Jadilah Bintang Bagi Sesamamu
Belathea Chastine Hutauruk 5 April 2016‘Hari selasa minggu depan, kalian dan akan mendapat kejutan dari ibu.’ kataku begitu kepada kelas 6 setelah melaksanakan kegiatan ekstrakurikulernpramuka di sekolah tempatku bertugas, yaitu SDN 009 Sebuku. Desa Harapan.
‘Apakah bu kejutannya?’ seorang siswa mengacungkan tangannya dan bertanya dengan sangat antusias.
Rasanya ingin sekali menceritakannya kepada anak-anak ku disekolah tentang rencanaku itu, tetapi rasanya lebih baik aku agar mereka semakin penasaran..
‘Nanti kita lihat saja di hari selasa ya.’ Sedikit berdebar saat aku berkata itu. Rasanya tidak sabar untuk bisa bertemu si hari selasa.
Anak-anakku akan kedatangan orang-orang yang mau peduli dengan mereka.
‘Ah ibu, apa bah bu kejutannya. Orangtuaku bisa datang kah bu?’
Aku tertawa kecil melihat beberapa raut wajah kekecewaan dari beberapa siswaku, karena rasa kepenasaranan mereka tidak bisa terjawab hari itu..
‘Untuk hari selasa nanti ibu minta tolong setiap orang membuat 1 bintang, warna bintangnya boleh berwarna apa saja.’ Ujarku kepada mereka. Pengumuman itu aku berikan juga kepada siswa kelas 4 dan 5.
Hari selasa pagi pun tiba, saat aku melangkah menuju kedepan sekolah. Beberapa muridku berlari menghampiriku untuk menyalamku. Mereka selalu manis bagiku, Dari sini juga aku belajar bahwa ketika engkau mau menggunakan penglihatanmu, pendengaranmu dan perasaanmu untuk melihat sekitar, kebahagiaan itu bisa hadir dengan sesederhana melihat kaki-kaki mungil yang berlari dengan energi yang luar biasa untuk mengulurkan tangan-tangan kecil mereka agar mereka bisa mendapat sebuah salam dari guru mereka.
‘Bu, apakah kejutannya sudah datang?’ Kata Barly salah seorang mudirku
‘Aku sudah membuat bintang bu, bintangnya mau kita apakan kah bu?’ Lucu sekali rasanya melihat mereka begitu antusias dengan pertanyaan-pertanyaan itu.
‘Nanti akan segera datang, sekarang kalian masuklah dulu ke kelas kalian masing-masing. Nanti ibu akan masuk kelas.’
Dihalaman depan sekolah terlihat seorang laki-laki paruh baya dengan seragam Tentara Negara Indonesia, tak selang beberapa lama kemudian ada seorang Bidan dan perwakilan dari Nusantara Sehat. Pagi itu ada rasa yang tidak bisa saya jelaskan tetapi aku terharu, akan semangat mereka. Mereka datang lebih cepat dari waktu yang telah disepakati. Tuhan memang maha romantis, untuk mengajari kita akan kasihnya. Yang Maha Kuasa selalu punya cara untuk menunjukan kepada kita, bahwa masih banyak orang baik untuk bangsa ini. Dan engkau tidak sendirian.
Mereka datang dengan semangat yang luar biasa, dengan sukarela dan merelakan waktu kerja mereka selama 1 hari karena mereka merasa mempunyai tanggung jawab yang sama untuk Indonesia, mencerdaskan kehidupan bangsa. Kegiatan ini bernama Kelas Cita-cita. didalam kegiatan itu para relawan berbagi bagaimana semangat mereka untuk bisa meraih cita-cita mereka, dan mengenalkan profesi setiap mereka kepada kelas 4, 5, dan 6.
Ada seorang relawan yang bernama ardi, ia salah seorang relawan dari Nusantara Sehat yang sedang bertugas di Nunukan. Ia menyelesaikan pendidikannya dibidang studi farmasi.
Saat ia masuk ke kelas, masih banyak siswa yang merasa awam dengan profesi apoteker atau dengan kata farmasi. Sekali lagi aku terharu dengan kesungguhan para relawan, dengan semangat yang luar biasa mereka mencoba untuk membuat murid-muridku paham apa itu apoteker. Cara yang Ardi lakukan adalah mengajak beberapa muridku melakukanrole play. Muridku diajak menjadi memainkan peran menjadi seorang dokter, pasien, dan apoteker. Tentu saja murid-muridku terlihat sangat senang, ada senyum malu saat memerankan peran masing-masing. Bahagia sekali bisa melihat mereka menjadi tahu hal-hal baru.
Setelah para relawan bercerita kepada murid-muridku, di akhir kelas para relawan mengajak murid-murid untuk mengeluarkan bintang masing-masing, disana mereka menulis nama mereka dan cita-cita mereka. Dan setelah mereka tulis bintang itu ditempel ditembok kelas.
Berdebar melihat mata-mata antusias itu saat menulis cita-cita mereka, mata-mata yang mempunyai banyak mimpi. Hanya perlu energi yang tulus untuk membantu mereka mengeluarkannya.
Kenapa ditembok kelas? Supaya mereka bisa terus melihat bintang harapan mereka, ketika semangat itu mulai patah, lihatlah lagi bintangmu, Nak. Dan percayalah tangan Tuhan tidak akan pernag terlalu pendek untuk menjaga setiap bintang kita masing-masing. Setinggi apapun kau gantungkan bintang itu.
Jadilah bintang yang akan menjadi penerang bagi sesamamu, lingkunganmu, dan Bangsamu, Indonesia.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda