Gimana Rasanya je, Pak? Enak?

Bayu Filladiaz Wiranda 11 April 2015

Jam sudah menunjukan pukul 07.30 WITA. Pagi ini adalah hari ke 98 dari total kurang lebih 365 hari yang akan saya habiskan untuk tinggal di Paser.

Perjalanan ke sekolah tidak terlalu jauh. Dekat saja”, kalo kata masyarakat sini. Hanya menghabiskan waktu 5 menit untuk menjangkaunya, melewati hamparan kebun dan barisan pohon kelapa. Pada waktu-waktu tertentu ingin rasanya memanjat pohon dan meminum air dari buahnya. Namun apa daya, saya tidak bisa memanjat pohon. Jangankan pohon kelapa, pohon rambutan aja nggak bisa.

Pernah suatu pagi ketika saya berangkat dalam kondisi cuaca yang cerah, tiba-tiba terjadi keanehan. Ada air yang mengalir dari atas pohon kelapa. Awalnya saya pikir itu adalah hujan atau sisa hujan semalam, ternyata bukan. 

Penasaran. Itulah yang saya rasakan. Berhubung saya berdiri tepat disebelah aliran air itu, saya iseng menampungnya di kedua tangan saya. Semakin penasaran, sayapun mencicipi airnya. Rasanya persis seperti air kelapa. Karena kesan pertama ternyata sungguh menggoda, kesan berikutnya justru semakin membuat tergoda. Saya menampung kembali airnya, kemudian saya minum lagi, lagi, dan lagi, begitu terus hingga bagian terakhir airnya yang memiliki rasa sedikit asin.

Kelar? Belooooom broooh.. 

Ini bagian inti ceritanya…

Setelah semua itu selesai, alih-alih saya ke sekolah, saya malah lari kepinggir sungai. Berhubung saya kelewat kepo dalam hal pengetahuan alam, keanehan ini justru membuat saya mencari informasi sebanyak-banyaknya melalui google. Supaya hal itu bisa saya lakukan, yaaa harus melipir ke sungai.

Hasil googling menyebutkan bahwa, terkadang bunga pohon kelapa suka mengeluarkan air dalam kondisi tertentu. Kondisi itu tergolong fenomena langka. Merasa bangga dooong karena bisa ketemu momen begini di desa, apalagi bisa langsung ngerasain airnya. *anak kota masuk desa coooy, rada udik. Hahahaha

Sebagai guru IPA yang baik, saya berniat membagikan pengalaman ini ke anak-anak. Sayangnya momen bahagia dan membahagiakan itu berakhir ketika,

“Bapak kemaren ketemu fenomena alam unik,” kata saya saat les bersama murid-murid.

“Iyakah Pak? Apa itu?” Kata Gunawan murid kelas enam.

“Tiba-tiba ada air netes dari pohon kelapa. Padahal nggak hujan,” Kata saya. “Terus Bapak tampung ditangan, abis itu dicicipin dan enak.”

“Air apa je, Pak? Enak?” giliran Aziz yang bertanya.

“Air kelapa, enak aja.”

“Bapak minum?”

“Iya sampai habis. Tapi agak asin sih rasanya pas terakhir-terakhir.”

Ekspresi anak-anak berubah menjadi jijik kepada saya. Ada yang salah, pikir saya.

“Bapak tahukah itu air apa?” tanya Taufik

“Air kelapa. Jadi setelah Bapak cari informasinya, kadang bunga kelapa itu bisa mengeluarkan air. Nah itu dia fenomena uniknya.”

Anak-anak ketawa, “Salah itu, Pak. Itu air kelapa asalnya dari buahnya. Kerjaan tupai Pak. Jadi kalo buahnya berlubang ya mengalir sudah airnya.” Taufik mencoba menjelaskan.

“Terus Bapak minum bekas tupai itu.” Saya mulai mengernyitkan dahi. Masuk akal penjelasannya.

Gunawan menambahkan, “iya saya sering liat begitu, Pak. Memang sudah kerjaan tupai. Abis minum air kelapa biasanya tupai-tupai itu kencing, supaya bisa tetep lari, Pak! Saya sering dikencinginya.”

“Ngarang kamu je,” saya mulai panik.

“Bener itu sudah, Pak," pernyataan pamungkas dari Aziz adalah, "Jadi, gimana je rasanya Pak? Enak?”

 

-sekian-


Cerita Lainnya

Lihat Semua