Mengejar Masa Depan

Ayendha Pangesti 21 Desember 2017

Jika setiap anak di kecamatan Routa mendapat satu tiket gratis menuju masa depannya, maka masa depan seperti apa yang akan mereka pilih untuk mereka miliki?

Satu tiket gratis itu mungkin memang tidak ada, karena yang ada adalah rangkaian anak tangga yang menunggu untuk dtiti. Namun masa depan adalah milik mereka, maka yang berhak menentukan akan jadi seperti apa sepuluh, dua puluh tahun ke depan adalah mereka sendiri.

Sayangnya, ‘jadi dokter’, ‘jadi polisi’, ‘jadi guru’ seakan menjadi ‘default answer’ yang otomatis keluar dari mulut mereka. Jadi ketika ditanya, kenapa mau jadi polisi? Jawabannya ‘Hmm, ndak tau mi’ atau ‘hmm, karena bisa menembak orang.’  Sialnya, saya bukan polisi saat murid saya menjawabnya seperti itu sehingga menjelaskan apa sebenarnya tugas polisi menjadi terasa dipaksakan untuk saya.

So, apa jadinya ya jika mereka (polisi, dokter, perawat, pemberdaya masyarakat) sendirilah yang menjelaskan apa tugas masing-masing di depan anak-anak? Lalu jika ada pertanyaaan ‘Bagaimana caranya menjadi polisi, perawat, pemberdaya masyarakat, mereka dapat menjelaskan tanpa ragu, karena anak-anak tangga itu sudah mereka lalui sendiri.

Tanggal 7-12 September 2017, sebanyak 8 profesi dan lebih dari 200 siswa terlibat dalam kegiatan yang kami beri nama ‘Kelas Masa Depan’. Aroma antusiasme menguar baik dari pemberi materi, peserta dan juga pihak sekolah. Bercampur dengan tawa lepas anak-anak saat senam baby shark dan jabat hangat antar pihak tanda dimulainya kolaborasi yang baik. Perayaan kebahagian-kebahagian kecil yang tanpa sadar mampu menghapus air mata yang pernah jatuh, mengobati luka yang pernah tergores, dan memeluk semua kekhawatiran yang pernah singgah.

Terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat: kepolisian sektor Routa, Nusantara Sehat penempatan Routa, Tenaga perawat Routa, PT Sulawesi Cahaya Mineral, rekan-rekan guru di 4 SD di kecamatan Routa; SDN Parubela, SDN Polihe, SDN Lalomerui dan SDN Wiwirano Atas, serta kedua supported system saya yang tidak hanya jadi teman satu kecamatan penempatan yang menyenangkan namun juga profesional.

Yang terakhir, terima kasih juga pada kegiatan berjargon ‘Kelasnya para juara’ ini yang memaksa saya melampaui batas diri dengan caranya yang tidak terduga.  


Cerita Lainnya

Lihat Semua