Berbagi Inspirasi dengan Anak Batubi

Bayu Cakra Buana 15 Oktober 2018

“Anak anak apa cita cita kalian?”

Mau jadi tentara pak, mau jadi dokter pak, mau jadi polisi pak.

Kalo Parhan mau jadi apa? Parhan nak jodi presiden pak!

Kereen kita kasih tepuk supermen buat Parhan!

 

Anak anak hari ini kita kedatangan tamu ada bapak bapak yang akan belajar bersama kalian. Ada yang tau kira kira pekerjaan mereka apa yaa, coba tebak yang pake baju hijau itu siapa?

Tentara pak!

Kalo yang baju coklat?

Polisi pak!

Kalo yang pake jas Merah sama Kemeja putih?

*krik-krik* *krik-krik*

 

Nah kalo gitu kalian masuk dulu ya ke kelas masing-masing, nanti bapak bapak ini akan masuk ke kelas kalian. Setelah bapak bubarkan masuk ke kelas masing-masing ya. Bubar jalan!

 

     Itulah sekilas cuplikan pembukaan di hari inspirasi, kelas inspirasi natuna. Hari itu anak anak kami belajar untuk bermimpi dari orang-orang baik yang sudah bekerja cukup lama di bidangnya masing-masing. Bapak-bapak guru baru ini menjelaskan apa yang mereka kerjakan sehari-hari. Anak-anak senang karena bukan hanya belajar tentang pekerjaan, bapak-bapak guru ini juga mengajarkan anak-anak untuk berani bermimpi. Kalau kata salah satu guru baru kami itu "bermimpilah selagi gratis."

      Bapak bapak guru baru kami hari ini ada yang politisi, tentara, polisi dan perawat. Mereka menghadiahkan cutinya untuk anak-anak kami. Sehari mengajar anak-anak kami untuk memberikan inspirasi, agar mereka mempunyai contoh nyata yang mereka bisa lihat langsung. Bukan hanya dilihat, tapi juga dapat ditanya tentang suka duka dan perjuangannya mencapai posisi sekarang. Ada pertanyaan usil dari anak kami :

“ Bapak gajinya berapa?”

Bapak perawat yang mendapatkan pertanyaan itu pun hanya bisa tertawa dan memberikan petuah bahwa pekerjaan itu bukan hanya diukur dari gajinya tapi juga keberkahan di dalamnya.

Tidak mau kalah semangat dengan “guru-guru baru”, para guru penghuni sekolah juga telah mempersiapkan perlengkapan acara dengan ciamik. Sehari sebelum kegiatan bapak,ibu guru menghias ruangan, bahkan membuat pohon cita-cita yang cantik dari akar bakau. Akar bakau di potong dan dirangkai menyerupai pohon yang memiliki ranting ranting. Betapa bahagianya anak anak kala itu, bisa belajar dengan guru guru baru mereka dan didukung penuh oleh bapak ibu guru penunggu sekolah. Hari itu kami tutup dengan menggantungkan cita cita di pohon harapan:

"Bapak saya mau menggantung impian saya di pohon cita cita, tapi mau nya yang di pucuk." " Iyaaaa sini bapak angkat."     

Semoga yang apa yang dituliskan anak anak di pohon cita-citanya selaras dengan kisah yang dituliskan sang penulis takdir.


Cerita Lainnya

Lihat Semua