Jurnal Syukur: Alhamdulillah untuk Hari ini
Avina Nadhila Widarsa 14 Agustus 2014Di tengah dinginnya udara Pulau Bacan yang seharian ini diberkahi dengan hujan dari tadi pagi, aku mencoba mengingat kembali kejadian yang kualami hari ini. Pagi ini ku awali dengan raut cemberut. Sebab satu dan lain hal, aku tidak jadi pergi ke Ternate mengambil barang yang tertinggal di sana. Kuputuskan saja dengan cepat untuk kembali ke desa menggunakan speed Kayoa. Kebetulan motorisnya berbaik hati singgah di desaku, Bajo Sangkuang.
Aku memang sempat berencana untuk masuk sekolah hari itu. Tapi rencanaku sempat berubah karena ingin mengantat Ibuku yang tugas dari Halsel ke Ternate dengan pesawat. Ternyata, Ibuku lebih memilih naik kapal malam. Alhasil, aku harus menunggu sampai malam. Daripada waktuku terbuang sia-sia, lebih baik aku pergi ke sekolah. Kebetulan juga itu hari pertamaku masuk sekolah setelah mengambil cuti selama dua minggu dalam rangka hari raya.
Diiringi rintik hujan, aku pergi ke desa. Setelah sampai di desa, aku langsung bersih-bersih dan bersiap ke sekolah. Membawa peralatan "tempur" untuk hari pertama sekolah. Hari pertama memang aku berencana hanya perkenalan, membuat kesepakatan kelas dan menerapkan "jurnal syukur". Sebuah cara agar murid-muridku menghargai dan bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan Tuhan.
Rencananya aku akan masuk kelas 5. Ternyata kelas 5 sudah ada gurunya. Alhamdulillah, hari itu ada 4 guru yang masuk. Padahal, minggu sebelumnya (menurut cerita muridku dan orang desa), ada satu hari di mana tidak ada guru sama sekali di sekolah. Jadilah aku masuk kelas 4. Kelas yang belum tersentuh guru dari awal masuk semester ini sebab guru kelasnya masih sibuk mengurus berkas K2.
Sebelum masuk kelas, aku sudah siap-siap. Menurunkan ekspektasi, bisa jadi ini kelas yang muridnya belum bisa baca tulis. Siapa tau ini kelas yang muridnya sering ribut. Ternyataaaaa, ketika aku masuk kelas, pandanganku berubah. Keduapuluh anak di kelas 4 ini adalah anak-anak termanis dan termudah diatur sejak aku mengajar di SDN Torosubang :)
Hal yang lebih menyenangkan lagi adalah mengetahui anak-anak ini ternyata bisa menulis dengan baik. Paling tidak mereka sudah mengetahui huruf dengan baik dan bisa menulis nama mereka sendiri. Syukur alhamdulullah, PRku tidak terlalu banyak. Walaupun ada satu anak yang aku duga diseleksia dan beberapa anak yang mungkin perlu dilatih lebih banyak, secara keseluruhan mereka semua baik dan pintar. Mereka memang anak-anak yang telah lulus seleksi dari bu Ayu, guru kelas tiga.
Kebetulan tahun ini guru-guru betul-betul tidak menaikkan anak yang belum lancar membaca dan menulis. Tahun-tahun sebelumnya, rekomendasi guru-guru untuk tidak menaikkan anak yang tidak bisa baca tulis selalu ditolak oleh kepala sekolah.
Kelas aku mulai dengan salam, bersih-bersih, kemudian berdoa (dengan diiringi nyanyian agar mereka semangat), mengubah layout kelas menjadi letter U agar lebih fresh dan perkenalan satu-satu dari guru dan murid. Ternyata, anak-anak kelas 4 ini sudah kenal dengan beberapa nama negara, beberapa profesi dan kata-kata asing. Mereka sebagian besar bercita-cita menjadi guru. Ada juga yang inging menjadi dokter, tentara, pramugari (wow!) dan pemain bola. Aku mengaminkan semua cita-cita mereka. Mereka juga berharap selama berada di kelas 4 mereka dapat lebih lancar membaca, menulis dan berhitung.
Bel pun berbunyi. Anak-anak beristirahat dengan meninggalkan tas di kelas. Peraturan itu aku berlakukan karena kebiasaan anak-anak di sini, pulang istirahat untuk makan dan seringkali tidak balik lagi ke sekolah.
Waktu istirahat aku manfaatkan untuk ramah tamah dengan guru-guru. Aku usulkan untuk membuat lomba dalam rangka menyambut hari kemerdekaan. Mereka antusias menyambut ideku dan langsung inisiatif mengajukan beberapa mata lomba. Aku jadi semangat melihat guru-guru tersebut semangat :D
Aku juga senang sekali karena guru-guru menyambut baik ideku untuk membuat les membaca bagi anak-anak. Mereka juga menyatakan kesediaannya membantu dan terlibat untuk mengajar di sore hari, khusus untuk melancarkan anak membaca. Semoga semua berjalan lancar dan tidak php ya :p
Setelah istirahat, murid-muridku kembali ke kelas. Aku mencoba menerapkan jurnal syukur. Murid-murid duduk melingkar di depan kelas. Kemudian satu-satu mengucapkan syukur untuk hal-hal yang mereka dapatkan selama ini. Kebanyakan dari mereka bersyukur atas nikmat rezeki dan kesehatan serta kesempatan untuk bersekolah. Alhamdulillah, jurnal syukur berjalan lancar. Kegiatan aku lanjutkan dengan membuat kesepakatan kelas, piket kelas dan membuat tabel statistik sederhana.
Usai sekolah aku berjalan ke rumah, dengan niat mencari ketinting untuk kembali ke Labuha. Ternyata, salah satu orang tua murid juga berencana pergi ke Labuha saat itu. Aku pun menumpang ke ketinting (lebih tepatnya perahu body) yang memiliki mesin 40 pk.
Dalam perjalanan, sempat beberapa kali terombang-ambing di tengah laut sebab mesin harus dimatikan untuk menghindari sampah yang menghiasi laut Bacan. Sampai di Labuha, bajuku sudah basah kuyup. Aku diturunkan di tepi pantai. Tempat yang bukan biasanya tempatku turun. Alhamdulillah, aku menemukan ojek yang bersedia mengantarku ke basecamp. Sampai di basecamp aku mengecek banyak sms dan pesan di whatsapp.
Satu hal yang membuatku tersenyum kembali adalah ternyata satu grup whatsapp membahas tentang hal yang sangat dekat dengan kehidupanku selama menjadi Pengajar Muda. Grup itu membahas peran Ibu dalam perkembangan anak. Pembicaraan yang bermutu sekali :) Kebahagiaanku hari ini semakin bertambah ketika bisa buka puasa di basecamp bersama teman dan menemani Ibuku pergi ke Ternate dengan kapal malam. Alhamdulillah, semuanya berjalan lancar dan menyenangkan :)
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda