info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

How We Meet Our Minister

Benediktus Kristiantoro 1 Januari 2012

Tanggal 23 Desember 2011 mungkin bisa jadi hari bersejarah bagi warga desa Bajo, karena desa mereka akan kedatangan Menteri Infokom, Tifatul Sembiring, untuk meresmikan desa Bajo sebagai desa informasi. Kami Pengajar Muda Halmahera Selatan tidak ingin kehilangan kesempatan tersebut untuk bertemu dengan Pak Menteri secara langsung. Misi utamanya adalah diskusi santai tentang advokasi pendidikan yang berhubungan dengan Kementerian Infokom. Cerita ini berisi timeline perjuangan kami sampai dapat bertemu dengan Pak Menteri.

Desa Torosubang. Kamis, 22 Desember 2011. 17.00-23.00 WIT

Para PM Halmahera Selatan berkumpul di rumah orang tua asuh Anita, di desa Torosubang. Desa Torosubang ini terletak di ujung sebelah Timur desa Bajo, sedangkan di sebelah Barat berbatasan dengan desa Paisimbaos. Kami bertolak dari Pelabuhan Kupal dengan menumpang kapal besar dari Obi jurusan Ternate dan berlabuh di desa Paisimbaos.

Dari Paisimbaos kami berjalan kaki sekitar 15 menit untuk mencapai desa Torosubang. Malam harinya, kami mengadakan rapat intensif membahas skenario-skenario bertemu dengan Pak Menteri, mulai dari siapa juru bicaranya, menghafalkan skenario pembicaraan, dan menetapkan agenda-agenda yang akan dibahas. Maklum, kami bukan undangan resmi, tetapi dengan modal nekat dan infiltrasi a la pendidikan kopassus bisa kami terapkan dalam hal ini 

Desa Bajo. Jumat, 23 Desember 2011. 10.00-19.30 WIT

Para PM beranjak menuju desa Bajo, kami menunggu dari pagi hari dan menyemangati para murid SDN Torosubang yang menjadi salah satu tim penyambut Pak Menteri. Mereka berbaris dari pagi hingga sore, namun jadwal kunjungan Pak Menteri masih simpang siur. Lepas dari dermaga, ketinting-ketinting berpawai dengan dihiasi pernak-pernik penyambutan. Kami menunggu di dermaga hingga sore hari namun kapal Pak Menteri belum terlihat juga.

Sambil menunggu kedatangan Pak Menteri, kami bersenda gurau dengan para murid yang sudah terlihat kelelahan menunggu dari pagi hari. Kami duduk di ujung dermaga baru sambil menyanyikan beberapa lagu agar tetap menjaga semangat mereka. Setelah itu para PM membagi-bagi tugas sesuai dengan skenario yang ditetapkan.

Sebelum adzan maghrib dikumandangkan, kapal Pak Menteri sudah terlihat dan merapat di dermaga papan. Seluruh penjagaan protokoler diperketat dan kemungkinan akan susah mendapatkan akses ke Pak Menteri. Kami tidak putus asa dan mulai menjalankan beberapa skenario. Diera dan Gatya bertugas untuk mendapatkan akses melalui Pak Bupati, aku bertugas untuk berhubungan dengan kepala protokoler, sementara Syakur dan Ady bertugas untuk mendapatkan akses langsung di dalam masjid selepas shalat maghrib, dan teman-teman yang lain bertugas untuk mendapatkan akses melalui staff kementerian.

Syakur dan Ady mengalami kegagalan misi, sementara Ester, Fitria, Eki, Anita dan Ulil berhasil mendekati salah satu staff kementerian namun belum berhasil mendapatkan akses, Diera dan Gatya juga mengalami hal yang sama karena Pak Bupati hanya melontarkan salam saja. Kemungkinan terakhir adalah mendekati kepala protokoler. Pada saat Pak Menteri memberikan sambutan, aku segera mencari kepala protokoler untuk mengagendakan bertemu dengan Pak Menteri, namun aku kehilangan jejak orang tersebut. Untung saja Syakur kembali dengan membawa berita baik, bahwa dia baru saja bertemu dengan protokoler dari kementerian dan kami diberikan ijin untuk bertemu dengan Pak Menteri, plus naik kapal bersama dengan Pak Menteri untuk makan malam di pulau wisata Nusa Raa. Great!

