info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Hadiah kecil dari Julia Miranda

Citrawanti Oktavia 8 Juni 2014

              Awalnya mungkin tidak ada yang teramat istimewa dengan anak ini. Dia duduk di bangku paling depan di dekat tembok. Pendiam sekali nampaknya. Awal aku menginjakkan kaki di SDN 6 Paya Bakong acap kali ia hanya tersipu malu menjawab pertanyaan yang aku ajukan. Tidak seperti anak-anak lain yang sering asal menjawab pertanyaanku. Beberapa kali Miranda, nama panggilan biasanya. Dengan sedikit menggumam, menjawab pertanyaanku dengan benar.

 

                Lambat laun setelah aku lebih dalam mengenalnya, ternyata intuisiku selama ini benar. Miranda merupakan anak yang cerdas. Namun bedanya dengan anak pintar kebanyakan, ia memang cenderung lebih suka diam dan mendengarkan. Aha! Istimewa sekali bukan? Anak cerdas dengan kecerdasan mendengar itu, sungguh luar biasa!. Aku mulai mengenali potensinya semenjak ia mengikuti seleksi Olimpiade Sains Kuark (OSK). Awalnya aku sedikit kewalahan. Pasalnya, ia cepat sekali melahap beberapa buku yang kuberikan untuk ia baca. Ia pun seringkali mengajukan pertanyaan dahsyat yang sering tidak bisa kujawab di tempat. Seperti “Mengapa paru-paru bisa memilih dengan baik udara-udara higienis yang masuk ke dalam organnya?”. Setelah lambat laun dekat dengannya pasca persiapan dan seleksi Olimpiade Sains Kuark. Aku sering sekali mendapatkan hadiah-hadiah kecil darinya. Seperti penjelasannya yang tiba-tiba saat melihat lemo (sapi) berjalan di desa kami. Ia tiba-tiba berceletuk “Bu, Miranda memperhatikan kalau sapi sakit maka suara yang dia keluarkan bisa mencapai 15 menit sekali. Jadi tiap 15 menit sekali dia akan mengeluarkan suara “MOO..MOO.. MOO” celetuknya. Ah apa iya? Bahkan perbedaan suara sapi yang sakit dengan tidak pun, belum pernah kutemukan di buku pelajaran IPA manapun. Betapa dahsyat anak ini, ucapku dalam hati.

 

                Pengumuman babak penyisihanpun tiba. Dari ratusan peserta OSK yang mayoritas merupakan sekolah di kota (tentunya beda sekali dengan sekolah kami). Nama Julia Miranda terselip dalam daftar pengumuman peserta yang maju ke babak penyisihan. Ah ya, dari awal aku memang tidak pernah menekankan kepada anak-anakku untuk meraih kemenangan dalam setiap kompetisi, karena bagiku keberanian mereka untuk berkompetisi dan berusaha sebaik mungkin merupakan hadiah keci yang begitu istimewa untukku.

 

                Aku mengumumkan itu di dalam kelas VI. “Anak-anak, alhamdulillah ada satu teman kita yang berhasil lolos ke babak penyisihan OSK lho. Mohon doanya ya, kalau memang rezeki dan lolos lagi di babak selanjutnya, Ia bisa pergi ke Jakarta”, ucapku dengan penuh semangat. Kelas pun bergemuruh sangat. Tepuk tangan menyelingi pengumuman tadi. “ Bu, Siapa yang lolos?” ucap salah satu muridku. Aku langsung menuju ke kursi Miranda dan mengucapkan selamat. Responnya membuatku benar-benar kagum pada anak ini. Dia hanya tersenyum, membalas uluran tanganku sambil mengucapkan “Alhamdulillah, semoga saya bisa menampilkan yang terbaik untuk Ibu”, ucapnya dengan senyum. Ah ya, jika hatiku bisa dilihat secara transparan pasti kelihatan dengan jelas, betapa melelehnya hatiku mendengar ucapannya.Sungguh tak ada ekspresi bangga atau sombong sedikipun.. sungguh tak ada. Hmm, lagi-lagi hadiah kecil darimu, Nak!

 

                Hari penyisihanpun tiba. Aku memutuskan membawanya menginap di Lhokseumawe. Oh iya, Lhoksemawe merupakan kota yang wow bagi warga desa kami. Aku dan beberapa teman-teman Pengajar Muda Aceh Utara yang anaknya lolos di babak penyisihan memutuskan untuk memberi hadiah kecil kepada anak-anak kami untuk menginap dan berjalan-jalan di Lhoksemawe.

 

     Pagi itu saat babak penyisihan dimulai. Miranda memelukku sebelum masuk ke ruangan “Bu, maafkan Miranda ya kalau nanti tidak lolos, tapi Miranda akan berusaha”, ujarnya. Aku mengelus kepalanya dan berkata “ Apakah pernah, Ibu menuntut anak-anak Ibu untuk menang dalam kompetisi? Ibu hanya meminta kalian menampilkan yang terbaik bukan?”, ujarku. Ia lalu masuk ke dalam ruangan sambil berbisik “Doakan ya Bu”!

 

                Selesai babak penyisihan kami pun mengajak anak-anak berkeliling Lhokseumawe, sederhana sebenarnya. Membawa mereka makan di KFC, main di timezone, belajar matematika dan ekonomi di supermarket serta membawa mereka jalan-jalan ke pantai. Tempat-tempat itu mungkin tidak terlalu luar biasa. Namun sungguh mengharukan melihat mereka begitu “excited” berjalan-jalan ke tempat-tempat tersebut. Hadiah kecil lagi-lagi aku dapatkan dari Miranda. Saat berjalan-jalan ke Supermarket dengan berbekal uang Rp. 25.000 dari Ibunya. Ia sibuk memilih oleh-oleh untuk orang rumahnya, alih-alih berbelanja untuk keperluan dirinya sendiri. Saat kutanya mengapa, ia hanya menjawab “ Miranda sudah senang ibu ajak ke Lhokseumawe, Miranda mau adik dan ibu senang juga karena Miranda bawa oleh-oleh” ucapnya dengan polos. Seer..Seeer lagi-lagi jantungku bergetar mendapatkan hadiah kesekian darinya.

 

                Pagi harinya, Hari Senin setelah upacara bendera, kulihat Miranda malu-malu mendekatiku. Membawa tumpukan buku yang pernah kupinjamkan.”Bu, terima kasih, Miranda jadi tahu banyak hal dari buku yang Ibu berikan”, ujarnya berbinar.

 

                Aku masuk kantor guru setelah itu, membawa tumpukan buku yang Miranda kembalikan. Aku buka plastik yang menutupinya. Dan,terselip selembar kertas yang setelah kubaca ternyata hadiah kecil lagi dari Miranda. Surat itu bertuliskan:

“Di Surat ini aku ingin mengucapkan terima kasih sama Ibu, yang terutama Ibu udah ngajak aku ke KFC, taimzone, ke laut dan ibu juga sudah kasih aku berbelanja perlengkapan sekolah. Aku udah nggak bisa ngomong lagi. Pokoknya aku cuman mau ngomong terimakasih sama Ibu tapi maaf ya Bu’, aku ngak bisa ngebalesin kebaikan Ibu. Semoga kebaikan Ibu dibalas sama Allah. Oh ya Bu, Aku mau minta maaf sama Ibu, kalau ada salah sama Ibu. Tolong maafin aku ya Bu’. Pokoknya Ibu’ itu Bidadari yang diturunkan khusus untuk aku. Sampai disini dulu ya Bu’.”

Julia Miranda

 

                Aku terharu seketika. Air mataku tak bisa kutahan untuk meleleh. Betapa terharunya. Aku merasa tidak memberikan apapun padanya. Aku hanya selalu berusaha melakukan yang terbaik untuk anak-anakku. Ternyata benar kata Pak Hikmat saat di camp dulu “ Berikan lebih dari yang diharapkan dan lihatlah kejutannya” dan ternyata benar. Aku hanya berusaha melakukan yang terbaik dan ternyata hadiah kecil dari anak-anakku begitu banyaknya. Terima Kasih Miranda! Terima kasih Anak-anakku :)


Cerita Lainnya

Lihat Semua