Mengusik Mimpi Bersama Pak Polisi

Bella Moulina 22 Februari 2014

 

 

                “Halo adik-adik semuanya, apa kabar? Masih semangat kan belajarnya? Gimana diajar sama Ibu Bella? Pasti asyik yah? Kakak disini tinggal di Scottsdale, Arizona, Amerika Serikat. Jauh yah! Kakak disini juga sedang belajar biar pintar sama seperti adik-adik. Kakak disini jauh dari keluarga dan teman-teman L Tetapi gak apa-apa demi masa depan. Adik-adik juga makanya jangan menyerah ya. Mari kita sama-sama berjuang menggapai mimpi. SEMANGAT!”

                Sepenggal paragraf di atas adalah tulisan dari kak Lenny, teman saya yang sekarang sedang menjalani program CCIP di Amerika Serikat. Kak Lenny mengirimkan surat kepada murid saya di kelas 3 SD Inpres Onatali, Rote Tengah pada tahun lalu. Ia memotivasi anak didik saya untuk menggapai mimpi sama seperti dirinya. Isinya singkat, tapi ketika saya bilang kepada anak-anak bahwa surat ini dari Amerika Serikat, saya harus menjelaskan dengan tidak singkat tentang Amerika. Hmm, mungkin harus pakai gambar Liberty Statue agar anak-anak mengerti J

                Anak-anak sejatinya ketika diperlihatkan dunia luar yang tidak biasa mereka lihat akan merespon dua hal, pertama kagum dan antusias, atau kedua, diam dan tidak mau. Anak-anak saya kebanyakan berada pada pilihan pertama. Ya, terutama berbicara tentang mimpi dan tempat tinggal di luar Rote.

                Setiap hari Sabtu aktivitas yang paling sering dikerjakan anak-anak pada saat jam pengembangan diri adalah membalas surat semangat dari kakak-kakak atau teman-teman di pejuru negeri ini. Adalah Bogor, Jambi, Palembang, Jakarta, Jogjakarta, Sulawesi Utara, Papua Barat, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, Jawa Timur, Jawa Barat, dan Amerika Serikat surat-surat itu dikirim. Pengirim surat rata-rata menceritakan tentang kegiatannya, entah itu aktivitas aktivitas kuliah/sekolah, pekerjaan, atau keindahan alam daerahnya. Di sisi lain, mereka turut memotivasi anak didik saya dalam meraih mimpi. Ya, surat semangat sederhana yang mereka tulis benar-benar menyemangati anak didik saya dan membuka cakrawala hidup mereka.

                Balasan surat anak didik saya tidak kalah heboh. Mereka menuliskan di selembar kertas, dengan tulisan sederhana mereka, dengan cerita mereka yang sederhana pula. Contohnya cerita Marlin yang memberi tahu tentang perjalanan ia menuju sekolah, atau cerita dari Mario tentang hidupnya yang kurang mampu, atau cerita membanggakan dari Agung sebagai ketua kelas, pun juga cerita anak-anak lainnya tentang hobi dan cita-cita. Surat itu pun kebanyakan tidak polos begitu saja. Kebanyakan mereka akan menghiasi surat dengan bunga, daun, bahkan mewarnainya. They look like so creative, right?

                Beranjak dari kegiatan menulis surat itu, saya ingin menampilkan sosok yang mampu memberikan inspirasi bagi mereka secara langsung di hadapan mereka. Nah, sosok ini diharuskan berasal dari Rote, dekat dengan mereka, dan memiliki cerita perjuangan heroik dalam meraih mimpi. Akhirnya saya memutuskan untuk meminta bantuan Pak Johannis Pellokila, suami dari Ibu Ensri, guru saya di SD. Pak Pellokila mengamini keinginan saya. Alhasil pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial tentang Pekerjaan dan Semangat Kerja, tampillah sosok Pak Pellokila dengan kisahnya.

                Pak Pellokila berasal dari Rote Tengah. Ia seorang polisi di kecamatan saya. Semasa kecil ia sudah terbiasa hidup prihatin. Ia bahkan pernah menempuh jarak selama 2 jam pp (pulang pergi) dengan berjalan kaki dari rumahnya di Rote Tengah menuju SMP di pusat ibukota kabupaten. Selain itu, keprihatinan hidup orangtuanya yang berprofesi sebagai petani membuatnya bertekad untuk mengubah nasib. Saat itu ia bercita-cita ingin menjadi polisi. Meski ia rasa mustahil, ia tetap mengupayakan agar cita-citanya tercapai. Pak Pellokila berhasil menyihir kelas saya mendadak diam seketika, yang biasanya selalu ramai dengan suara anak-anak hehe..

                “Kalau anak-anak ingin berubah hidupnya, percayalah selalu ada jalan untuk berubah. Jika kalian ingin meraih cita-cita, kuncinya ada empat; perjuangan, ketekunan, kesabaran, dan berdoa,” ujarnya.

                Ucapan Pak Pellokila tersebut ternyata berhasil mendaulat Cindy dan Fera untuk bertanya. Masing-masing bertanya tentang apa pekerjaan polisi dan arti lambang kepolisian. Jawaban Pak Pellokila pun memuaskan hati anak-anak bahwa semangat belajar sejak dini harus ditimbulkan agar mampu meraih cita-cita di masa depan. Tak pelak ketika Pak Pellokila bertanya siapa yang ingin menjadi polisi kelak sudah besar nanti, lebih dari 5 orang mengacungkan tangannya.

                Mungkin di peta Indonesia, jika kalian lihat, Pulau Rote paling kecil. Terselatan Indonesia dan dekat dengan Benua Australia. Namun jangan remehkan cita-cita mereka, jangan remehkan semangat belajar mereka dari hari ke hari. Meski mereka di pulau kecil ini, mereka tidak main-main dengan cita-cita mereka, mereka tidak ragu sekalipun, meski kadang teman-teman mereka agak menyangsinkan cita-cita yang terdengar agak muluk itu.

                Kalau kata Agung, ketua kelas 3, “Be pung cita-cita bukan cuma keliling Indonesia sa Ibu, tapi dunia ju.” Sudahkah kita mengejar cita-cita kita layaknya mereka?


Cerita Lainnya

Lihat Semua