Sepucuk Semangat Untuk Anak Negeri

Ayu Dewi 21 Juni 2011
Ketulusan itu memang menular dan menggerakkan. Setiap kali ada seseorang yang mendengar tentang apa yang saya -dan kami semua di Indonesia Mengajar- lakukan selama setahun di pelosok negeri, saya selalu menerima satu pertanyaan yang sama: 'apa yang bisa saya bantu?'. Ini adalah pertanyaan yang paling jujur dari jiwa yang tergerak oleh sebuah ketulusan. Sampai saat ini sudah tak terhitung berapa kali saya menjawab pertanyaan itu. Maka tulisan ini adalah rangkuman jawaban-jawaban tersebut. Anak-anak ini, yang lahir dan besar di pulau-pulau terdepan Nusantara, tidak seberuntung kita yang hidup di pusat-pusat kemajuan. Akses informasi sungguh terbatas. Anak-anak tidak pernah tahu apa itu koran, majalah, surat, perangko, bank, tabungan, kereta api, kampus, dan semua penanda kemajuan sosial lainnya. Bagaimana tidak, akses transportasi tidak terjangkau uang saku mereka, sehingga mereka tidak pernah melihat dunia lain selain kampung mereka. Dan satu-satunya jendela mereka terhadap dunia luar -televisi- dipenuhi dengan sinetron-sinetron sampah; sungguh jauh dari tema pendidikan dan pengayaan batin, apalagi pembentukan karakter dan budi pekerti. Maka ketika saya ditanya, apa yang bisa dibantu, jawaban pertama saya adalah kehadiran teman-teman. Datanglah. Tengoklah anak-anak ini. Bermainlah dengan mereka. Bicaralah pada mereka dengan kata-kata dalam Bahasa Indonesia yang lembut dan santun. Ceritakanlah tentang diri dan dunia kalian. Tunjukkanlah gambar gedung-gedung tinggi di negeri seberang dan keajaiban alam di luar angkasa. Ajaklah mereka bermimpi setinggi-tingginya. Bukakanlah pintu imajinasi dan cita-cita agar mereka tahu bahwa pilihan mereka bukan hanya menjadi petani, nelayan, polisi, guru, atau pegawai di kantor kecamatan. Tanamkanlah di benak mereka bibit-bibit keingintahuan. Semaikanlah tunas kecintaan pada negeri. Tumbuhkan rasa sayang dan kepedulian pada sesama manusia. Datanglah. Jatuhcintalah. Meloncatlah ke laut yang jernih bersama mereka. Jadilah cermin kemajuan zaman yang nyata bagi anak-anak. Jadilah sosok impian yang bisa disentuh dan dicium tangannya. Jadilah inspirasi bagi mereka. Percayalah, teman-teman menjadi orang yang lebih kaya sepulangnya nanti. Bila teman-teman tidak bisa datang, maka titipkanlah semangat itu lewat sepucuk surat. Tanyakan kabar mereka, dan apa pelajaran favorit mereka di sekolah. Tanyakan ingin menjadi apa mereka nanti, dan mintalah mereka menceritakan bagaimana serunya bermain di jeram deras di kelokan lembah hijau dekat rumah mereka. Kobarkanlah semangat mereka, dan lukislah senyum di bibir mereka. Selembar kertas yang bercoretkan tulisan teman-teman dan tanda tangan ini akan mereka simpan dan akan mereka baca berulang-ulang sampai tercerai-berai semua serpihnya. Dan bila teman-teman menyertakan foto diri atau foto kota tempat teman-teman tinggal, mereka akan menempelkannya di dinding papan rumah mereka atau menyimpannya di balik bantal, dan berbisik berharap mereka bisa pergi ke kota itu dan menemui teman-teman, sampai foto itu hancur dimakan rayap atau luntur diusap hujan. Sertakan alamat kalian agar mereka giat belajar menggoreskan pensil supaya mereka bisa menulis surat balasan untuk seorang kakak yang luar biasa nun jauh di sana. Dan mereka akan mendoakan teman-teman dengan penuh ketulusan, lewat mulut-mulut kecil mereka, agar Tuhan menyayangi dan membalas kebaikan teman-teman. Ayu Kartika Dewi Pengajar Muda Angkatan I di Halmahera Selatan Catatan akhir: Selalu ada cara untuk mengabdi untuk bangsa. Dan percayalah, tidak ada cinta yang terlalu kecil, bila kita berbicara tentang mendidik generasi negeri ini. Sepucuk semangat bisa dialamatkan ke Ayu Kartika Dewi d.a. Poni Sudati, SE no hp: 081380 998992 Desa Mandaong (dekat jembatan lama) Kecamatan Bacan Selatan Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara

Cerita Lainnya

Lihat Semua