Desa Torosubang. Jumat 23 Desember 2011. 19.30-20.00 WIT

Kami memohon ijin sejenak kepada Pak Cheppy, protokoler Kementerian untuk mengambil barang-barang kami di desa Torosubang. Kamis segera bergegas menuju rumah Anita untuk mengambil tas dan kembali ke desa Bajo untuk naik kapal Halsel Express bersama dengan Pak Menteri. Menurut informasi salah satu staff kementerian yang dihubungi oleh teman-teman, kami bisa saja berdiskusi dengan Pak Menteri di dalam kapal karena ada fasilitas ruang rapat di dalamnya. Sekali lagi, Great!

Desa Bajo. Jumat 23 Desember 2011. 20.00 WIT

Setelah selesai repacking, kami berjalan ke dermaga papan di desa Bajo, namun di tengah perjalanan, ternyata kapal sudah berlayar! Lalu dimulailah serangkaian cerita perjuangan kami. Honeymoon is over dude!

Sambil melihat dan meratapi kepergian kapal Halsel Express dari kejauhan, kami berjalan dengan lunglai kembali ke desa Torosubang.

Desa Torosubang. Jumat 23 Desember 2011. 20.30 WIT

Kami tidak putus asa sampai di sini saja. Perjuangan baru saja mencapai titik klimaksnya, dan kami memutar otak untuk mencari cara bagaimana bertemu dengan Pak Menteri. Beberapa dari teman melemparkan opsi untuk menemui Pak Menteri besok, namun beberapa menolak karena kami tidak tahu apa agenda Pak Menteri selanjutnya.

Kemudian kami teringat bahwa kami masih memiliki tiket sewa ketinting yang tidak jadi kami pakai di pagi harinya karena harus siap-siap menyambut Pak Menteri terkait simpang siur kedatangan beliau. Akhirnya kami memutuskan untuk mengarungi laut di malam hari menuju pulau Nusa Raa dengan menggunakan ketinting! Ide gila memang, apalagi perjalanan ketinting di malam hari beresiko tinggi, namun inilah harga yang harus kami bayar demi advokasi pendidikan.

Selat Herberg. Jumat 23 Desember 2011. 20.40 WIT

Keputusan darurat tersebut membuat kami semakin menggila dalam mewujudkan pertemuan dengan Pak Menteri. Akhirnya kami bertolak menuju pulau Nusa Raa di malam hari menggunakan ketinting. Keadaan gelap gulita. Kami tidak dapat melihat apapun di depan dan sekitar kami, hanya suara ketinting yang setia menemani perjalanan kami sambil sesekali mengirimkan pesan berantai dari depan ke belakang untuk menguras air laut yang mulai masuk ke dalam ketinting.

Keselamatan perjalanan kami serahkan sepenuhnya kepada keahlian motoris dalam mengarahkan ketinting menuju pulau Nusa Raa, sambil berharap kami tidak tertinggal kapal Halsel Express untuk kedua kalinya, karena setelah agenda makan malam di pulau Nusa Raa, Pak Menteri segera bertolak kembali ke Labuha.

Pulau Nusa Raa. Jumat 23 Desember 2011. 21.00 WIT

Kami berlabuh dengan selamat di pesisir utara Pulau Nusa Raa. Doa kami dikabulkan, ternyata Pak Menteri masih berada di pulau tersebut dan kapal belum berlayar 

Kami segera mencari Pak Cheppy untuk mengagendakan pertemuan dengan Pak Menteri. Salah satu staff protokoler menawarkan untuk menjaga barang bawaan kami yang heboh, dan kami dipersilakan untuk makan malam terlebih dahulu.

