Dia Menitipkan Anaknya
Citra Dita Maharsi Suaidy 2 Maret 2012Dia menggunakan kaos merah muda lusuh dengan retas kecil disana sini. Kain jarit batik pudar warna sebagai bawahan diikat seadanya. Rambut berubannya disanggul alakadarnya. Kakinya tanpa sendal. Anak kecil di sebelahnya duduk tenang dengan pandangan polos nan ceria. Nyong berumur 6-7 tahun berbaju tidak kalah lusuh dengan ibunya itu anteng dan terlihat penurut. Mata berbinarnya memang memancarkan rasa ingin tahu, tapi badannya menyatakan kesiapan dan kesigapannya untuk segera berlari keluar untuk bermain.
Mereka berdua menghadap mama seolah terdakwa. Raut muka si ibu seakan sudah kenyang pengalaman pahit, tapi raut muka itu bukan raut muka menyerah. Sedangkan Mama seolah jaksa yang berbicara tegas, cepat, dan intonasi pasti. Aku tidak terlalu tahu apa yang mereka biacarakan. Mungkin si ibu terlalu lelah belajar berdamai dengan hidup, sehinggga tidak punya waktu belajar bahasa indonesia. Mama berbicara lagi dengan cepat tentang sesuatu, aku masih belum mengerti hal apa yang dibahas. Mulut merah jingga dan gigi hitam karena sirih di dalamnya menjawab beberapa pertanyaan mama dengan lirih. Setelah itu anak dan ibu itu berjalan keluar dari kantor guru.
Aku masih ingat raut muka itu.Raut muka tidak ceria, tapi ada keberanian di sana. Dia mengambil resiko kehilangan setengah atau bahkan seluruh penghasilannya untuk sesuatu yang tidak langsung terlihat manfaatnya. Dia beranikan diri melepaskan anak yang mungkin bisa membantunya mengiris nira, ke tempat, yang kata orang berguna. Raut muka itu lelah, tapi aku dapat melihat tekad dan harapan tersisa di sana. Tekad untuk merubah-paling tidak-hidup anaknya menjadi lebih baik dari dirinya. Harapan untuk suatu dunia yang akan lebih mudah dijalani bagi anak kesayangannya.
Benar ibu, dengan alat ini kita dapat bersama-sama mencari bagian yang rusak dan tau cara memperbaikinya.Dengan alat ini pula seseorang dapat menemukan daya guna manfaatnya untuk orang lain.
“Karena dari pendidikanlah seseorang belajar melihat, membaca, mengukur diri, menimbang sejauh mana ketertinggalan dan sekuat apa harus berlari menyusul”
-Pramoedya-
Terima kasih untuk kepercayaan dan semangat tanpa lelahnya ibu. Upaya usaha maksimal akan kami keluarkan untuk membuat anakmu menemui kecerdasannya. Doa dan ikhtiar akan selalu kami supaya nyong suka bermain itu mempunyai harga diri, mempunyai kebanggan akan engkau, akan dirinya, akan bangsanya. Seluruh metode akan kami pakai untuk membuat anakmu tau cara berbuat baik, dan untuk menyadarkan anakmu mengenai manfaatnya untuk orang lain. Bismillah..
Penerimaan Siswa Baru SD Inpres Oenitas Tahun ajaran 2011-2012.
Untuk sahabat pengajar muda di seluruh nusantara, Selamat mengajar kawan-kawan
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda