info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Ketika ketinting berarti kehidupan

Beryl Masdiary 7 Oktober 2011

Keluarga Indonesia Mengajar bilang, keluarga angkatku menduduki posisi penting dalam keseharian kami disini. Mereka akan menjadi keluargamu dan menjaga serta memastikan dirimu baik-baik saja. sudah 3 ,5 bulan aku menjadi "anak" Amaku. Beliau selalu bilang, "Bery anak kesayangan saya ini, sudah bukan orang Jawa dia, sudah jadi orang Tambora." hihi. Ama juga orang pendatang, tidak lulus SD tapi mendorong anak-anaknya menjadi sarjana. oh, diapun tuan rumah yang luar biasa baik. Semua orang di desa sayang padanya

Lebih dari sebulan ama (ayah angkatku) punya proyek membuat ketinting ( perahu). Setiap hari ada saja progress yang dibuat pada perahu itu. Ini semacam pertaruhan. Ama sudah memfokuskan tenaga dan uangnya yang sudah tak berlimpah untuk perahu  ini. Tepat seminggu sehabis idul Fitri, ketinting pun selesai. Di satu pagi yang dingin berangin, Bapak menangkap ayam dengan ekspresi yang sangat serius. Ina menyiapkan terigu dan kemiri. ‘Mau lepas perahu. “ Kata Kak Pur, kakak angkatku. Ama yang sering kedatangan turis –karena rumah kami terletak paing pinggir dan satu-satunya yang punya sarjana pendidikan bahasa Inggris-, Amaku meminta difoto. “ Ayo Bery, foto!” lalu dengan semangat kutangkap rangkaian tradisi lepas perahu itu.

Si perahu, yang masih belum di cat, diparkir di bawah pohon asam, menunggu pembebasannya menuju laut lepas. Ama dibantu Pak  Syafrudin si Desainer perahu memotong leher ayam dan mengucurkan darahnya ke atas terigu dan kemiri. Adonan itu diaduk, lalu Pak  Syafrudin mengoleskan campuran yang sudah bewarna merah itu ke seluruh badan perahu sambil mengucap doa. Selesai mengucap doa, perahu didorong ke laut, perahu itu memamerkan langkah pertamanya. Mulus, anggun, percaya diri. Pak Syaf berteriak puas. “Caru re, Ama!”-Bagus ini, Bapak!” Ama tersenyum cerah dan matanya agak berkaca. Perjuangannya tak percuma. Setelah itu mereka berjabat tangan mengucap penyerahan. Dan Ama pun melepas jangkar pertamanya. Petang itu, Ama bawa sekali banyak ikan. Ada harapan Ama bisa mengumpulkan ikan-dan tentunya uang- dari sana. Ketinting itu punya tempat di bawah rumah panggung kami, dan tentunya di hati kami.

*saat tulisan ini di post, tangan Ama baru saja tersayat cila-parang dan terluka cukup dalam. Menjadi suster; mengganti perbannya tiap hari dan memastikan ia sudah minum obat adalah salah satu wujud sayangku padanya. semoga Ama cepat sembuh...


Cerita Lainnya

Lihat Semua