Bajo, saya rindu...

Avina Nadhila Widarsa 23 Januari 2015

Jakarta, 23 Januari 2015

Sudah hampir sebulan sejak saya meninggalkan desa Bajo Sangkuang. Sebuah desa di pesisir selatan pulau Halmahera, tepatnya di pesisir pulau Obit, kepulauan Botang Lomang. Tempat saya memadu asa, mendapatkan sejuta inspirasi di tengah hangatnya penerimaan keluarga piara, cerianya anak-anak dan ramahnya masyarakat desa.

Ya, saya telah purna tugas. Saya kembali ke kampung halaman saya yang sebenarnya, Ibukota Jakarta.

Ada perasaan aneh ketika memasuki minggu ketiga saya berada di Ibukota. Sebelumnya, saya senang sekali akhirnya bisa kembali pulang ke rumah dan bertemu dengan keluarga serta sahabat-sahabat yang tidak saya temui selama beberapa bulan ke belakang. Saya senang karena akhirnya bisa tidur di kamar tidur saya sendiri dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Saya senang bisa kembali hidup "normal" seperti sedia kala. Namun, tiba-tiba ada satu kegamangan yang saya rasakan. Saya (mulai) rindu dengan Bajo.

12 bulan lebih beberapa hari saya menetap di desa ini, desa yang terkenal dengan Kerupuk Kamplang, ikan Ngafi, jembatan papan, rumah di atas air dan Bagang, telah memberi warna tersendiri dalam hidup saya.

Ditempatkan di rumah yang berada di tengah-tengah desa, memberikan kenikmatan sekaligus tantangan tersendiri. Kenikmatan karena saya bisa berjalan ke mana-mana dan bisa selalu menyapa murid-murid ketika berangkat menuju sekolah dan pulang bersama mereka. Saya juga bisa kenal dengan hampir setengah penduduk desa yang notabene terdiri dari beberapa suku. Lokasi yang strategis, dekat dengan rumah kepala desa, bidan, masjid dan pelabuhan juga menambah kenyamanan tinggal di rumah keluarga piara.

Namun, tantangan tinggal jauh dari anak-anak yang kebanyakan tinggal di dusun Torosubang dan daerah jembatan papan serta tidak ada sinyal telepon di dalam rumah juga harus saya hadapi. Itulah dinamika yang saya hadapi selama beberapa bulan di penempatan.

Bukan hanya suasana, saya rindu sekali dengan anak-anak Bajo, khususnya murid-murid saya di SDN Torosubang. Apa kabar ya mereka? Bagaimana kabar murid-muridku di kelas 3? Apakah sudah bisa membaca dan menulis dengan lancar? Bagaimana kabar anak-anak kelas 6 dan 5?Sudah sejauh apa perkembangan anak-anak kelas 1 dan 2?

Saya ingat dengan adik piara saya: Ari, Abi dan Alvin. Apa kabar mereka? Apakah setiap malam masih suka nonton film "Manusia Harimau"?

Saya rindu dengan guru-guru di SDN Torosubang. Ibu Mis, Ibu Hasda, Ibu Wia, Ibu Ayu dan Pak Harun. Saya rindu dengan anak-anak SMA dan SMP. Saya rindu dengan celotehan dari Bang Rais, Tete Umar, Pak Sudin, dan lain sebagainya. Saya rindu dengan kebaikan hati Mbak Deni dan Mas Pur. Saya rindu berbelanja di warung Mama Cek, Mama Yusril dan makan nasi kuning buatan Mama Erna.

Ternyata, waktu satu tahun tidak bisa saya lupakan begitu saja. Terlalu banyak inspirasi dan pelajaran yang saya dapatkan selama di sana. Saya berdoa semoga suatu saat nanti dapat kembali ke sana dan berjumpa dengan mereka semua dalam keadaan sehat wal afiat. Aaaminnn...


Cerita Lainnya

Lihat Semua