info@indonesiamengajar.org (021) 7221570 ID | EN

Permainan Jika dan Maka

Bayu Filladiaz Wiranda 4 September 2015

Permainan Jika dan Maka ini terinspirasi dari sosok Pak Bin, seorang guru di Pedalaman Sumatera dalam novel Eliana, Pukat, Burlian, dan Amelia karya Tere-Liye.

Permainan ini akan dimulai setelah saya melemparkan sebuah pertanyaan ke murid saya. “Jika (pertanyaan) adalah (jawaban), maka (pertanyaan ) adalah apa, (Nama Murid)?”. Kemudian jika murid saya berhasil menjawab, maka dia akan mengulang pertanyaan dari saya sebagai pernyataan, kemudian akan memberikan pertanyaan baru kepada temannya yang lain.

Awalnya permainan ini dijadikan alternatif lain untuk menghafal perkalian. Sebagai contoh, “Jika 6 x  4 = 24, maka 7 x 8 berapa, Sarmila?”

Maka Sarmila akan menjawab, “56, Pak! Jika 7 x 8 = 56, maka 9 x 3 berapa, Sehan?”

“27,” kata Sehan. “Jika 9 x 3 = 27, maka 8 x 6 berapa, Irsyad?”

Begitu terus hingga semua anak-anak kebagian jatah menjawab. Contoh diatas adalah ekspektasi saya saja, realitanya mah belom bisa begitu. :D

Tapi tak disangka, permainan semakin seru, setelah saya memberikan motivasi cetek seperti, “Bapak pengen kasih hukuman nih untuk yang ndak bisa jawab. Jadi kalian cari pertanyaan yang susah, biar temennya kena hukuman dari Bapak. Tapi dengan syarat, yang ngasih pertanyaan harus tau jawabannya juga. Kalo ndak berarti dia yang dihukum.”

Metode ini cukup efektif membuat anak-anak hafal perkalian dan bisa diaplikasikan pada semua mata pelajaran. Seperti hari ini, setelah sekitar enam kali bermain,

“Jika 2 x 3 = 6, maka Ibu Kota Provinsi Jawa Barat apa, Rahman?” kata murid saya, Mila.

Saya yang saat itu sedang merapihkan berkas untuk pengajuan beasiswa anak-anak, kemudian mengamati kejadian menarik ini. Apalagi kalo bukan nyari calon korban. Hahahaha.

“Hmmm. Ban-dung, iya kah Pak?” Kata Rahman, dia berhasil lolos dari hukuman.

“Iya betul, lanjutkan Rahman.”

“Jika Ibu Kota Provinsi Jawa Barat adalah Bandung, maka Ibu Kota Provinsi Kalimantan Timur apa, Farhan?”

Farhan menjawab, “Samarinda,” Isssh kok pada bisa jawab. Lalu ia melanjutkan,  “Jika Ibu Kota Provinsi Kalimantan Timur adalah Samarinda, maka Ibu Kota Provinsi Kalimantan Selatan apa, Rinda?”

Sekelas hening. Rinda menggelengkan kepala, tidak tahu jawabannya.

“Oke, Ibu Kota Provinsi Kalimantan Selatan ada yang tau?” 

Kelas kembali hening.

“Farhan, Ibu Kota Provinsi Kalimantan Selatan apa?”

“Banjarmasin, Pak!” Saya melongo.

(Cerita tentang Farhan, si (calon) Anak Cerdas akan ada di postingan yang lain.)

***

Sesuai kesepakatan, jika kondisinya seperti diatas dimana semua murid tidak dapat menjawab kecuali si pemberi soal, maka permainan akan berakhir. Secara kebetulan, jam pelajaranpun sudah habis. Namun,

“Lagi je, Pak! Seru!”

“Ayo kita main lagi, kali ini yang bisa jawab langsung boleh pulang. Kita mulai yaa, jika Ibu Kota Provinsi Kalimantan Selatan adalah Banjarmasin, maka Ibu Kota Provinsi DKI Jakarta apa, Jul?”

Jul menjawab, “Ibu Kota Kartini, Pak.”

“Oke kalian semua boleh pulang.” Diiringi suara ketawa anak-anak.

Permainanpun beneran berakhir..

***


Cerita Lainnya

Lihat Semua