Setelah selesai makan malam (yang hanya dapat sisa-sisa tetapi tetap kami syukuri nikmatnya), kami dipanggil oleh staff protokoler untuk bertemu dengan Pak Menteri (akhirnya!). Lalu kami maju ke depan, dan kemudian para wartawan sudah berbaris rapi untuk bersiap mengambil gambar terbaik. Kami berfoto bersama dengan Pak Menteri dan Pak Bupati, sementara aku yang ditunjuk sebagai juru bicara sedang memikirkan apa saja yang akan kami sampaikan setelah sesi foto.

Setelah beberapa kali pengambilan gambar, Pak Menteri dan Pak Bupati memberikan salam kepada kami, dan aku bersiap untuk membicarakan agenda advokasi pendidikan. Kemudian terjadilah antiklimaksnya: setelah Pak Menteri memberikan salam, beliau kemudian hanya memberikan pesan singkat “selamat berjuang” kepada kami, dan kemudian beliau langsung melenggang menuju kapal untuk melakukan perjalanan. Aku belum sempat berkata sepatah kata pun, dan kami bersepuluh hanya saling melempar pandang dan kemudian tertawa terbahak-bahak sambil menepuk pundak satu sama lain.

Aku pun berusaha menghibur teman-temanku dan berpikiran positif bahwa pesan singkat tersebut mengandung jutaan arti bagi kami yang bisa kami interpretasikan sendiri. Kemudian kami turut melenggang ke dalam kapal setelah mengambil barang bawaan kami.

Selat Bacan. Jumat 23 Desember 2011. 22.00 WIT

Di dalam kapal, ternyata kami justru bertemu dengan banyak stake holder lainnya, seperti Dandim Halmahera Selatan dan beliau memberikan penawaran kerjasama untuk membangun PAUD di beberapa daerah. Selain itu, protokoler kabupaten juga memberikan tawaran untuk bertemu dengan Pak Menteri esok hari setelah senam pagi. Kami tidak menolak namun juga tidak mengiyakan, mungkin cukup bagi kami setelah perjuangan seharian untuk bertemu dengan Pak Menteri dan mendapatkan reward berupa berfoto bersama dan pesan “selamat berjuang.” Ini merupakan sebuahh kepuasan tersendiri bagi kami, para PM Halmahera Selatan 

Pelabuhan Kupal. Jumat 23 Desember 2011. 22.30 WIT

Semua rombongan penjemput Pak Menteri dan Bupati telah siap di depan dermaga Pelabuhan Kupal, Desa Kupal. Mungkin hanya kami saja yang tidak dijemput oleh siapapun dan kami seharusnya berjalan untuk mencari ojek atau oto (angkot) untuk kembali ke Desa Mandaong, base camp kami. Namun sepertinya waktu yang sudah terlalu larut malam menyebabkan dua moda transportasi ini tidak tersedia lagi.

Sembari memutuskan untuk long march menuju Mandaong yang kira-kira berjarak sekitar 3 km, tiba-tiba ada beberapa staff Pemda yang berbaik hati untuk mengantarkan kami ke Mandaong dengan mobil pribadinya. Dan atas kebaikan para staff ini, kami pun dapat kembali dengan selamat ke Mandaong.

Pesan Moral

Demikianlah epos perjalanan dan perjuangan kami dalam how we meet our minister. Setelah merenungkan pesan singkat Pak Menteri selama beberapa hari, aku akhirnya menarik sebuah kesimpulan, bahwa sebenarnya makna dari “selamat berjuang” adalah bagaimana kita menemukan dan memilih berbagai macam jalan perjuangan dalam menempuh sebuah tujuan mulia tanpa putus asa. Well, at least we’ve met our minister!


Cerita Lainnya

Lihat Semua