Sepucuk Surat Untuk Dina
Benediktus Kristiantoro 11 Januari 2012Dina adalah salah seorang murid Anita, PM di desa Torosubang. Menurutku Dina adalah salah satu anak yang istimewa untuk ukuran masyarakat Indonesia Timur. Bukan karena faktor akademisnya aku tertarik dengan Dina, tapi karena keberanian dan kepiawaiannya mendeklamasikan puisi di depan para PM yang baru saja dia kenal beberapa menit sebelumnya. Keberanian inilah yang kemudian aku berikan garis bawah, cetak tebal, dan cetak miring, karena tidak banyak anak-anak Halmahera Selatan yang memiliki keberanian untuk menampilkan bakatnya di depan sekumpulan orang asing, kecuali secara berkelompok.
Memang semua anak istimewa, demikianlah yang dikatakan oleh Munif Chatib, salah satu tentor Multiple Intelligences pada saat pelatihan lalu. Keistimewaan itu tidak didasarkan pada suatu kecerdasan akademis yang selama ini diagung-agungkan oleh masyarakat awam; bahwa sebenarnya kecerdasan itu menyangkut berbagai macam hal.
Albert Einstein pun mengatakan demikian, dan tersirat dalam salah satu nukilannya yang tersohor “everybody is a genius. But, if you judge a fish by its ability to climb a tree, it will spend its whole life believing that it is stupid” yang kira-kira bermakna demikian: bahwa setiap orang memiliki talentanya masing-masing, dan jika engkau menghakimi seseorang dari ketidakmampuannya, maka kau tidak akan bisa melihat dari sisi kemampuannya, dan kau selalu melihat dirinya adalah bodoh karena selalu melihat dari sisi kelemahannya.
Dari sekian murid yang aku kenal di Torosubang, semuanya sangat istimewa, karena mereka tidak memiliki rasa malu untuk bertemu dengan orang yang baru dikenal dan dapat akrab dengan cepat. Inilah yang membuat aku selalu merindukan mereka, Dina salah satunya. Untuk mengobati rasa rindu, aku menulis surat kepada mereka dan secara khusus untuk Dina. Di dalam surat-surat itu aku berusaha untuk membakar semangat mereka dan memotivasi mereka agar terus belajar dan meraih cita-cita. Berikut adalah salinan suratku untuk Dina di Torosubang:
Halo Dina,
Semoga Dina selalu ada dalam perlindungan Allah SWT.
Dina, sejak pertama kali Pak Nino bertemu dengan Dina, Pak Nino tidak pernah melewatkan satu hari pun tanpa rasa kagum kepada Dina. Keberanian Dina untuk tampil membacakan puisi di hadapan Pak Nino dan teman-teman Pak Nino adalah suatu hal yang luar biasa, yang jarang Pak Nino temukan semenjak Pak Nino datang untuk mengajar di Halmahera Selatan. Pak Nino tidak menilai kesempurnaan cara Dina membacakan puisi, tetapi lebih kepada kemauan Dina untuk mengalahkan rasa malu dan takut untuk menampilkan bakat di depan sekumpulan orang-orang asing yang Dina tidak pernah kenal sebelumnya.
Meskipun Dina terlihat jarang berbicara dengan Pak Nino dan teman-teman Ibu Nita, tetapi itu tidak mengurangi rasa kagum Pak Nino kepada Dina. Kenapa? Karena Pak Nino yakin Dina percaya terhadap diri Dina bisa memberikan sesuatu yang terbaik untuk orang lain, bahkan untuk orang yang Dina baru kenal sekalipun. Pak Nino sangat percaya itu.
Dina, meski Pak Nino tidak begitu dekat dengan Dina, ketika Dina kadang tersipu malu, menghindar tidak ingin bertemu, atau ketika Dina sedang sibuk dengan keceriaan teman-teman, dan Pak Nino sibuk dengan begitu banyaknya tugas dengan Ibu Nita dan teman-teman, percayalah bahwa meskipun ketika kita semua terpisah, namun dalam setiap kelompok kecil kita selalu terikat, tersimpulkan dalam setiap penggalan doa guru-guru Dina supaya Dina menjadi anak yang hebat suatu hari nanti. Pak Nino menulis surat ini, supaya Dina tahu bahwa ada orang lain yang sangat memperhatikan Dina, bahwa sebenarnya Dina memiliki kemampuan yang baik dan Dina harus terus percaya pada diri Dina, bahwa suatu saat Dina akan mengalahkan dunia ini, dan suatu saat Dina bisa meraih cita-cita Dina setinggi apapun! Pak Nino selalu berdoa untuk Dina.
Dina, hari esok masih terbentang luas untukmu, dan Dina harus mampu mengalahkan hari demi hari. Dengan cara apa? Tentu saja dengan pengalaman yang Dina dapatkan di hari kemarin. Belajarlah dari setiap pengalaman baru yang Dina dapatkan setiap hari, karena hari esok adalah waktu bagi Dina dan teman-teman Dina untuk mengisi jaman yang semakin tua. Jangan pernah iri terhadap kenyataan yang Dina alami setiap hari karena Allah tidak akan menempatkan Dina pada kursi yang sama seperti orang lain dalam waktu yang sama, seperti yang Dina alami di kelas setiap harinya: tidak ada wajah yang sama, tulisan yang sama, uang jajan yang sama, bahkan nilai pun tidak semuanya sama.
Dina harus selalu bersyukur dengan keadaan yang diberikan Allah kepada Dina, karena itu Dina harus terus berusaha menjaga rahmat Allah, kemampuan yang diberikan kepada Dina, dan segala sesuatu yang dianugerahkan kepada Dina, meskipun kadang Dina merasakan kesedihan, tapi Allah selalu memberikan yang terbaik untuk Dina. Kalau Dina sedang sedih, Dina masih punya teman-teman yang sayang sama Dina, Bu Nita yang selalu memperhatikan Dina, dan Pak Nino yang jauh di sini. Dina tidak sendirian ketika Dina sedih! Lihat di sekitar Dina, masih banyak orang-orang yang sayang sama Dina, hanya saja kesedihan membuat Dina lupa akan keberadaan orang-orang itu. Mereka dekat, dan mereka selalu ada, untuk Dina.
Dina, Pak Nino dan Ibu Nita sayang sama Dina, jadi Dina harus berjanji belajar setiap hari, supaya bisa mengikuti Ujian Nasional, dan Dina harus berjanji untuk melanjutkan sekolah sampai kuliah! Pak Nino dan Ibu Nita berharap Dina bisa kuliah di Pulau Jawa agar bisa bertemu dengan Pak Nino dan Ibu Nita suatu hari nanti. Jangan pernah berhenti menggantungkan cita-citamu setinggi langit, seperti Pak Nino yang ingin sekali kuliah di Eropa setelah selesai mengajar nanti! Insya Allah, Dina pasti bisa. Pesan terakhir Pak Nino untuk Dina: Jangan pernah melupakan Allah, orang tua, dan guru, karena di ketiganya ada keberkahan abadi.
Sekali lagi, Pak Nino dan Ibu Nita selalu sayang sama Dina, juga teman-teman Dina yang lainnya. Sampai bertemu lagi, Dina!
-Pak Nino-
Dan setelah menunggu beberapa hari, Anita mengantarkan surat balasan dari Dina. Berikut salinan surat yang dikirimkan oleh Dina untukku (tanpa di edit):
Pak Nino
Apa kabar tentu baik2 saja bukan?
Pak, Dina juga berdoa semoga bapak dalam perlindungan Allah SWT
Pak, Dina sangat berterima kasih kepada Pak yg memberikan mutifasi dan pegertian kepada Dina. Tadinya Dina kecewa yg mendapat juara III dalam pembagian lapor di sekolah. Tapi setelah Dina membaca surat dari Pak Nino Dina sagat mengerti tidak semua orang mendapat juara terima kasih Pak Nino atas nasehat dan pengertianya kepada Dina dan Dina akan selalu belajar dan belajar sampai merengguk cita-cita Dina.
Dina dan teman2 juga sayang sama Pak Nino dan Ibu Nita. Sampai ketemu lagi Pak Nino. Pak Nino Dina akan mempersembahkan sebua puisi dan pantun
Puisi Diponegoro
Di masa pembagunan ini
Tuan hidup kembali dan
Bara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar lawan banyaknya seratus kali
Pedang dikanan, keris di kiri, berselempang semangat dan tak bisa mati
Maju, ini barisan tak bergenderang berpalu
Bagimu negeri ini, menyediakan api
Puna di atas megamba binasa di bawah di tindas
Sungguh ajal pun kan menjemput
Jika hidup harus merasai
Maju, serbu, serang, terjang
Karya hairil anwar
Pantun
Laiyui kepulau bisa
Pulau bisa ke bacan jagan
Kalau Pak Nino igin berpisah
Pisah di mata di hati jangan
Jangan suka makan mentimun
Mentimun itu banyak getanya
Jangan suka duduk melamun
Melamun itu, tiada gunanya
Burung irian
Burung cendrawasi
Cukup sekian
Dan terima kasih
Maaf Pak Nino, tulisan Dina jelek
***
Catatan:
Pusi Diponegoro itu adalah salah satu puisi karya Chairil Anwar favorit saya ketika saya masih duduk di bangku SMP. Pada saat saya masih SMP, saya suka sekali menghabiskan waktu di perpustakaan untuk membaca karya sastra seperti puisi dan teks drama. Dina sudah mengenal beberapa karya sastra semenjak SD, dan saya percaya suatu saat dia akan menjadi orang yang sukses menggapai cita-citanya :)
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda