9 Matahari di Rote Ndao
Bella Moulina 6 Desember 2013“Matahari itu selalu bersinar cerah, tidak henti menyinari bumi seharian penuh. Matahari tidak kenal lelah, bahkan di saat ia ingin menyerah. Matahari juga sumber inspirasi, saat dapur butuh usaha untuk diperjuangkan agar selalu terisi.”
Saya percaya filosofi matahari yang saya tulis di atas bahkan melebihi. Tentunya teman-teman memiliki keberagaman filosofi tentang matahari bukan? Poinnya adalah, di Rote Ndao, saya bersama 8 orang yang tergabung dalam tim pengajar muda angkatan 8, menjadi matahari bagi anak-anak kami, bagi beberapa pasang mata yang selalu menjadi penyemangat kami ketika lelah. Ya, 9 matahari ini tersebar di 9 kecamatan di Rote Ndao. Mengenal mereka selama hampir 1 semester di penempatan ini membuat saya ingin menuliskan tentang mereka berdasarkan hasil pengamatan saya.
Saya membagi mereka ke dalam kelompok ‘ter’. Ya, terkepo, teraneh, terpositif, dan ter-ter lainnya hehe. Saya ingin mengenal mereka bukan sekedar saya kenal A, B, C, atau D. Tapi saya ingin mengenal mereka lebih lagi. Tentunya dengan kerja tim yang solid, kompak, dan kuat, saya akan menemukan jawaban itu :’)
Terkepo
Penghargaan ini jatuh kepada Rizqie Irfan. Pria yang saya kenal sejak 2011 lalu, ketika kami sama-sama mengikuti pelatihan kepemudaan nasional, Forum Indonesia Muda. Tidak salah kalau saya lantas ingat kata ‘kepo’ ingat ‘Rizqie’. Sepengamatan saya selama ini, Rizqie selalu jago dalam mengkepokan teman-temannya di tim Rote ini, termasuk saya jadi korbannya, haha. Beberapa kali bahkan hasil kepoannya itu secara tidak langsung ia ketahui. Bahkan pula keingintahuannya yang sangat besar itu jadi modal ia dekat dengan saya. Tapi sebelnya, kalau dia sudah kepo, saya diejek habis-habisan olehnya. Zzzz, saya bisa pasrah deh.
Ter-rajin
Predikat ini saya berikan kepada Fransiska Tika. Setiap saya ke Ba’a, ibukota kabupaten Rote Ndao, saya selalu mendengar Tika berkoar-koar kepada kami untuk membersihkan kontrakan yang agak berantakan itu, hehe. Ia tidak lupa mengingatkan kami akan tugas yang telah ia bagikan ke dalam beberapa kelompok tersebut. Saya beruntung memiliki teman seperti dia karena kebersihan dan kerapian kontrakan agak sedap dipandang mata setelah ia menggerakkan kami :D
Terhemat
Kami memanggilnya Iti Bank, yup dialah Amalia Fitri! Manusia paling hemat seantero pengajar muda angkatan 6 Rote! Iti, yang tidak pernah membawa sewaan motor ke Ba’a, Iti yang selalu naik ojek atau nebeng kak Wisnu, Iti yang selalu mendapat kiriman dari mamanya, dan Iti yang sangat hemat pengeluaran selama di Ba’a ataupun di penempatannya. Iti bikin saya iri sumpah :D Iti juga kerap menjadi panutan kami di kala saldo mulai menipis, haha. Iti bank akan selalu siap sedia bagi 8 pengajar muda lainnya :p
Terlemah lembut
Ice Nopianti, gadis Jambi yang sama-sama dengan saya di penempatan ini saya nobatkan menjadi pengajar muda yang terlemah lembut. Karakter orang Jambi sangat jauh ada di pribadi Ice, hehe. Kenapa? Karena cara bicara Ice lemah lembut bangggeeettttt. Apa mungkin terpengaruh dari hidupnya yang lama tinggal di Bandung ya? Entahlah. Yang jelas karakter lemah lembut itu membuatnya selalu memiliki cerita yang bikin saya dan teman-teman tertawa terpingkal-pingkal tiap kali ke Ba’a :D Kadang saking lembutnya Ice ngomong, saya jadi berpikir, anak ini lebih cocok jadi orang Bandung saja hehe.
Terdiam
Dalam suatu tim, ada yang ramai ada pula yang diam, alias tidak banyak bicara. Saya berikan penghargaan itu kepada kak Wisnu Dwi Prasetyo. Nah kak Wisnu ini menurut saya orang yang sangat diam, tidak banyak omong. Tapi sekalinya ngomong, awwwiiii bukan ngomong lagi, tapi juga lebih ke arah mengejek saya haha, apalagi soal cinta, habislah saya ini! :D Oya kak Wisnu juga kakak yang baik bagi saya untuk berbagi kisah. Meski ia pendiam, tapi kalau sudah diajak curhat, omongannya bahkan bisa menohok hati saya. Oya, hasil foto kak Wisnu keren juga lho, untuk urusan itu kak Wisnu tidak pernah diam di tempat hehe.
Tergalau
Galau disini bukan hanya cinta ya, tapi juga dalam keputusan. Itulah yang saya lihat dari pribadi Nur Laili Nadhliyah. Entah berapa kali saya melihat Nadia agak galau dalam menentukan pilihan hati, hehe, bahkan ia sempat curhat beberapa kali ke saya. Saya sampai bingung, anak ini kenapa susah menentukan pilihan ya? :D Di kesempatan lain, Nadia juga galau dalam menentukan pilihan untuk cuti atau tidak. Setelah kami selesai memesan tiket cuti, eh 1 bulan sebelum cuti dia baru berpikir, itu pun dengan pikiran galau berangkat atau tidak. Piuuhhh. Untungnya soal membantu keluarga dia tidak galau, saya salut perjuangan hidupnya untuk keluarganya!
Termama
Chritiva Prawestri, adalah sosok wanita di tim Rote yang mirip dengan mama saya. Khas perempuan Solo terpatri dalam diri kak Tiva, begitu saya memanggilnya. Kak Tiva juga tempat saya curhat dan meminta saran. Ia sosok pengayom bagi saya, karena saya sudah menganggapnya sebagai kakak sendiri. Adem banget deh kalau udah ngobrol dengan kak Tiva, apalagi kalau udah dikasih saran, wuih ngena banget. Cara bicara kak Tiva yang lemah lembut persis seperti mama saya. Hingga kadang saya berpikir, kak Tiva kalau lagi marah ekspresi bicaranya apa lembut atau keras ya? Hehe.
Ter-positive thinking
Bapak koordinator Rote Ndao ini saya nobatkan sebagai orang yang pikirannya hampir selalu positif dalam keadaan apapun, dengan siapapun, dan dimanapun. Pernah waktu saya dan Iwan Budi Santoso, nama lengkap dari Iwan, berangkat ke Kupang dalam mencari majalah bekas untuk kegiatan di Rote, ia berkali-kali bilang kepada saya bahwa saya harus berpikiran positif, manfaatkan waktu selama 1 tahun di Rote dengan baik, jangan lantas gara-gara kejadian negatif kita tidak bisa berpikir positif. Salutnya, bahkan saat Iwan bertemu dengan sosok makhluk menyeramkan di jalan hutan jati saat jam 19.30 setelah pulang dari mess saya bersama teman-teman, ia tetap berpikiran positif. “Itu mungkin plang rambu lalu lintas barangkali,” begitu katanya. ‘__’
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda