasilitas publik seperti sekolah, tapi saya selalu kagum melihat kehadiran Erwin meskipun kadang bajunya basah. karena keringat atau karena gelombang laut. Erwin adalah murid yang senang memeluk atau hanya sekedar memegang tangan saya, romantis. Saya banyak belajar mengenai lagu atau Bahasa daerah dari Erwin, karena dia yang paling ahli bernyanyi maupun berbahasa daerah. Pernah Erwin tidak sekolah karena hujan yang sangat deras di pagi hari, tidak disangka di siang harinya dia datang diantar oleh Trisno untuk mengganti materi sebelumnya, salut.

Nikanor Gilbert Paiki (Niko)

Niko adalah adik kandung dar Desi dan sepupu dari Erwin, diantara anak – anak Paiki yang lain, Niko adalah yang paling pemalu. Pernah suatu ketika dijemput oleh Amel, pengajamr Muda Ambai, untuk melaksanakan kegiatan di Distrik POOM, dan sekembalinya saya ke kampong Ampimoi, orang tua dari Niko memberi tahu saya bahwa Niko menangis semalaman ketika saya pergi karena dia kira saya pergi untuk selamanya. Bahkan dia menolak untuk makan nasi goreng karena teringat kepada saya yang rajin masak nasi goreng untuk anak – anak termasuk Niko.

Mira Ayomi (Mira)

Mira ada adalah anak yang paling pendiam diantara anak yang lain, di sisi lain ia yang paling percaya diri dalam menjawab berbagai pertanyaan terkait materi yang saya ajarkan, ketika dia tidak mengangkat tangannya pun terlihat dia termenung memikirkan jawaban dari pertanyaan yang saya tanyakan, bahkan ketika saya memberikan soal matematika kepada murid lain, dalam diam Mira mencoba memecahkan soal tersebut. Meskipun dia tidak banyak bicara, tetapi saat saya mengungunjungi rumahnya, ibunya bercerita bahwa Mira banyak bercerita tentang saya, manis.

Yuliance R.S. Ruamba (Ance)

Ance adalah salah satu murid yang sangat kreatif di kelas, ketika anak – anak mendapat tugas untuk menggambar tangan manusia dengan ditulisi cita – cita di atasnya, Ance memilih untuk menggambar tangan ayam dengan alasan lebih bagus, ketika anak – anak diberi tugas untuk menggambar hewan, Ance memilih untuk menggambar babi berwarna biru dengan alasan ingin lihat babi berwarna biru, ketika saya mengajarkan anak – anak belajar Bahasa Inggirs, Ance memilih untuk menjawab pertanyaan dengan Bahasa Daerah yang tidak saya mengerti, bagi saya hal tersebut adalah bentuk lain dari cerdas, keep it up!

Kelas VI

Trisna Gloria Paiki (Nuri)

Saya tidak tahu asal mula panggilan Nuri, bahkan Nuri sendiri pun tidak tahu mengapa orang- orang memanggilnya Nuri. Nuri adalah kakak kandung dari Niko da Desi, perkataan Nuri adalah perintah bagi kedua adiknya, untungnya apa yang dikatakan Nuri selalu mendukung proses belajar mengajar, seperti menegur adik – adiknya untuk lebih serius dalam mengerjakan tugasatau sekedar untuk lebih tenang. Saya sering bercerita mengenai perkembangan negara – negara lain seperti halnya Amerika, Inggris, Jepang, Kuba, dan lain – lain kepada anak – anak, dan Nuri selalu berkomentar “Sa ingin ke sana Pak guru.”, dia juga ingin kuliah di Bandung dan menjadi seorang dokter kelak di kemudian hari, saya bahagia mendengarnya.

Kristina Ayomi (Keti)

Keti adalah kakak kandung dari Mira, dia salah satu anak yang juga rajin menggunakan ‘gue’ sebagai kata ganti orang pertama, dan ‘lo’ sebagai kata ganti orang kedua, bahkan sempat saya mendengar dia berkata kepada lawan bicaranya “Eh lo jadi orang tau diri dong.” Ketika saya tanya megapa Keti berkata demikian, Guru”. Keti adalah anak yang memiliki minat yang besar pada mata pelajaran SBK, ketika mendapat tugas untuk menggambar daun, dia pergi lebih lama dibanding murid lainnya hanya untuk mengambil daun yang menurutnya bagus, bukan hanya itu, ketika mendapat tugas untuk membuat mahkota dari daun kelapa, dia mengerjakannya dengan sangat ulet, bahkan dia mengajarkan teman – temannya termasuk saya.

Silas Saitun Ayomi (Saitun)

Sejak awal kedatangan saya ke Ampimoi, Saitun adalah salah satu murid yang selalu mengkitu saya, dia mengantar saya keliling kampung untuk berkenalan dengan orang tua murid, dia juga adalah tutor saya dalam belajar mendayung. Ketika dia  tidak masuk sekolah, selama satu hari penuh atau bahkan lebih Saitun selalu menghindari saya karena malu, bahkan ketika melihat saya, dia langsung berlari sekencang – kencangnya seperti baru melihat hantu. Saitun juga adalah fotografer pribadi saya di Ampimoi, sebagian besar foto yang ada di galeri saya diambil oleh Saitun.

Mince Marla Moai (Marla)

Di sekolah Marla selalu bertindak sebagai penerjemah pribadi saya, karena tidak semua yang dikatakan oleh murid – murid dapat dengan mudah saya pahami, begitu pula kebalikannya, di situlah Marla sering muncul membantu agar semuanya bisa lebih jelas. Marla adalah murid yang rajin datang mengikuti LSD (Les Sama Derizky) bahkan setegah jam sebelum les tersebut dimulai.  Marla juga yang mengajari saya cara menggendong bayi yang benar, karena dia sudah biasa menjaga adiknya di rumah. Dalam mengikuti berbagai acara kemasyarakatan di gereja, Marla adalah salah satu orang yang selalu membantu menuntun saya.

Sophian Ayomi (Mariasi)

Asal usul nama panggilan ‘Mariasi’ cukup unik, menurut cerita rakyat Ampimoi Mariasi adalah nama mahluk penunggu hutan yang pernah berkelahi dengan kakek dari Sophian Ayomi puluhan tahun yang lalu. Mariasi tahu bahwa gurunya ini sangat menyukai boncis, snack yang terbuat dari adonan tepung terigu yang digoreng, namun tidak setiap hari boncis dijual (biasanya dijual di rumah Mama Paiki), ketika Mama Paiki menjual boncis biasanya maci menginformasikannya kepada saya “Pak Guru dorang jual boncis”.

Girus Ayomi (Girus)

Girus adalah kakak kandung dari mariasi, Girus terkenal dengan kecepatan dan kekuatannya, bayangkan saja ketika waktu istirahat tiba, Girus mengisi waktu dengan mengangkat pasir atau batu bata untuk pembangunan ruang guru SDN Ampimoi. Girus adalah murid yang paling saya mintai tolong untuk memasang palang pada pintu kelas, karena pintu kelas SDN Ampimoi tidak memiliki kunci sehingga agar tidak mudah terbuka begitu saja, seseorang harus memasang palang pada bagian atas pintu.

Rit Akila Ayomi (Rit)

Rit adalah sepupu dari Girus dan Mariasi, setiap hari mereka mendayung ke sekolah bersama dalam satu perahu. 3 bulan pertama saya mengajar di SDN Ampimoi, Rit sama sekali tidak mau berbicara kepada saya, bahkan untuk melihat mata saya pun sangat sulit, tetapi dia begitu cerewet ketika bermain dengan teman sebayanya. 6 bulan telah berlalu, banyak perkembangan dalam diri Rit, bahkan dia suka sengaja berlari hanya untuk melambaikan tangannya kepada saya sambil berucap “Daaah Pak Guru.”.


Cerita Lainnya

Lihat Semua